"Hei! Sudah ku bilang kan ini lift khusus direktur."
Satpam yang ditemui Sora tadi masuk dan akan menarik tangan Sora.
"Jangan sentuh dia ...." Cegah Aga dengan wajah dinginnya, cukup menarik perhatian orang-orang disekitarnya. "Biarkan dia disana," ujarnya kemudian.
"Baik, Pak." Satpam muda itu mengurungkan niatnya dan keluar dari lift namun tangannya tetap menahan pintu lift agar tetap terbuka.
Seorang wanita dibelakang Aga menatap ketus pada Sora dan mengisyaratkan untuk Sora agar ssgera pergi.
Sora mengacuhkannya dan kembali menatap Aga, menunggu respon apa yang akan diberikan Aga padanya.
"Turunkan pandanganmu, anak baru!" sentak seseorang dibelakang Aga. "Pak Aga direktur baru disini. Tunjukkan sopan santunmu!"
Sora masih menatap Aga.
Aga menghela nafas, "Kamu bisa gunakan lift ini," kata Aga, ia mengalihkan pandangannya ke beberapa karyawan yang juga sedang menunggu lift terbuka. "Kalian juga bisa menggunakan lift ini." Lanjutnya.
Sora menunduk dan tersenyum menang.
"Mulai sekarang kalian bisa menggunakan lift ini. Ada saya atau tidak ada saya, kalian bebas menggunakannya." Ujar Aga.
"Tapi, Pak—"
"Saya tidak ingin membuang waktu saya untuk berdebat hal kecil ini dengan anda." Kata Aga.
Ia melangkah masuk ke dalam lift yang otomatis membuat pengikutnya ikut masuk ke dalam lift. Ia menempatkan diri di depan Sora dan menatap ke arah karyawan.
"Masuklah." Ajak Aga.
Tak membuat Aga menunggu, beberapa karyawan langsung masuk menyelip di bagian belakang para petinggi kantor. Suasana dalam lift hening ketika pintu mulai tertutup. Hingga satu persatu karyawan mulai keluar di lantai tiga bersamaan dengan Sora.
Tak lupa Sora sedikit membungkukkan bahunya untuk memberi hormat pada Aga dan diakhiri dengan lirikan malas pada Aga. Ia tak menunggu respon Aga dan langsung pergi ke arah yang sudah ditunjukan oleh satpam yang ia temui sebelumnya.
Di ujung lorong yang sepi ada sebuah meja putih besar dengan sebuah layar komputer dan beberapa tumpukan buku diatasnya. Seorang wanita berambut pendek sebahu berdiri tersenyum menyambutnya.
"Laura?" Sora memastikan wanita itu yang akan membantunya beberapa hari ke depan.
"Hai, Sora ya?" Laura mengulurkan tangan menyambut Sora.
"Yap, aku Sora." Sora membalas uluran tangan Laura
"Sini, duduk sini." Ajak Laura.
Sora langsung duduk di kursi yang ada disamping Laura, ia meletakkan tas mewahnya diatas meja dan duduk seanggun mungkin bersiap mendengarkan Laura.
"Ini pengalaman pertamamu bekerja?" tanya Laura.
Sora mengangguk.
"Pak Prany orang yang tak terlalu banyak kemauan, dia orang yang baik walau sedikit genit. Gak usah ditanggapin, fokus kerja aja pasti kamu akan betah kerja disini." Lanjut Laura.
Sora mencondongkan badannya mendekati Laura, "Cakep? Udah punya istri belum?" tanya Sora blak-blakan. Lamayan kan kalau punya atasan cakep, tiap hari dapat hembusan angin surga. Batin Sora.
"Kamu ini masih baru kok pikirannya udah kesana aja." Ujar Laura, "Fokus kerja aja, biar karirnya bagus. Gajinya disini besar."
Sora hanya menyebikkan bibirnya.
"Kalo Pak Prany datang, kamu juga langsung ikut masuk ke dalam ruangannya dan jelaskan jadwal beliau pagi ini. Sebelumnya bikinin juga kopi, nanti ku kasih tahu takaran-takarannya."
Sora hanya mengangguk-angguk saja sambil membuka beberapa beberapa berkas-berkas diatasnya.
"Ih, aneh banget nama perusahannya." Kata Sora, membuat Laura melirik apa yang sedang dibaca Sora.
"Ooh, Yuruyuru Studio?"
Sora mengangguk sambil terkekeh.
"Kita lagi negosiasi dengan mereka untuk menjalin kerjasama. Sepertinya dalam beberapa waktu ke depan kita akan sering menggelar rapat dengan mereka."
"Oooh."
Laura membuka buku agendanya, ia menjelaskan beberapa hal yang harus Sora ketahui. Menjelaskan sesuatu hal pada Sora memang butuh kesabaran, Laura harus mengulang bahkan menjelaskan dengan penuh banyak penjabaran yang tetap saja masih membuat Sora belum terlalu paham.
Percakapan mereka terhenti ketika Laura mendebgar suara ketukan suara sepatu yang memantul di sudut-sudut koridor dan samar-samar suara karyawan di bagian depan memberi salam.
"Pak Prany datang, ayo bersiap." Laura mengajak Sora berdiri tepat di depan meja kerja mereka untuk menyambut kedatangan bos mereka.
Sora menyiapkan senyuman manis menyambut kedatangan Prany. Seorang pria yang berusia sekitar tiga puluh lima tahunan melangkah dengan sekeren mungkin menuju ke arah Sora dan Laura.
Senyumnya merekah menunjukkan gigi-gigi putihnya yang terapit bibir tebal sangat mencolok diantara kulit wajahnya yang gelap. Rambutnya tersisir rapi kearah samping, klimis dan mengkilat.
"Itu bakal bos aku?" tanya Sora pada Laura.
"Iya." Jawab Laura.
Gila! Ini sih bukan angin surga, tapi percikan neraka. Keluh Sora dalam hati.
"Hallo hallo hallo, selamat pagi semua." Sapa Prany dengan semangat.
"Selamat pagi, Pak." Sahut Laura, sedang Sora masih diam tercengang menatap pria yang menurutnya sangat kurang beruntung ketika pembagian kerupawanan wajah.
"Gantinya Laura, ya?" tanya Prany pada Sora.
"Iya ..., Pak." Sora diam sejenak, lidahnya kelu harus memanggil pria didepannya itu dengan sebutan 'Pak'.
"Seneng saya dapat sekretaris cantik lagi." Prany mengulurkan tangannya, "Saya Pranyoto Arjuno, kamu bisa panggil Prany."
Sora menatap tangan Prany dan menyalaminya, dalam hati ia sangat-sangat mengutuk Aga yang membuatnya harus menjadi bawahan orang seperti Prany.
"Siapa namamu?" tanya Prany yang sudah tak sabar menunggu Sora yang hanya diam saja.
"Sora." Jawab Sora dan segera melepaskan tangannya dari tangan Prany.
Prany tersenyum dengan mengerlingkan matanya, Sora hampir saja tak bisa menahan diri untuk muntah. Pranya segera masuk ke dalam ruangannya dengan diikuti Laura dan Sora.
"Apa jadwalku hari ini, La?" tanya Prany setibanya di kursi kebanggaannya. Ia duduk dan menatap berkas yang sudah Laura tata diatas mejanya.
"Semua berkas ini harus segera anda pelajari dan tanda tangani, Pak. Pukul sepuluh ada rapat bersama direktur baru Setelah itu pukul satu siang ada pertemuan dengan Yuruyuru Studio." Jelas Laura.
"Direktur baru sudah tiba hari ini, ya? kamu sudah melihatnya, La? Garang gak?" tanya Prany.
Laura menggeleng. "Saya belum melihatnya."
"Aku mendengar dia tangan kanan putra Pak Langit dan termasuk orang kepercayaan beliau. Bakal tambah ketat nih aturan disini." Kata Prany.
"Kami akan kembali ke depan, Pak." Pamit Laura.
"Oke-oke. Nanti aku akan panggil kalau berkas ini sudah selesai ku tandatangani." Sahut Prany.
Laura dan Sora bergegas kembali ke meja mereka. Sora duduk dengan kesal di kursinya.
"Kamu berapa lama kerja sama dia?" tanya Sora pada Laura.
"Enam tahun. Kenapa?"
"Betah banget ...," Sora berdecak kagum.
Laura tertawa kecil, ia mengerti maksud Sora. "Jangan gitu, sstt." Keduanya tertawa kecil.
"Udah nikah dia?" tanya Sora.
Laura mendekat pada Sora, "Mana ada yang mau." Jawab Laura membuat gelak tawa kedua wanita muda itu.
Setelah banyak bercerita satu sama lain, ternyata Laura tipe orang yang humoris juga. Dan dalam waktu singkat, Sora sudah mendapat teman yang satu frekuensi dengannya.
***
Berbeda dengan kantor pusat Actmedia di Jakarta yang memilik kantin karyawan sendiri, di kantor cabang berbeda. Mereka menggunakan jasa layanan catering. Karena Sora karyawan baru, hari ini ia tidak mendapat jatah makan siangnya. Sebab itulah saat ini dia ditemani Laura sedang menikmati makan siang di salah satu cafe yang sudah ia cari lewat Instagram.
"Kenapa kamu kerja, Ra?" tanya Laura setelah menelan suapan terakhir dari makan siangnya. "Kamu tidak terlihat seperti orang yang membutuhkan uang?" lanjutnya.
"Manusia itu butuh uang, La." Jawab Sora.
Laura menatap tas dan ponsel Sora yang ada diatas meja. "Awalnya aku berfikir tas mu itu imitasi. Waktu kamu ngeluarin ponselmu, ku pikir kamu ambil kredit untuk barang itu. Pikiranku sedari tadi ketemu kamu itu, kamu cewek korban sosialita cuma kamu gak sombong aja."
"Aku anak baik-baik kok." Sora memberikan senyum terimutnya.
"Tapi semua argumenku dari tadi terpatahkan semua waktu kamu ngajak aku masuk ke mobil mewah itu." Laura menatap mobil milik Sora yang sedang terparkir di lahan parkir cafe. "Mana pak sopirnya manggil kamu 'Nona' juga."
"Anggap aja kita naik taxi online."
Laura mengernyit dan menatap Sora penuh pertanyaan, "Kamu siapa sih, Ra?" tanya Laura.
"Aku pengen jawab, tapi aku gak dibolehi." Sora mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Kok gitu?"
Sora mengangguk cepat dengan wajah sedihnya.
Trrrt trrrt trrrrt,
Laura hendak bertanya kembali namun ponselnya bergetar, nama Prany muncul disana dan ia harus segera menerimanya.
"Iya, Pak? .... Oh, iya. Baik, Pak. Kami akan langsung kesana."
Percakapan singkat yang membuat Sora mengangkat alisnya seakan bertanya ada apa?
"Kita langsung ke Yuruyuru Studio, Ra. Pak Prany nyuruh kita datang langsung kesana aja."
"Nanggung nih, kopiku masih banyak." Rengek Sora menunjukkan cup kopinya yang masih banyak.
"Udah, bawa aja. Jangan sampai telat ke Yuruyuru, ini moment penting buat kita." Laura mulai mengangkat tasnya dan beridiri, "Minum aja sambil jalan. Deket kok kantornya dari sini."
Sora pasrah memasukkan ponsel miliknya dalam tas dan langsung berdiri menjinjing tasnya, tak lupa membawa cup es kopinya yang masih banyak.
Keduanya pun mulai melangkah meninggalkan cafe, menyusuri trotoar kota Jogjakarta. Terik matahari tak terlalu menyengat dengan adanya pohon-pohon ditepi jalan yang sedikit me.mberi keteduhan untuk pejalan kaki.
"Semoga ada hari ini Yuruyuru bisa terima kontrak kerjasama kita, Ra." Ujar Laura. "Biar aku bisa lega pindah dari pak Prany."
"Emang kamu mau pindah kemana sih, La?" tanya Sora.
"Jadi sekretaris direktur baru itu loh, Ra."
Brush!!
Sora langsung menyemburkan kopi yang belum sempat ia teguk.
"Ra!!" Pekik Laura ketika melihat semburan kopi Sora mengenai punggung seseorang yang berjalan didepannya.
Sora terbelalak melihat noda coklat di kemeja putih pria yang sedang berhenti didepannya. Sora sudah panik dan ketakutan. Otaknya langsung bekerja keras mencari alasan ketika pria itu akan memarahinya.
Namun dalam sekejap rasa panik itu menghilang ketika ia mendapati seorang wajah yang begitu sangat ia harap-harapkan selama ini.
"Almeer!"
"Sora!"
Keduanya sama-sama terkejutnya dan kemudian saling merekahkan senyum mereka.
"Aku menemukanmu, Al!" Pekik Sora kegirangan.
Almeer mengangguk. "Iya, kita bertemu Sora." Ujarnya dengan senyum lebar khas miliknya.
Sora maju selangkah mendekati Almeer. "Aku menagih janjimu sekarang."
Almeer langsung tertawa mendengar permintaan Sora. "Kenapa kamu gak sabaran sekali." Ujar Almeer.
"Aku tidak mau kamu membuat alasan lagi, Al."
"Maaf...," Laura memotong percakapan Sora dan Almeer, membuat dua orang itu menatapnya. "Pak Almeer, saya Laura sekretaris pak Prany dari Actmedia." Laura memperkenalkan diri.
"Aah, iya. Saya ingat dengan anda. Maaf karena sudah mengabaikan anda." Jawab Almeer.
"Jadi, kamu dari Yuruyuru?" tanya Sora.
Almeer mengangguk.
"Jadi aku bakal sering ketemu kamu dong!" Sora mengeluarkan Id card yang ada di saku roknya lalu menunjukkannya pada Almeer.
"Trainee? Kok bisa? Bukannya—"
"Ssssst!!" Sora langsung memotong kalimat Almeer dan melirik Laura.
Almeer langsung mengangguk mengerti.
"Kalian mau ke kantorku?" tanya Almeer.
"Iya, Pak." jawab Laura.
"Ya udah, kita bisa jalan bersama." Ajak Almeer.
Sora dan Laura mengangguk. Ketika Almeer membalikkan badannya, Sora kembali teringat dosa yang sudah ia lakukan beberapa waktu lalu pada Almeer.
"Al ...," Panggil Sora.
"Ya?" Jawab Almeer, ia sudah mulai melangkahkan kakinya ke depan.
"Apa kamu akan marah padaku jika aku berkata jujur padamu?" tanya Sora. Ia berjalan tepat disamping Almeer, wajahnya terlihat gugup ingin mengatakan sesuatu pada Almeer.
Lagi-lagi Almeer menebarkan senyumnya, "Ini bukan sesuatu hal yang besar, Sora." Almeer melirik ke bahunya.
"Tapi itu akan meninggalkan noda."
"Karena ini juga kita bertemu." Jawab Almeer, "Unik kan bagaimana Tuhan mempertemukan kita?"
Bibir Sora kembali mengembang mendengar jawaban Almeer. Ah, pria didepannya itu mampu membuatnya meringan seperti kapas yang siap terbang tinggi diterpa angin.
-Bersambung-
.
.
.
.
.
Jangan lupa sebelum beralik tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA dan VOTE novel ini ya.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Mak sulis
akhir yg Maha Pemurah mempertemukan Almeer dan Sora...jodoh tak kemana
2025-04-16
0
erenn_na
ooo ya jelas Mas Aga🥰
2025-03-02
0
erenn_na
Yuwen Ruby, yuru yuru studio
2025-03-02
0