"Aah, Maaf Pak. Saya tidak sopan. Terimakasih bantuannya." Sora ber-acting penuh penyesalan.
Aga hanya mengangguk.
"Mana hasil rapatnya?" pinta Prany.
Sora memberikan dokumen yang dipegangnya pada Prany. "Ini, Pak."
"Oke. Makasih ya. Kamu bisa langsung pulang nanti, saya masih ada perlu dengan pak Aga." Ujar Prany.
Sora mengangguk.
Aga, Prany dan para staffnya masuk ke dalam lift meninggalkan Sora dan beberapa karyawan lain.
"Kamu siapa sih? bisa-bisanya direktur tau nama kamu?" tanya Nadia penasaran.
"Kak Nadia gak mau minta maaf dulu udah sengaja bikin aku jatuh?" Sora balik bertanya.
Nadia hanya tersenyum masam, "Kamu aja yang jalannya gak lihat-lihat." Elak Nadia.
"Kak, bisa gak sih profesional dikit? aku udah berusaha yang terbaik loh disini. Kalo kak Nadia gak suka sama aku jangan campur-campurin ke kerjaan dong."
"Kita disini semua juga berusaha sebaik mungkin tiap hari. pake otak ama tenaga. Bukan modal badal tampang ama body aja! Baru usaha segini aja udah ngeluh."
"Ya setidaknya hargai usaha orang lah, Kak."
"Belajar hargai orang lain dulu, baru orang lain bisa ngehargai kamu!" Ujar Nadia kemudian meninggalkan Sora sendiri di depan lift.
Dengan kesal Sora menekan tombol panel di dinding lift, setelah pintu lift terbuka ia langsung masuk dan lift membawanya turun ke lantai tiga.
Sora segera kembali ke meja kerjanya dan merapikan semuanya. Walau belum masuk jam pulang kantor, ia sudah pergi meninggalkan pekerjaannya.
Ia benar-benar kesal pada semua orang. Kenapa mereka tidak bisa melihat kerja kerasnya dan masih meremehkannya.
***
"Ya Wajarlah, Ra. Kamu baru sehari loh berusaha, dan kamu udah ngeluh?"
Sebuah kalimat yang akhirnya keluar dari mulut Almeer setelah sekian lama Sora mengoceh menyalurkan kekesalannnya. Keduanya duduk di salah satu meja kursi yang ada di halaman cafe rumah Almeer.
"Sabaaar, Ra. Semuanya butuh proses. Coba deh menerima kalimat mereka dari sudut pandang yang berbeda."
"Gak bisa! Tetep aja aku sebel, Al!" Gerutu Sora sambil menggigit ujung sedotan yang ada digelas jus buahnya.
"Ra, mungkin kalimat dia yang ngatain kamu itu bikin kamu terluka tapi mungkin juga dari kalimat itu juga kamu bisa intropeksi diri. Ambil positifnya, Ra."
"Apa positifnya? mereka sampai ngatain aku jual badan tau! Cih!"
"Mungkin maksud mereka nyuruh kamu pake bajunya panjangan dikit, longgaran dikit gitu kali, Ra?" Sahut Almeer.
"Ya Allah, Al. Rok ku udah ku panjangin nih, blouse-ku juga longgar gini kan." Sora berdiri dari duduknya dan pergi ke sisi meja menunjukkan pakaiannya pada Almeer.
Almeer hanya mengangguk pasrah dan menyuruh Sora duduk lagi.
"Udah, gak usah marah-marah lagi. Berusaha berfikir positif dan lebih sabar ke orang lain, Ra. Allah akan kasih hikmah dari semua sakit yang kamu rasakan." Kata Almeer.
"Tapi masih sebeeeeel."
"Mau ku ambilin es batu? Biar dingin hatinya?"
Sora menggeleng dan menopang dagu menatap Almeer, "Enggak usah, gini aja nanti dingin-dingin sendiri." Ucap Sora dengan senyum lebarnya.
Almeer tersenyum dan menyandarkan tubuhnya dipunggung kursi. "Beruntung kan capek capek pulang kerja ketemu orang ganteng kayak aku?"
Senyum Sora menghilang seketika, "Kamu pede banget sih, Al?"
"Mau gak pede gimana, Ra? Aku gak bisa menipu diri sendiri mengenai kelebihanku ini."
Sora hanya menatap Almeer datar. Untung aja ganteng beneran, batin Sora.
"Udah udah, pulang gih! Udah mau magrib nih." Kata Almeer.
"Iya iya," Sora berdiri dari duduknya
Almeer ikut berdiri dan mengantar Sora hingga ke depan pintu gerbangnya.
"Eh, Calon mantu Oom udah pulang!"
Suara lantang cukup mengagetkan Sora dan Almeer, Sora melihat ada Marko dan Aga baru keluar dari mobil yaang terhenti didepan rumahnya.
"Sama siapa, Ra? kamu selingkuh dari Aga, ya?" Marko melirik Almeer.
Sora hanya membalas dengan decakan kesal kemudian menatap Almeer, "Aku pulang dulu ya, Al. Makasih, Assalamu'alaikum, Al."
"Wa'alaikumsalam, Ra."
Sora berlari menyebrangi jalanan berpaving yang tak terlalu lebar itu untuk kembali ke rumahnya. Sedangkan Almeer masih menatap Sora dan membalas sapaan Aga padanya. Senyum Almeer menghilang ketika beberapa orang itu masuk ke dalam rumah Sora.
"Jadi itu calon suaminya Sora, Al?" Tanya Genta yang entah sejak kapan berada di dekat Almeer.
"Aku juga baru tahu, Oom."
"Ganteng, ya! Kaya kelihatannya."
Almeer tidak menjawab.
"Masuk, Al." Genta memberikan tepukan di bahu Almeer.
"Ya, Oom."
***
Sejak pagi hari kantor Actmedia sudah sibuk karena sebagian karyawan saat ini mempunyai kerja ganda untuk mempersiapkan peringatan 35 tahun berdirinya kantor cabang Actmedia di Jogja beberapa hari lagi.
Sora terbebas dari beban itu, semua orang tak mau ambil resiko untuk memberi tugas lebih pada Sora. Sebab itulah dia bisa bersantai menikmati makan siangnya di dapur kantor.
"Sora, ya?" Seorang pria dewasa yang memakai setelan jas rapi menghampiri Sora.
Sora mengangguk saja tanpa menjawab dan tak berniat menanyakan maksud tujuannya.
"Saya, Bram. Manajer pemasaran, belum kenal, kan?" Pria bernama Bram itu mengulurkan tangan.
Sora menyambutnya sekilas dengan anggukan lagi.
"Nanti ikut Prany menghadiri undangannya investor baru dari Singapore, kan?"
"Iya."
Bram tersenyum, "Oke, nanti kita berangkat sama-sama, ya?" Ujarnya kemudian pergi.
"Aneh banget sih tuh orang. Jijik banget lihat matanya." Gumam Sora kemudian melanjutkan makan siangnya.
Usai makan siang, Sora mengerjakan beberapa tugasnya terlebih dahulu sebelum Prany mengajaknya pergi keluar kantor.
"Sora ..., sudah semuanya?" tanya Prany.
"Harus bawa apa aja ya, Pak?" tanya Sora.
Prany menggeleng, menatap Sora dari ujung rambut hingga ujung kaki kemudian tersenyum. "Gak usah bawa apa-apa, udah paket lengkap kok."
Sora hanya menghela nafas panjang memandang Prany kemudian mengambil tasnya dan bergegas pergi bersama Prany.
Didepan Loby, Sora bertemu dengan Bram dan Lasty, seorang sekretaris divisi pemasaran yang juga sering ia temui. Mereka beranjak masuk ke dalam mobil.
"Sudah mau berangkat?"
Tiba-tiba Aga dan beberapa stafnya muncul dari sisi lain hingga menghentikan langkah karyawannya yang hendak masuk ke dalam mobil.
"Ooh, Pak Aga. Iya, Pak!" Sahut Prany dan Bram kompak.
"Pak Aga gak perlu khawatir, saya sudah siapkan sesuatu untuk Pak David agar mau menginvestasikan kekayaannya di Actmedia, Pak." Ujar Bram.
Aga mengangguk, "Pastikan jangan buat kesalahan." Ujar Aga.
"Baik, Pak."
Aga melirik Sora terlebih dahulu sebelum meninggalkan loby. Sedangkan Prany dan yang lainnya segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan kantor Actmedia.
Sebuah Hotel bintang lima menjadi tujuan mereka. Salah satu ruang meeting sengaja di sewa orang Singapore itu untuk pertemuan dengan perwakilan Actmedia.
Pria paruh baya berwajah oriental dengan beberapa orang yang terlihat seperti pesuruhnya sudah berdiri menyambut kedatangan tim Actmedia. Percakapan pun dimulai, negosiasi terus berlanjut cukup lama. Sora dan Lasty hanya diam saja memperhatikan merasa sebenarnya mereka tidak berguna disana.
"Baiklah, saya pilih type yang pertama, ya?" Ujar Pria paruh baya Bernam David itu.
"Siap pak David, siap!" Ucap Bram.
Prany menatap Bram mencoba mencari tahu maksud David tapi Bram hanya memberi isyarat untuk diam dulu sementara.
"Jika semuanya sudah deal, kami pamit sekarang, Pak David." Bram berdiri, di susul yang lainnya.
"Kita bisa makan malam dulu sama-sama." Ujar David.
"Tidak, Pak. Saya tidak berani mengganggu waktu anda." Tolak Bram.
"Hahahaha, anda pandai sekali membaca situasi." Puji David "Siapa yang akan ikut denganku mengambil kontraknya?" Ia melirik antara Sora dan Lasty.
"Sora, bisa kamu ikut pak David sebentar untuk mengambil surat kontrak kerjasama ini?" Ujar Bram.
Sora mengangguk cuek.
"Kamu nanti bisa langsung pulang saja, Sora." Ujar Bram.
"Suratnya?" tanya Sora.
"Kamu bawa saja dulu, besok bisa kamu bawa ke kantor, kan?"
Sora mengangguk.
Mereka semua keluar ruangan, keduanya berpisah didepan pintu. Bram, Prany dan Lasty pergi ke arah loby sedangkan Sora, David dan beberapa asisten David pergi ke arah restoran
David mengajak Sora pergi ke sebuah restoran yang ada di bagian samping hotel. Tentu Sora jadi bingung dan bertanya-tanya.
"Kita makan malam sebentar, ya." Ajak David.
Sora yang kebetulan lapar tak menolak ajakan David.
David mengajak Sora duduk disebuah meja yang berada ditepi pagar pembatas sehingga terlihat pemandangan indah kota Jogja di malam hari. Pengunjung tak terlalu banyak, hanya beberapa meja yang terisi. Seorang pelayan datang membawakan dua gelas air putih dan dua buku menu untuk Sora dan David.
David menyebutkan beberapa menu yang ingin ia pesan dan pelayan menulisnya dengan cermat.
"Pesan apapun yang kamu mau." Kata David.
Sora hanya menatap daftar menu makananannya dan mengabaikan kalimat David, "Wagyu minute steak sama Mango lady, non alkohol ya." Pesan Sora sambil memberikan kembali buku menu pada pelayan.
"Baik, kami akan segera membuatkan pesanan anda. Harap bersabar menunggu hidangan datang." Pelayan itu meninggalkan meja Sora dan David.
David tersenyum, "Kamu punya selera tinggi ternyata." Ujar David.
"Saya akan bayar sendiri untuk makanan dan minuman yang saya pesan." Kata Sora.
"Tidak tidak, aku akan membayarnya."
Sora tak berfikir panjang dan langsung menganggukkan kepala. Lumayan makan gratis, batinnya.
David menatap jam tangan Sora, "Bagaimana seorang sekretaris bisa mendapatkan jam tangan milik brand mewah seperti itu?" tanya David.
"Hanya meminta saja, dan saya mendapatkannya." Jawab Sora.
David tersenyum lagi menatap Sora, ia mencondongkan badannya kedepan. "Bram sudah mengatakan semuanya tentangmu padaku,"
Sora memicing dan bingung.
"Aku suka semuanya," Bram menatap Sora dari ujung rambut dan berhenti tepat didadanya, "Aku bisa beri semua yang kamu minta." David menyentuh tangan Sora.
Sora langsung menepisnya, "Berani sekali anda menyentuh saya!?" Sentak Sora.
"Hahahahaha, kamu tidak perlu malu-malu. Sudah ku katakan sebelumnya kan kalau Bram sudah mengatakan siapa kamu." David mencoba menyentuh tangan Sora kembali namun Sora menepisnya kembali.
"Kita bisa melakukannya diam-diam, aku akan memastikan tidak akan terbongkar pekerjaan sampinganmu." Bisik David.
SPLASSH!!
Sora menyiram muka David dengan air dalam gelas yang ada didepannya.
"B*tch!"
"Kamu pikir aku wanita panggilan, hah!!" Sentak Sora, "Udah tua, bau tanah masih aja pikiran mesum!"
PLAK!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Sora hingga membuat Sora hampir hilang keseimbangan.
Beberapa orang David menghampiri dan segera menangkap tangan Sora.
"Lepasin, Brengsek!" Teriak Sora.
BUG! BUG!
Seorang pria datang dan melayangkan sebuah pukulan keras pada pria yang mencengkram tangan Sora hingga pria itu jatuh tersungkur.
"Almeer?" Pekik Sora terkejut.
Almeer langsung mengambil tas Sora dan menarik tangan Sora mengajaknya berlari meninggalkan restoran.
"Kejar mereka!!" Teriak David.
Beberapa orang pria berpakaian serba hitam langsung mengerjar Almeer dan Sora.
Almeer tak sedikitpun merenggangkan pegangan tangannya pada tangan Sora, mereka berdua berlari menyusuri koridor Hotel dan terus berlari keluar hotel.
"Al, tunggu!" Ucap Sora.
Almeer menghentikan langkahnya dan melihat Sora.
"Bentar!" Sora melepas high heelsnya.
"Hei! Berhenti kalian!"
Teriakan garang dari pria-pria suruhan David membuat Almeer dan Sora terkejut. Sora yang panik langsung menarik tangan Almeer dan berlari menghindari pria-pria itu.
Karena paniknya, Sora bukannya berlari menuju ke jalan raya malah masuk ke gang gang kecil di kawasan perkampungan dan menarik perhatian beberapa orang.
"Cewek itu mau kawin lari pak!" Teriak salah satu pria suruhan David.
Bertambahlah sekarang orang yang mengejar Almeer dan Sora. Pria-pria suruhan David itu mendapat tambahan beberapa personel dari warga.
"Al, capek!" Keluh Sora.
Almeer kini ganti menarik Sora, mencari tempat yang aman untuk bersembunyi karena tak mungkin mereka terus berlari, Mereka bukan pelari maraton yang punya fisik kuat.
"Sini, Ra!"
Almeer dan Sora masuk ke sebuah gang kecil yang gelap diantara beberapa gerobak makanan yang tak terpakai. Almeer menarik Sora ke dalam dekapannya. Menutupi baju Sora yang berwarna cerah itu dengan jaketnya agar tak mencolok.
Sora merasa tubuhnya kaku tidak bisa bergerak sedikitpun. Ini bukan kali pertamanya Sora berada dalam dekapan pria. Tapi kali ini Sora benar-benar merasa tubuhnya mati rasa. Irama jantungnya terpompa lebih cepat dari sebelumnya.
Entah Indra pendengarannya lebih tajam atau karena memang telinganya yang sedang menempel tepat di dada Almeer hingga bisa mendengarkan detak jantung Almeer. Kini ia juga bisa mencium harum parfum Almeer yang sebenarnya sangat menenangkan namun Sora justru merasa lebih sesak disana.
"Cepet banget mereka larinya!"
"Ayo cepet kerjar!"
Suara riuh pria-pria suruhan David itu membuat Almeer lebih erat mendekap Sora. Sedangkan Sora lebih erat lagi mencengkram sepatu di tangannya. Ia memejamkan mata, berusaha mengatur nafas, mengajak tubuh dan pikirannya untuk berdamai dengan keadaan yang cukup menegangkan ini.
-Bersambung-
.
.
.
.
.
Jangan lupa sebelum tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA dan VOTE novel ini ya.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Mak sulis
Bram sebenarnya bilang apa ke David kok David bisa punya pikiran pingin melecehkan Sora
2025-04-16
0
Mak sulis
kayaknya ada yg berencana gak baik ke Sora..dan jika itu terjadi, semoga Aga tau
2025-04-16
0
Maritsa Anjali
ikut deg"an😂
2024-11-26
0