Sejak masuk ke dalam mobil, Sora tak henti-hentinya senyum bahkan tertawa sendiri. Pertemuannya dengan Almeer barusan cukup bisa mengobati perihnya luka yang sudah ia rasakan selama berhari-hari. Sebuah percakapan singkat namun memiliki makna yang sangat baik untuk Sora. Ia merasa seperti mendapat kekuatan untuk bisa move on dari pria bernama Aric itu.
Benar yang dikatakan Almeer, dibandingkan dia terus menyelami kesedihannya memang dia harusnya memikirkan kebahagiaannya. Aric bukan akhir dari hidupnya dan hidupnya akan baik-baik saja tanpa Aric.
"Selamat datang, Nona." Sapa Erni, kepala asisten rumah tangga dikeluarga Sora. Ia menyambut kedatangan Sora didepan teras rumah bersama dua asisten rumah tangga lainnya.
"Assalamu'alaikum, Bu Erni." Sapa Sora, cukup membuat Erni dan kedua asistennya terkejut.
"Wa'alaikumsalam, Nona." Sahut mereka.
Sora masih mengembangkan senyumnya, ia melewati pergi ke ruang keluarga mendapati papa dan mamanya disana yang terlihat sibuk membahas sesuatu.
"Assalamu'alaikum, Papa, Mama." Sahut Sora, ia langsung mencium tangan kedua orangtuanya bergantian.
"Wa'alaikumsalam," Langit dan Senja saling menatap, melihat putri mereka yang sedikit berbeda.
Sora duduk disamping Senja dengan senyum yang terus mengembang, ia mengambil bantal sofa untuk menutup pahanya yang terlihat membuat kedua orangtuanya kembali dibuat heran.
"Sora ...," Panggil Senja.
"Ya, Ma?" sahut Sora.
"Mama merasa kamu sedang bahagia, ada apa?" tanya Senja.
Sora tersenyum sambil mengernyitkan keningnya mencoba mencari jawaban, "Gak tahu, Ma. Tapi Sora lagi bahagia aja." Jawab Sora.
"Beberapa hari cemberut, nangis, ngurung diri dikamar, kok tiba-tiba sekarang senyum-senyum sendiri?" tanya Langit.
"Enggaaak tahu, Pa. Emang hati Sora lagi bahagia aja." Jawab Sora.
"Kamu habis ketemu siapa sih?" Langit masih sangat curiga.
"Nirmala," Jawab Sora.
"Nirmala?" Langit dan Senja terkejut.
"Kamu diapain sama dia? kamu sendirian loh tadi? udah Mama bilang kan kalau kemana-mana sama pengawal, sayang." Senja khawatir.
"Ih, Mama. Kenapa jadi ikutan kaya' Papa, sih? kan kita udah sepakat gak pake pengawal-pengawalan segala." Ujar Sora.
Senja menatap putrinya khawatir, "Mama takut kamu di sakiti orang, sayang."
"Ada Almeer tadi yang misahin kami."
"Almeer?" tanya Senja.
"Cowok yang nolongin kamu dulu itu?" tanya Langit
Sora mengangguk, "Iya, Pa! Yang Sky benci itu. Dan sekarang Sora tahu kenapa Sky benci dia." Sora tersenyum licik.
"Kenapa memangnya?" tanya Langit.
"Karena Sky kalah pinter ama Almeer. Hahahaha." Tawa Sora menggema ke seluruh ruangan.
"Ih, anak gadis ketawanya kok kaya gitu." Protes Senja.
Sora langsung menutup mulutnya, "Bahagia banget aku, Ma."
"Kenapa bisa ketemua Almeer?" tanya Langit.
Sora menggeleng, "Dia muncul gitu aja, Pa." Jawab Sora.
"Papa dan mama juga lagi bicarain dia, kami akan mengirim hadiah untuk mereka." Ujar Langit. "Papa mau bantu pembangunan gedung pesantren mereka."
"Papa udah cari informasi tentang mereka?" tanya Sora, memicing curiga.
Langit mengangguk, "Tapi gak sampai ke ranah pribadi, sayang."
Sora tertawa kecil.
"Pesantren, tempat kamu ditolong mereka itu milik saudara orangtuanya Almeer. Kalo orangtuanya Almeer punya pesantren sendiri di Malang." Ujar Langit, "Iya kan, Sayang?" Langit menatap istrinya.
Senja mengangguk, "Almarahum nenek kan suka ikut pengajian disana."
"Beneran, Ma?" Sora teringat sesuatu.
"Iya," Jawab Senja, "Kalo ke Malang, kamu kan selalu ikut nenek ke pengajian dulu."
Sagara Almeer! batin Sora.
"Jadi Papa Berencan bantu dua pesantren itu." Ujar Langit.
"Papa mau suruh siapa buat nganter ucapan terimakasih itu?" tanya Sora, "Sora mau ikut kesana."
"Syukurlah kalau kamu mau ikut kesana juga, sayang." Kata Senja.
"Tapi enggak ke Malang, ya?" Ralat Langit.
Sora menggeleng, "Enggak, Pa. Orang yang mau ditemuin masih ada di Jakarta, kok." Kata Sora dengan pipinya yang tiba-tiba bersemu merah.
Langit dan Senja menatap Sora aneh.
"Kamu mau temuin siapa? Almeer?" tanya Senja.
Sora diam dan tertunduk malu, menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Astagfirullah, Naaaak!" Langit menyandar ke sofa dengan menepuk keningnya, "Kamu ini kok mudah banget jatuh cinta."
Sora menatap papanya sinis, "Papa nih kok gitu, anaknya bahagia kok malah sedih?"
"Bukan gitu, Sora. Papa bukan sedih ..." Ralat Langit.
"Trus?"
Senja menepuk punggung putrinya, "Mama dan Papa pasti senang kalau kamu bahagia, Sora. Tapi sebagai orangtua, kami ingin kamu bisa belajar dari masalalu, Nak. Jangan terlalu cepat berhubungan dengan pria. Kenali mereka dulu."
Sora memayunkan bibirnya.
"Bukan kami melarang kamu untuk jatuh cinta, Sora. Tapi papa dan mama hanya tidak mau jika kamu terluka lagi." Tambah Langit.
"Iya, Pa."
"Kalo papa lihat-lihat kehidupan Almeer juga berbeda dengan kamu loh, Nak." Ujar Langit.
"Beda gimana, Pa?" tanya Sora. "Karena keluarganya tidak sekaya papa?"
Langit menghela nafas, "Sejak kapan papa melihat orang dari kekayaannya?" Langit balik tanya.
"Sering, Papa dan Sky kan pilih-pilih bantu orang yang perusahaannya hampir bangkrut." Jawab Sora.
Langit menghela nafas lagi, dia memang butuh kesabaran ekstra untuk meladeni anak gadisnya yang satu ini.
"Bisnis beda, Sora ..., Papa dan Sky juga harus melihat celah agar mereka tidak. memanfaatkan perusahaan kita dan membuat kerugian untuk perusahaan kita. Makanya harus pilih-pilih."
"Oooh, kiraaaiiin." Sora meringis lebar.
"Yang penting papa cuma pesan, kenali pria yang kamu sukai luar dalamnya. Usiamu sudah cukup untuk menjalin rumah tangga, papa harap kamu bisa menemukan pria yang tulus mencintaimu, membahagiakanmu dan membimbingmu ke jalan yang lebih baik, Nak."
Sora mengangguk, "Iya, Pa."
Senja memeluk putrinya, "Mama do'akan kamu dapat pria yang tepat, Nak."
"Aamiin, terimakasih doanya ya, Ma." Sahut Sora, "Trus kapan ke pesantrennya, Pa? Sora ditemenin siapa kesana?" tanya Sora, ia menarik diri dari pelukan mamanya.
"Sama Aga, saja." Jawab Langit.
Seketika Sora memanyunkan bibirnya, "Gak ada orang lain, Pa? Sora malas banget kalau sama Aga. Bakal booring banget tuh."
"Sky gak mau, jadi ya Aga lah yang mewakili semuanya." Jawab Langit, tangannya sudah kembali sibuk dengan berkaa-berkas diatas meja.
"Okelah," Jawab Sora pasrah, "Sora balik ke kamar dulu ya, Pa, Ma."
"Iya, Sayang." Jawab Langit dan Senja.
Sora berdiri dan beranjak pergi meninggalkan kedua orangtuanya. Seperginya Sora, Senja duduk mendekati suaminya.
"Mas ...,"
"Ya, sayang?" tanya Langit, pandangannya masih fokus merapikan berkas-berkas diatas meja.
"Mas gak suka dengan Almeer?" tanya Senja.
Langit meletakkan berkasnya dan menatap istrinya, "Kamu suka Almeer dibanding Aga?" Langit balik bertanya.
"Aku hanya ingin Sora bahagia, Mas." Jawab Senja.
"Aku juga," Langit menutup dengan senyuman lebar.
Senja ikut tersenyum dan menyandarkan kepalanya di bahu Langit.
"Siapapun mereka, asalkan dia bisa buat Sora bahagia aku akan Menyetujuinya."
"Iya, Mas."
***
Matahari sudah mulai mengarah ke barat membuat cuaca tak terlalu terik lagi. Sora masih sibuk di depan cermin menatap baju yang akan ia kenakan untuk ke pesantren Darul Hikmah milik saudara Almeer.
Tok tok tok.
Suara ketukan pintu dan tak lama pintu kamarnya terbuka, Sky muncul dibalik pintu dan menyandarkan sisi lengannya di daun pintu.
"Ckckck!" Sky berdecak melihat Sora yang masih sibuk didepan cermin. "Kamu mau kemana? ke pesantren apa mau ke Mall?"
Sora menatap dirinya dicermin, " Udah tertutup kok." Ia merapikan kemeja hitam longgar berbahan sifon dan sebuah celana denim lengan panjang yang ketat yang dikenakannya.
"Ya Allah, Sora! Kamu tuh mau malu-maluin papa sama mama?"
"Malu-maluin gimana?" tanya Sora
"Ke pesantren itu pake baju muslim, Ra! Pake kerudung, Ra!" Jawab Sky menahan kesal.
"Waktu aku kesana gak pake kerudung mereka juga mau terima, malah aku pake celana pendek waktu itu." Sahut Sora.
"Heh! Otak sebiji sawi! Emang kamu waktu pertama kesana ada rencana?"
"Heh! Tuan sok pintar! Kamu kan tahu sendiri aku kesana gegara pingsan! lupa ya!?" Cibir Sora.
"Astagfirullah ..., Kenapa aku tadi harus kemari ya Allah." Gumam Sky sambil mengusap kepalanya, "Udah, Ra. Kamu ganti aja pake baju muslim, pake kerudung yang tertutup, trus pergi keluar. Aga sama yang lain udah hampir kering berjemur diluar." Ujar Sky kemudian menutup kembali pintu kamar Sora.
Sora dengan malas membuka lemari pakaiannya namun tak menemukan baju muslim disana karena memang ia tak pernah mengenakan pakaian semacam itu. Ia berlari keluar kamar dan masuk ke kamar Mina, beruntung adiknya itu seorang muslim yang taat jadi dilemarinya pasti banyak baju gamis.
Sora memilih warna yang menurutnya cocok dikenakannya. Pilihannya jatuh pada gamis syar'i yang dengan warna pink nude. Ia segera membawanya ke kamarnya kemudian mengganti pakaiannya dengan gamis syar'i milik Mina.
Gamis itu sangat pas ditubuh Sora, ia terkekeh kecil menatap pantulan dirinya dicermin. "Ya Allah, betapa cantiknya makhluk ciptaanmu ini." Ia mencakup kedua pipinya yang sudah terpoles make up tipis.
Rambutnya kini tak terlihat, tertutup kerudung berwarna senada dengan gamisnya. Ia terlihat senang sambil menggoyang-goyangkan bagian bawah gamisnya.
"Soraaaaaa!!!!"
"Haduh!"
Teriakan Sky dari lantai bawah mengagetkannya, ia segera mengambil flatshoes di rak sepatu kemudian berlari keluar tanpa lupa menarik sebuah tas mewah miliknya.
"MasyaAllah ..., putri papa cantik sekali." Ujar Langit ketika melihat Sora menuruni anak tangga.
Sora Seger turun dan tersenyum malu. "Cantik banget ya, Pa?" tanya Sora.
"Jelas, donk. Bibit unggul punya papa, hasilnya ya jelas bagus bagus."
"Mas ...," Senja menepuk lengan suaminya kemudian ia menghampiri Sora, merapikan ulang kerudung yang dikenakan Sora. "Mama seneng lihat Sora gini."
Sora kembali teraenyum.
"Udah buruan berangkat," Ujar Langit, "Semua sudah papa serahkan ke Aga, kamu ngikut apa kata Aga aja dan jangan lupa bilang terimakasih."
"Oke, Pa." Jawab Sora, ia mencium tangan kedua orangtuanya bergantian. "Sora berangkat dulu, Pa, Ma."
"Iya, sayang" Jawab Langit dan Senja.
Langkah Sora terhenti ketika tangan kanan Sky menggantung didepannya. "Ngapain?" tanya Sora.
"Salim ke kakakmu ini, biar barokah langkahmu." Kata Sky.
"Dih!" sora menepis tangan Sky. "Kakak pala lu!" Gumam Sora meninggalkan ruang tamu dan pergi ke teras.
"Hati-hati dijalan, Nona." Ujar Erni mengantar kepergian Sora.
"Iya, Bu Erni." Sahut Sora.
Sora menghentikan langkahnya tepat disamping pria yang sedari tadi duduk tegap menatapnya tanpa ekspresi.
"Ngapain bengong? bukain pintunya!" Pinta Sora dengan nada ketus.
Pria itu mengangguk dan membuka pintu belakang mobil. Sora segera masuk ke dalam. Usai menutup pintu, pria itu segera masuk duduk dibagian depan samping sopir. Setelah semua siap, dua mobil sedan yang membawa Sora dan pengawal Sora meninggalkan halaman rumah Langit.
Perjalanan menuju ke pesantren Darul Hikmah memakan waktu cukup lama. Bukan karena jarak, melainkan padatnya kendaraan di jam pulang kantor dan memasuki akhir pekan juga.
Hampir pukul lima sore rombongan Sora tiba di pesantren. Kedatangan tamu tak diundang itu mencuri perhatian beberapa santri putra yang sedang bersiap pergi ke masjid besar yang ada dihalaman pesantren untuk menjalankan sholat magrib.
Seorang pengawal wanita membukakan pintu untuk Sora dan wanita cantik dalam balutan gamis dan kerudung syar'i itu turun mengedarkan pandangannya ke halaman rumah Keluarg Almeer.
Sebuah senyum mengembang dibibirnya ketika melihat seorang pria muda yang mengenakan sarung, berbaju koko dengan ujung rambut basah terkena air wudhu.
"Sora?" Sapanya ketika pandangannya bertemu seorang wanita yang hampir membuatnya pangling.
Almeer menghampiri Sora. Ia melihat seorang pria bertubuh tegap dengan kemeja hitam menatapnya, juga dua pria dan dua wanita berjas hitam berdiri dibelakang Sora.
"Assalamu'alaikum," Sapa Almeer ketika sampai didepan Sora.
"Wa'alaikumsalam"
"Kenapa tiba-tiba kemari? ada apa?" Almeer melirik pengawal Sora.
"Dia ada perlu dengan keluargamu." Sora menunjuk pria diasampingnya. "Dan aku ada perlu denganmu." Lanjut Sora.
"Aku?" tanya Almeer.
Sora mengangguk, "Iya, Sagara Almeer." Jawab Sora dengan memanggil nama lengkap Almeer.
-Bersambung-
.
.
.
.
.
Jangan lupa sebelum beralik tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA ya.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Mak sulis
Sora rupanya inget nama lengkap Ameera, anak lelaki yg janji akan bercerita yg tentang semut dan nabi Sulaiman
2025-04-12
0
mama ELA
iiiihh sora playgirl
2025-01-11
0
Chie2
sy paling suka karakter Aga, apalagi visual nya.. hihihihi... re read berkali2 novel sajadah cinta malaikat ga bosen2
2024-09-27
0