17

Laura tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya tentang keadaan yang telah terjadi dialam ruangan bosnya tadi. Ia menarik Sora menuju ke tangga darurat untuk menjawab rasa penasarannya.

"Kamu gila, Ra. Bisa-bisanya kamu bentak anak pemilik perusahaan ini." Bisik Laura.

"Udah biasa juga dia ku bentak." Ujar Sora, ia menyandarkan punggungnya di dinding dan melipat kedua tangannya didepan dada.

"Emang kamu kenal dia? eh, pak Sky?"

Sora mengangguk.

"Siapa kamu dia? jadi beneran kamu punya kenalan orang dalam?" Laura semakin penasaran.

"Iya, tapi gak guna!"

"Apa jangan-jangan, pak Sky itu cowok kamu, Ra?"

"Dih! Cewek mana yang mau sama cowok macam gitu, La?"

"Aku, Ra. Aku mau." Laura mengguncang bahu Sora.

"Kamu jadi pacar dia satu jam juga bakal minta putus, La."

"Kamu tahu banyak tentang dia sih, Ra? kamu punya hubungan apa sama dia? apa dia mantan pacarmu?"

"Udah, jangan cari tahu, La. Gak usah penasaran, lama-lama umurmu berkurang, loh."

"Tiap detik juga umur manusia berkurang, Ra."

"Udah, ah. Aku ke bos keling dulu. Pasti kak Nadia juga bakal marah-marah lagi ke aku." Keluh Sora, ia melambaikan tangan kemudian meninggalkan Laura dan pergi menuruni anak tangga.

Perlahan ia berjalan menujun ke meja kerjanya. Ia mengacuhkan beberapa pasang mata yang menatapnya seakan menerka-nerka apa yang terjadi padanya. Sedangkan dari kejauhan, di depan meja kerjanya ia melihat Prany yang bersedekap menunggu kehadirannya dengan wajah cemas.

"Sora Sora Sora...," Prany menghampiri Sora, "Gimana? kamu diapa-apain sama mereka?" tanya Prany dengan wajah paniknya.

"Enggak...," Jawab Sora, ia lanjut melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya.

"Ah, iya..." Sora menghentikan langkahnya dan kembali menatap Prany, "Saya tidak mendapatkan dokumen investasi dari pak David."

"Oooh tidak apa apa, Sora. Itu sudah tidak penting lagi." Ujar Prany, wajah cemasnya berubah menjadi ketakutan. "Kamu jangan pikirkan itu lagi."

Sora heran, tapi ia malas untuk bertanya.

"Silahkan bekerja, Sora. Silahkan...," Ujar Prany.

Sikap Prany malah membuat Sora semakin bergidik, ia pergi meletakkan tasnya diatas meja kerjanya kemudian kembali menghampiri Prany.

"Saya bikinkan kopi dulu, Pak."

"Tidak usah tidak usah, saya bikin sendiri saja. Kamu duduk manis saja disana." Prany menolak keinginan Sora dan bergegas pergi ke arah dapur.

Hal itu semakin membuat Sora penasaran. Ia kembali ke meja kerjanya dan duduk menyiapkan rutinitasnya.

Tak lama ia menenggelamkan diri dalam pekerjaannya, Nadia datang memberikan setumpuk dokumen.

"Sekreataris macam apa sih kamu tuh? bisa-bisanya bos bikin kopi sendiri." tanya Nadia khas dengan keketusannya.

"Orang dia sendiri yang mau bikin, ya udahlah." Jawab Sora, ia membuka dokumen-dokumennya.

"Beresin sisanya, harus selesai hari ini. Besok Anniversary perusahaan, gak ada waktu buat nyelesaiin itu!"

Nadia memberikan beberapa undangan diatas tumpukan dokumen yang belum sempat Sora buka, "Jam makan siang, kirim undangan ini."

"Aku yang kirim sendiri, Kak?" tanya Sora.

"Iyalah! Itu ganti karena aku udah kerjain pekerjaanmu kemarin!" Jawab Nadia kemudian meninggalkan Sora.

Sora menghela nafas kesal, "Lama-lama ku pecat tuh orang!" Gumam Sora.

Ia membuka satu per satu undangan yang diberikan Nadia, senyumnya mengembang ketika melihat ada nama Yuruyuru Studio di salah satu undangan itu.

"Yes!"

***

Tepat pukul dua belas, Sora langsung bergegas meninggalkan meja kerjanya menuju ke loby kantor. Seseorang sudah menunggunya disana.

Pria yang mengenakan jaket hijau hitam berlogo salah satu perusahaan penyedia jasa ojek online nomer satu di Indonesia sedang duduk di sofa ruang tunggu loby.

"Mas Haris, ya?" Sora memastikan.

"Iya, Mbak. Mbak Kianga, ya?"

"Sora, Kianga Sora." Ralat Sora yang tak mau dipanggil nama depannya.

"Iya, Mbak Sora. Apa yang harus saya kirim, Mbak?"

"Ini, Mas. Ada 4 undangan, 4 alamat yang berbeda." Sora memberikan undangannya pada driver Ojol.

"Empat alamat, Mbak? Tapi mbaknya nitiknya cuma satu. Saya—"

"Udaaah, yang tiga manual aja. Nih....," Sora memberikan tiga lembar uang ratusan ribu.

"Banyak. banget, Mbak?"

"Gak apa, punyaku masih banyak banget kok."

Driver itu diam tercengang menatap Sora.

"Udah ambil aja mas, kirim sesuai alamat ya. Kirimnya harus sampai ke resepsionis, bilang dari Actmedia. Oke?"

Driver itu mengangguk, "Makasih, Mbak. Saya berangkat kirim dulu." Ia pun bergegas pergi.

"Oke Oke, hati-hati ya?" Sora melambaikan tangannya.

"Cowok baru kamu?"

Suara bisikan seseorang dari belakang membuat Sora terkejut, "Sky!" Umpatnya ketika melihat Sky dan Aga berdiri dibelakangnya.

"Banyak banget kamu kasih dia uang? kamu suruh apa?"

"Ngapain ngajak ngomong aku disini? kamu sengaja mau bikin aku ketahuan disini trus papa nyuruh aku pulang?"

"Tumben tebakan biji sawi bener?"

Sora hanya menatap datar kemudian meninggalkan Sky.

"Ra! Kemana woey!" Teriak Sky tak mempedulikan beberapa karyawan yang ada disekitarnya yang mulai menebak-nebak hubungan Sky dan Sora.

Sora tak mempedulikan Sky dan tetap melangkah meninggalkan gedung Actmedia menuju ke halaman parkir tempat khusno memarkir mobilnya. Sora segera mengajak Khusno untuk menuju ke kantor Almeer.

Perjalanan menuju kantor Almeer lumayan memakan waktu, sebab siang ini jalan utama kota Jogja sedang padat-padatnya. Sora sempat resah ketika melihat jam di tangannya yang menyisakan setengah jam waktu istirahat makan siangnya. Gak bisa ngajak Almeer makan siang kalo gini caranya, keluh Sora dalam hati.

Setelah bersabar dalam kemacetan, akhirnya Sora sampai di kantor Almeer. Baru masuk di loby, Sora sudah bisa menemukan Almeer duduk di sofa ruang tunggu, melambaikan tangan padanya.

Wanita cantik itu membalas lambaian tangan Almeer dan berjalan cepat mengabaikan kakinya yang masih sedikit sakit untuk mendekati Almeer. Ia duduk di sofa depan Almeer dan mengeluarkan undangan untuk Almeer.

"Maaf ya, Al. Kamu nunggunya lama, ya?"

"Yang penting kamu udah sampai, Ra." Almeer memberikan Sora sebuah rice box salah satu restoran Ayam terkenal, "Makan dulu gih, pasti nanti gak sempat makan."

"Kamu udah makan siang?"

"Aku lagi puasa."

"Oooh...," Sora mengangguk. "Aku makan di mobil aja nanti. Makasih ya, Al." Ujar Sora sambil mengangkat kantong plastik ditangannya.

"Sama-sama, Ra."

"Kalau gitu aku langsung balik, ya. Udah telat nih balik ke kantor." Kata Sora, ia berdiri dari duduknya.

"Kenapa gak kirim pake kurir aja sih, Ra?" tanya Almeer, ia ikut berdiri.

"Kata pak Prany harus dikirim sendiri, kalo pake kurir gak sopan." jawab Sora bohong.

"Oooh, ya udah. Ku anter ke depan."

Sora mengangguk, keduanya berjalan keluar loby.

"Aku baru tahu ternyata kamu terkenal banget dikalangan cewek, Al." Ujar Sora diantara langkahnya. "Banyak yang naksir gitu kenapa masih betah ngejomblo?"

"Belum nemu yang cocok aja, Ra."

"Nyari yang kaya sayyidah Khadijah?"

Almeer menghentikan langkahnya tepat ujung teras depan loby kantornya. "Semua cowok muslim pasti pengen punya istri kayak beliau, Ra. "

"Kata Ameera...,"

Almeer hanya tersenyum menatap Sora, "Sedikasihnya sama Allah, Ra. Aku cuma berdoa aja minta yang terbaik, sambil nunggu dikasih sambil memperbaiki diri juga."

"Kamu udah se-perfect ini apa yang perlu di perbaiki, Al?" dengan kedua tangannya, Sora menarik garis lurus dari ujung kepala hingga kaki Almeer.

"Hahahaaha, kamu nih nilai orang dari mananya? aku ini siapa, Ra? Bukan nabi bukan rosul, amalan masih berantakan, hisab masih menegangkan, surga belum ada jaminan yang sudah pasti masuk neraka duluan."

"Ya Allah, Al. Kamu yang rajin ibadah aja minder kayak gitu, gimana aku yang kaya gini?" Keluh Sora. "Kalau Allah nanti kasih jodoh yang buruk gimana? ya Allah, takuuut." Sora mendekap tubuhnya sendiri.

"Belajar pelan-pelan memperbaiki diri, Ra. Jangan su'udzon sama Allah. In shaa Allah kamu bisa." Ujar Almeer dengan senyum manis yang meneduhkan khas miliknya.

Sora mengangguk pelan.

"Yuuk, ke mobil kamu."

Keduanya melangkah kembali ke tempat parkir dimana pak khusno menunggu.

***

Sore ini tempat tinggal Sora lebih ramai dari biasanya karena mendapat satu tambahan penghuni baru yang mampu membuat keadaan damai didalam rumah itu menghilang.

"Aku kan cuma minta pendapat kamu, bukan minta kamu nyinyirin!" Sentak Sora.

"Itu pendapat, tanya aja Aga!" Sky menunjuk Aga yang duduk disudut sofa ruang tamu berusaha untuk tidak ikut campur dalam perdebatan dua saudara kembar itu.

"Ku tanya dia juga pasti belain kamu! Mana pernah dia belain aku!"

"Aga bela orang juga pake otak, dia tahu mana yang bener ama yang enggak! Udah deh jangan macem-macem. Kamu aja gak yakin ama diri sendiri."

"Ya makanya aku tanya ke kamu karena aku ragu mau kerudung apa enggak. Tinggal kasih pendapat aja susah!" Sora bersedekap kesal.

"Kamu pake kerudung biar cowok itu suka kamu, kan? trus kalau nanti tuh cowok nolak kamu atau putus ama kamu, kamu lepas kerudung? jangan main-main ama Agama, Ra!"

"Ya gak gitu, Sky..."

"Sekali kamu punya niat pake kerudung, berarti kamu harus konsisten dan gak akan lepas itu. Dan buat orang kayak kamu, aku ragu banget." Sky menyebikkan bibirnya.

"Sodaramu mau berubah jadi lebih baik nih, kenapa gak didukung sih?"

"Aku dukung, Ra. Aku dukung kalau kamu mau berubah. Tapi aku ragu dengan sifatmu yang plin plan dan gak masuk akal itu. Ya kan, Ga?"

Aga hanya mengangguk.

Sora mengaga melihat anggukan Aga. "Bener-bener kalian berdua ya!"

"Tanya dirimu sendiri dulu aja sebelum tanya ke orang lain, Ra." Kali ini Sky serius memberikan pendapat.

Sora diam sejenak mendengar jawaban Sky yang sama dengan jawaban Aga sebelumnya. Ia pun berdiri meninggalkan ruang tamu.

Sky menghela nafas panjang melihat kepergian Sora. "Gimana pendapatmu, Ga?" tanya Sky pada Aga.

"Sama seperti anda tuan muda. Nona sebelumnya juga bertanya pada saya." Jawab Aga.

"Aku tanya tentang perasaanmu, bukan pertanyaan Sora."

Aga menghentikan Aktivitas jarinya diatas layar ponselnya dan menatap Sky.

"Gimana?" Ulang Sky.

"Assalamu'alaikum..."

Percakapan Sky dan Aga terpaksa berhenti ketika ada seorang gadis cantik berkerudung coklat berdiri di ambang pintu ruang tamu.

"Wa'alaikumsalam...," Jawab Sky dan Aga.

"Saya Meera, Mas. Tetangga didepan itu...," Meera menunjuk rumahnya.

Aga berdiri menghampiri, "Mau ketemu, Nona Sora?" tanya Aga.

"Iya, Mbak Sora ada?"

"Saya panggilkan dulu, silahkan masuk." Ujar Aga kemudian mrninggalkan ruang tamu.

Meera masuk ke dalam ruang tamu, tersenyum dan mengangguk menyapa Sky yang sedari tadi menatapnya datar.

"Duduk aja...," Kata Sky.

"Terimakasih, Mas. Saya berdiri saja." Sahut Ameera.

"Oke."

Sky membuka ponselnya untuk mengalihkan perhatiannya pada Meera. Sedangkan Ameera masih tetap berdiri disamping pintu ruang tamu hingga Sora dan Aga kembali.

"Ya Allah Meera." Sora melihat Ameera yang berdiri. "Kok gak kamu suruh duduk sih, Sky?" Protes Sora pada Sky.

"Udah, dia gak mau." Jawab Sky tak acuh.

"Maaf ya, Meera. Sky emang gitu, punya jantung doang gak punya hati." Sora melirik Sky sinis dan tentu mendapat balasan lirikan yang tak kalah sinis.

"Merra, tunggu bentar ya. Aku mandi dulu, belum sempat mandi nih. Masih ada waktu, kan?" tanya Sora.

"Iya, Mbak. Masih Qiro'ah juga." Jawab Ameera.

"Duduk dulu, Meera." Sora menarik Ameera duduk di sofa. "Sky, pergi ke kamarmu sana." Usir Sora.

"Gak, aku mau keluar juga." Sahut Sky.

"Gak apa kok, Mbak." Ucap Ameera.

"Beneran?"

Ameera mengangguk.

"Oke, bentaran ya. Aku mandi dulu." Sora pergi meninggalkan ruang tamu.

Aga duduk di kursi yang ada di teras rumah, Sky sibuk dengan ponselnya dan Ameera duduk diam menatap jemarinya yang ada dipangkuannya.

"Kalian mau kemana?" Sky membuka pembicaraan memecah kecanggungan di ruang tamu itu.

"Sholat maghrib di masjid sekalian ada pengajian disana, Mas." Jawab Ameera.

Sky menatap Ameera, sorot mata dingin itu mampu membuat Ameera lebih menundukkan kepalanya. "Saya tunggu mbak Sora didepan saja, Mas."

"Gak usah, tunggu situ aja. Aku aja yang keluar." Kata Sky. Ia berdiri dan menghampiri Aga di luar.

"Ayo, Ga!" Ajak Sky.

Ia menyempatkan diri melihat Ameera di dalam ruang tamu dan membuat tatapan mereka bertemu. Ameera cepat menundukkan wajahnya dan membuat senyum kecil mengembang dibibir Sky. Senyum itu memudar ketika matanya beralih pada Aga yang menatapnya datar namun penuh makna.

"Ayo, Ga." Sky mulai melangkahkan kakinya menuju ke dalam mobil.

-Bersambung-

.

.

.

.

.

Jangan lupa sebelum lanjut tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA dan VOTE novel ini ya.

Terimakasih.

Terpopuler

Comments

Mak sulis

Mak sulis

kayaknya Prany sudah tau identitas Sora gara insiden di hotel

2025-04-16

0

Abie Mas

Abie Mas

si sky nengok2 ameera

2024-05-28

1

lembayung senja 🌺

lembayung senja 🌺

jadi mau nyanyi nih' shubuh2 😁
lirikan mata mu, menawan hati 😂🤭

2024-05-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!