ALINEA CINTA

ALINEA CINTA

PROLOG

Terima kasih sudah memilih cerita ini untuk menjadi bacaan kalian. Cerita ini ditulis oleh seorang tukang halu, bukan penulis profesional. Masih banyak kekurangan dalam tiap aksara yang kusampaikan dan semoga tidak mengurangi makna serta alasan kenapa terciptanya kisah ini.

Selamat membaca.

***

"Nenek, boleh Sora main di depan? Sora bosan." Bibir tipis gadis kecil yang berusia sekitar delapan tahun itu manyun. Keningnya berkerut dan hampir membuat kedua pangkal alisnya yang rapi bertautan.

"Boleh." Wanita tua berhijab putih tersenyum mengulum maklum. "Tapi, di sekitar masjid saja, ya. Gak boleh jauh-jauh," imbuhnya.Ia bantu gadis kecil itu berdiri sambil mengingatkan untuk berhati-hati.

Gadis berbusana muslim serba putih itu berjalan setengah membungkuk. Bibir mungilnya berulang kali mengucap "permisi" membelah barisan ibu-ibu yang sedang khidmat mendengarkan ceramah.

Ia berlari kecil ketika sudah sampai di teras masjid kemudian melepas kerudung dan menjinjingnya. Rambut panjang yang terikat ekor kuda itu berayun seiring dengan langkahnya berjalan menghampiri sandal.

Pandangannya menelisik ke sekitar halaman masjid hingga sudut bangunan yang ia ketahui sebagai pondok pesantren itu. Mencoba mencari tempat untuk membunuh rasa bosan.

"Assalamu'alaikum, rakyat Nabi Sulaiman. Tolong dengarkan permintaanku. Aku ingin masjid ini bersih dan aku enggak mau menyakiti kalian. Bisakah kalian pergi dan membuat sarang di samping masjid ini agar kalian selamat?"

Suara anak laki-laki terdengar begitu menggelitik dan menarik perhatian untuk dicari tahu. Gadis bernama Sora itu menghampiri sumber suara tadi. Terlihat, seorang anak laki-laki yang terlihat masih seumurannya sedang jongkok di sisi lain teras masjid.

"Kamu lagi bicara sama semut?" tanya Sora.

Anak laki-laki itu mendongak dan balik bertanya, "Iya, memangnya kenapa?"

"Tapi mereka semut."

"Memangnya kenapa kalau mereka semut?"

Sora terdiam memperhatikan anak aneh itu. "Mereka enggak bisa bicara," ujarnya.

"Tapi mereka salah satu mahkluk istimewa. Allah menyebutnya dalam surah An-Naml ayat delapan belas, mereka tidak pernah tidur dan mereka selalu berdzikir pada Allah. Sebab itulah Rasulullah melarang manusia untuk membunuhnya dan mengajarkan bagaimana cara mengusir mereka dengan baik."

"Dengan cara seperti itu?" Sora mengernyit tidak percaya.

"Kamu meragukan Nabiku?" Anak laki-laki itu melirik kerudung di tangan Sora, "Nabimu, juga." lanjutnya kemudian berdiri.

"Enggak!" Sora menggeleng cepat dan menjelaskan, "Cuma aneh aja. Aku baru dengar ada yang seperti itu."

"Mau kuceritakan kisah Nabi Sulaiman dan koloni semut?" tanya anak laki laki itu antusias. Ia tersenyum lebar hingga memperlihatkan gigi gingsulnya. "Pakai kerudungnya, dulu." Ia ambil kerudung dari tangan Sora dan memasangkan dengan hati-hati meski tidak terlalu rapi.

"Kamu cantik kalau pakai kerudung," pujinya. "Semoga kalau sudah dewasa nanti aku punya istri cantik dan saleha sepertimu."

Sora tertawa geli. "Kamu masih kecil tapi malah ngomong kayak gitu. Aneh bener."

"Kata mamaku. Hal baik yang kita inginkan harus segera didoakan. Apalagi kebaikan untuk masa depanku."

"Oke oke! Terserah kamu, aja." Sora mengangkat alis dan mengembuskan napas berat. Anak itu terlalu pandai bicara. Ia tidak mau banyak berdebat. "Terus, kapan mau mulai cerita tentang mereka?" Ia menatap semut-semut di bawahnya. Sedikit kaget karena jumlah mereka berkurang.

"Almeer!"

Teriakan seorang wanita dari sebuah rumah di ujung halaman membuat anak laki-laki itu menoleh. "Iya, Ma!" sahutnya keras. Ia mendapat isyarat agar segera pulang. Karena itu, perhatiannya kembali tertuju pada Sora. "Aku harus pergi," pamitnya.

"Ceritanya?"

"Kalau Allah ijinkan kita ketemu lagi, aku akan ceritakan semuanya." Anak laki-laki itu tersenyum lebar sambil menuruni beberapa anak tangga dan memakai sandal.

"Kasih tahu dulu siapa namamu!" pinta Sora.

"Almeer! Sagara Almeer!" jawabnya sambil berlari meninggalkan halaman masjid.

Sora menatap kepergian Almeer dengan senyum kekaguman. Selepas melihat anak laki-laki itu menghilang di balik pintu rumah, ia duduk menatapi semut-semut di bawahnya. Jumlahnya semakin lama semakin sedikit.

"Aku jadi enggak sabar dengar kisah kalian darinya."

***

Seperti halnya alinea yang membutuhkan penggabungan beberapa rangkaian kata dan kalimat untuk bisa terbentuk sempurna, begitu pula dengan kisah cinta yang membutuhkan rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah cerita yang indah.

Berangkat dari sebuah tikaman tak kasat mata yang membuat hati begitu terluka, seongok daging bernyawa mempunyai harapan untuk bisa mendapatkan sebuah cinta layaknya Rasulullah yang begitu mencintai Khadijah.

Mungkin semua orang bisa menentukan tujuan kemana mereka pergi, tapi tidak dengan apa yang akan ditemukan. Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Disinilah sebuah perjalanan diantara suka dan duka dalam kehidupan yang terakit indah menjadi sebuah ALINEA CINTA.

Terpopuler

Comments

Ibrahim Adjie Prawira

Ibrahim Adjie Prawira

hay...aku datang lagi kesini kangen almeer dan sora 😍

2024-10-18

0

Arsy Hennu

Arsy Hennu

baca lagi yg ke tiga kalinya karena rindu sama almeer dan sora

2024-07-12

0

shanum

shanum

aku membaca Alinea cinta untuk kedua kalinya...

2024-07-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!