2

Kianga Sora,

Gadis berusia 26 tahun yang mempunyai paras cantik dengan mata bulat berhias bulu mata lentik, hidungya tak terlalu mancung namun sangat terlihat proporsional bersanding dengan bibir mungilnya yang selalu merekah merah walau tanpa lipstik itu tengah berjalan menyusuri beberapa koridor gedung kantor polisi, dengan seorang polisi membimbing langkahnya.

"Silahkan," Polisi membiarkan Sora masuk ke dalam sebuah ruangan.

"Terimakasih, pak." Ujar Sora kemudian masuk ke dalam ruangan.

Seorang pria sedang duduk di atas kursi kayu, kedua lengannya tertumpu diatas meja. Wajahnya penuh luka lebam dan sorot matanya tajam, menunjukkan rasa tidak suka dengan kehadiran Sora disana.

"Kenapa lo masih aja datengin gue!" Sentak pria itu ketika Sora sampai didepannya.

Sora terlihat resah dan khawatir melihat luka diwajah pria itu, "Sky melukaimu?" tanya Sora.

"Pengawal keluarga lo juga bikin gue kaya gini! Sial!" Umpatnya.

Sora duduk di kursi yang ada didepan pria itu, "Aric ...," Panggilnya lembut menyebut nama pria didepannya itu. "Apa kamu tidak mau meminta maaf padaku?" tanya Sora.

Pria bernama Aric itu mengangkat salah satu sudut bibir atasnya, "Huh! Lo mau gue minta maaf ke elo?"

Sora mengangguk, "Kamu sudah menghianatiku, Ric."

Aric mencondongkan badannya mendekat pada Sora dan menatap tepat dimata gadis cantik barambut panjang didepannya itu. "Gue gak pernah bener-bener sayang sama lo, Ra!" Suaranya pelan, namun terdengar cukup mengejutkan ditelinga Sora.

"Aric—"

"Gue akan ungkap semuanya sekarang" Pangkas Aric, ia menyandarkan kembali punggungnya di kursi. "Selama ini gue cuma manfaatin lo aja buat ngembangin bisnis perusahaan gue."

"Kamu bohong."

Aric menghela nafas kesal, ia kembali mencondongkan badannya ke depan. "Lo pikir cowok-cowok lo dulu betah sama cewek bawel dan ***** kaya lo itu karena apa?"

Sora mengernyitkan keningnya.

"Lo kaya, sexy, cantik. Cowok deketin elo ya cuma buat maen-maen aja! Lo kira mereka semua cinta ama elo?" lanjut Aric. "Dan sialnya harus gue yang kena apesnya!"

Sora menitikkan air matanya, mendengar kenyataan yang sebenarnya ingin sekali ia sangkal.

"Mending lo pergi! Gue udah enek banget sama lo!" Usir Aric.

"Apa kamu benar-benar tidak memiliki perasaan yang tulus ke aku, Ric?" tanya Sora.

Aric memejamkan matanya dan menghela nafas panjang kemudian kembali menatap Sora, "Gue gak pernah cinta sama elo, Ra! Satu-satunya cewek yang gue cinta cuma Nirmala! Nirmala!"

"Tapi dia sahabat aku, Ric! Kenapa harus dia!" Teriak Sora.

"Sebelum gue punya hubungan sama elo, gue udah pacaran ama dia! Dan sekarang, gara-gara lo dan keluarga lo, gue ada di penjara ini dan keluarganya batalin pernikahan gue!" Teriak Aric penuh emosi.

"Nikah? kalian bahkan mau nikah?" tanya Sora, air matanya kini telah mengalir lebih deras.

"Pergi lo dari sini!"

"Sejauh itu kalian bohongin aku!"

"Pergi!"

"Selama ini aku sudah baik ke kalian!"

"Gue bilang Pergi!!" Teriak Aric.

Keributan antara Sora dan Aric membuat dua orang sipir masuk kedalam ruangan dan mengamankan Aric yang terlihat emosi.

"Kamu pantas ada disini, Ric!" Sentak Sora diantara tangisnya, "Aku gak akan pernah maafin kamu!"

"Gue gak butuh maaf dari lo!"

Dengan uraian air mata, Sora meninggalkan ruangan itu. Ia tak peduli siapapun yang menatapnya, entah dengan heran, kasian atau bahkan menertawakannya.

Bukan tak tahu malu, sebab pikiran dan perasaanya sedang terluka akibat tikaman tak kasat mata yang membuatnya begitu sakit dan kecewa.

Aric Erlion Wibowo

Pria yang dulu menjadi kebanggaannya, pria yang pernah menjadi dunianya, tempat ia memupuk cinta, merajut kasih, meminal rindu. Dalam sekejap saja menjadi pria asing yang meninggalkan kenangan menjijikkan berupa penghianatan.

Sora menghapus air matanya, mengutuk dirinya sendiri yang selalu saja masuk ke lubang yang sama. Bodoh! Satu kata yang paling ia benci ketika saudara kembaranya mengatakan hal itu padanya, tapi kali ini dia merasa kata bodoh tak cukup menggambarkan sosok dirinya.

Ia masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi meninggalkan pelataran parkir kantor polisi itu. Rumah Nirmala tujuannya. sahabatnya yang sudah hampir delapan tahun menemaninya. Mereka bertemu saat ospek hari pertama.

Sora memang cantik, punya bentuk tubuh yang bagus, kaya sudah pasti, tapi dia punya satu kekurangan ..., lemot! Berbeda jauh dengan Sky, saudara kembarnya yang punya otak cemerlang, Sora justru lebih lola (loading lambat) dan selalu asal mengambil keputusan.

Dia memang sangat lamban dan kurang peka dengan apapun disekitarnya, tapi jika masalah pelajaran bisa dikatakan ia baik, walau tidak sebanding dengan Sky. Dari kekurangannya itulah ia bertemu dengan Nirmala, yang saat itu ia anggap dewi fortunanya karena selalu ada disaat ia butuh. Setidaknya sampai detik sebelum Aric menceritakan semuanya.

"Dan sekarang, gara-gara lo dan keluarga lo, gue ada di penjara ini dan keluarganya batalin pernikahan gue!"

Sepenggal kalimat Aric terngiang kembali di kepala Sora. Ia cepat-cepat menepikan mobilnya.

"Keluarga Nirmala batalin pernikahannya dengan Aric? itu artinya, mereka semua ngehianatin aku?" gumam Sora. "Mereka pembohong yang pintar!"

Sora memeluk kemudi mobilnya dan menenggelamkan wajahnya disana meratapi kebodohannya. Ia marah pada Nirmala, tapi ia lebih marah lagi pada dirinya sendiri. Nirmala dan keluarganya bukan pembohong yang pintar, tapi dialah yang terlalu bodoh.

Tok tok tok.

Suara jendela mobil berbunyi membuat Sora menarik menoleh ke samping kanan tubuhnya. Mita, salah satu pengawal pribadinya sedang berdiri diluar sana. Sejak kejadian semalam, papanya tidak memberinya izin untuk pergi tanpa pengawal lagi.

Sora membuka jendela mobilnya dan mengusap sisa air matanya, "Sudah ku bilang jangan ngikutin kenapa masih ngikutin sih?" tanya Sora.

"Maaf, Nona. Tapi biarkan saya mengantar anda pulang." Jawab Mita.

Sora masih terdiam, ia sedang menimang-nimang tentang apa yang seharusnya ia lakukan. Pergi ke rumah Nirmala atau pulang kerumahnya?

***

"Maaamaaa!!" Teriak Sora ketika baru membuka pintu rumahnya.

Sora memutuskan untuk pulang setelah perdebatan panjang antara perasaan dan pikirannya. Perasaannya ingin sekali pergi ke rumah Nirmala, ia ingin menanyakan kebenarannya sekaligus menghujatnya. Tapi, pikirannya berkata lain. Jika ia pergi kasana, bukannya ia hanya akan menjadi bahan olok-olokan keluarga Nirmala?

"Kenapa sayang?" wanita paruh baya yang masih menggunakan celemek di bagiam depan tubuhnya itu menghampiri putrinya yang berteriak dengan tangisan.

Sora memeluk Senja dan kembali menangis lagi dipelukan mamanya. "Aric sama aja kaya Niko, Anton, Yauzan, Dion, David, Jefry, Arka, Kenzo dan Adit, Ma!" Ujarnya mengabsen nama-nama mantan kekasihnya.

"Hahahaha! Baru sadar kamu!" Tawa mengejek seorang pemuda yang sedang asyik menonton TV mengusik kesedihan Sora. "Mina aja lebih pinter."

"Sky ...," Senja mengingatkan putranya untuk lebih peduli dengan Sora.

Sora melempar sepatunya tepat di kepala Sky.

"Auuuh!!" Pekik Sky kesakitan, Ia beranjak dari sofa dan menatap Sora. "Pikir-pikir dong kalo mau lempar! Kepalaku ini berharga, beda ama kepalamu! Otak sebiji sawi, gak guna!"

"Bilang sekali lagi ku timpuk kamu!" Teriak Sora masih dengan isak tangisnya.

"Udah udah...," Langit yang baru masuk ke ruang keluarga langsung memangkas bibit pertikaian kedua anak kembarnya itu.

Ia mengambil sepatu milik sora dari tangan Sky dan memberi jitakan kecil pada kepala putranya itu. "Makanya, coba jalin hubungan sama lawan jenis. Biar tahu gimana rasanya jatuh cinta yang udah sepaket dengan patah hati." Ujar Langit sambil mengembalikan sepatu milik Sora.

"Banyak yang harus Sky urus di Actmedia, ngurusin cewek cuma bikin ribet aja, Pa!" Sky menggosok bekas jitakan papanya.

"Lagian cewek mana yang betah sama cowok yang cuma punya jantung doang gak punya hati kaya kamu!" Sahut Sora.

"Sudah ya, sudah." Kali ini Senja yang melerai, ia melepaskan celemek dibadannya dan memberikannya pada suaminya, "Kamu lanjutin masaknya, Mas." Ujar Senja.

"Loh, kok?" Langit bingung.

"Aku tenangin Sora dulu, Mas." Senja mengajak Sora pergi.

"Masak, Pa. Yang enak." Goda Sky sambil cekikikan.

"Seharusnya Papa gak pensiun dulu aja." Guman Langit sambil memakai celemek di badannya, "Andai saja mamamu gak tahu skill memasak papa, pasti gak bakal jadi juru masak nih papa."

"Nilai plus, Pa!" Kata Sky.

"Ayo ikut ke dapur." Ajak Langit.

"Ogah! Sky mau menikmati hari libur." Sky kembali merebahkan badannya di sofa.

Langit kembali menjitak kepala Sky sebelum ia menuju ke dapur.

Sementara itu dikamar Sora, ia masih menangis dalam pelukan Senja.

".... mereka jahat, Ma!" Ujar Sora usai menceritakan apa yang sudah ia ketahui. "Hati Sora benar-benar terluka, Ma. Sora pikir Aric berbeda dengan yang lainnya, ia tulus mencintai Sora, tulus sayang ke Sora, tulus sabar dengan Sora yang lemot yang manja yang cerewet. Tapi itu semua palsu!"

"Kamu udah makin dewasa sayang, mama harap kamu mulai sekarang lebih bijak lagi untuk memilih pasangan. Jangan asal menerima pria. Cobalah untuk mendengar pendapat orang lain, terutama papa dan mama."

Sora menegakkan badannya dan menatap Senja kemudian menggeleng, "Perasaan Sora kali ini benar-benar terluka, Ma. Sora ragu bisa membuka hati Sora untuk orang baru. Rasanya hati sora udah capek, udah mati rasa ke cowok, Ma."

Senja mencakup kedua pipi putrinya, "Sstt, jangan bicara seperti itu. Kamu hanya butuh istirahat, hati kamu juga butuh istirahat sayang. Istirahat dulu, tenangin semuanya, fokus lebih dulu ke hal-hal yang tidak bisa kamu kerjakan selama kamu jalan dengan Aric."

Sora mengernyitkan keningnya dan menghapus air matanya, "Mama nyuruh aku buat kerja?" tanya Sora.

"Menurut mama itu bukan ide yang buruk, kamu bisa ikut Sky bekerja di kantor Papa, Sayang." Jawab Senja.

Sora menggeleng cepat, "Bekerja dengan Sky hanya akan membuatku semakin stres, Ma."

Senja tersenyum, "Terus?"

Sora mengangkat kedua bahunya dan mendapat pelukan lagi dari Senja, "Tenangkan saja dirimu dulu, sayang." Kata Senja.

Sora mengangguk.

"Mulai saat ini kamu harus lebih sayang ke diri kamu sendiri ya sayang, cintai dirimu sendiri dan coba untuk lebih peduli lagi dengan orang-orang disekitar yang sayang ke kamu."

"Terimakasih ya, Ma."

Senja memberikan kecupan di kening putrinya. Diantara ketiga anaknya, Mina memang putri Langit dan Senja yang paling kecil. Tapi, yang mempunyai sifat paling kekanak-kanakan adalah sora. Bahkan Mina jauh lebih mandiri daripada Sora.

Terbukti, saat ini dia sedang menyelesaikan S1-nya di Jogja. Tentu Papapnya yang kaya raya itu tidak akan membiarkan putrinya benar-benar sendiri mengingat di Jogja mereka tidak mempunyai saudara. Mina detemani beberapa asisten rumah tangga dan beberapa pengawal pribadi untuk menjaga keselamatannya.

-Bersambung-

.

.

.

.

.

Jangan lupa sebelum beralih tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA dan VOTE novel ini dulu ya.

Terimakasih.

Terpopuler

Comments

erenn_na

erenn_na

iya Artmedia sedang pengajuan kerjasama soalnya Paa😄

2025-03-02

0

Rinta Yuly

Rinta Yuly

banyak amat mantan lu sora🤣

2024-11-20

0

Ibrahim Adjie Prawira

Ibrahim Adjie Prawira

ya ampun sora...kamu mw bikin club mantan apa 🤔😜

2024-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!