Sebelum membaca, author ingin mengingatkan sesuatu. Author tidak menyediakan visual dari masing-masing karakter dalam novel ini karena author tidak ingin menganggu imajinasi pembaca. Jadi author persilahkan para pembaca untuk berimajinasi sendiri ya.
Selamat membaca.
***
Terminal keberangkatan domestik di Bandara Soaekarno Hatta siang ini cukup padat, mengingat hari ini adalah weekend. Almeer dan Ameera sedang mengantar kedua orangtuanya yang akan kembali ke Malang siang ini.
"Besok kalau pulang ke Jogja hati-hati ya, sayang. Jangan lupa titipannya Oom Genta jangan sampai ketinggalan." Ujar Ruby pada putra putrinya.
"Iya, Ma." Sahut Almeer dan Ameera.
"Salam ke Oom Genta ya, bilang jangan malas-malasan." Tambah Hiko.
"Iya, Pa."
"Yaudah, kami pergi dulu, ya?" Pamit Ruby.
Almeer dan Ameer bergantian mencium tangan orangtuanya kemudian Hiko dan Ruby masuk dalam antrian ruang pemeriksaan awal. Almeer dan Ameera langsung beranjak pergi ketika melihat kedua orangtuanya masuk sudah menghilang dibalik pintu otomatis ruang check in bandara.
"Mas, anterin aku ke Mall bentar ya. Ada yang mau aku beli." Pinta Ameera saat di perjalanan.
"Beli apa, Dek? mas udah ngantuk banget ini loh, waktunya bobok ciang." Jawab Almeer, pandangannya lurus ke depan menatap jalan aspal ibukota yang terlihat sangat menyengat.
"Baju," Jawab Ameera, "Kemarin waktu jalan-jalan sama Mama, Meera lihat ada baju yang bagus. Tapi Meera gak berani bilang, nanti Mama beliin, gak enak akunya."
"Diiih, mentang-mentang udah punya duit sendiri" Almeer mengusap ujung kepala adiknya yang tertutup kerudung itu.
"Iya, dong." Kata Ameera bangga.
Almeer hanya mengangguk-angguk saja.
"Anterin ya, bentaran aja."
"Tapi aku tunggu di mobil aja ya, gak ikut masuk. Mau bobok ciang aku."
"Makasiiih masku sayang." Ameera menggelayut sebentar di lengan kiri kakanya.
Almeer menuju ke salah satu Mall yang dimaksud adiknya. Sesuai kesepakatan sebelumnya, Almeer menunggu Ameera dengan tidur didalam mobil. Ia mendorong sandaran kursi hingga ke posisi paling datar untuk dia bisa segera merebahkan punggungnya. mencari posisi ternyaman dan segera memejamkan mataya.
BUG!
Tiba-tiba ia merasakan sebuah guncangan di mobilnya, seperti seseorang yang terdorong membentur bagian belakang mobilnya.
"Tega banget kamu ngelakuin ini ke aku, La!"
"Karena lo, gue batal nikah sama Aric! Keluarga gue jadi batalin pernikahan gue sama Aric!"
"La! Kamu sadar gak sih kalau kamu sama Aric itu udah jahat banget ke aku? tapi malah kamu yang marah-marah ke aku?"
"Gue udah enek banget pura-para baik didepan lo!"
Perdebatan dua orang wanita dibelakang sana membuat Almeer terusik, ingin bersikap masa bodoh tapi jiwa-jiwa penasarannya terus menarik telinganya untuk tetap standby mendengar pertengkaran dua orang wanita itu memperebutkan seorang pria bernama Aric.
BUG!
Lagi-lagi Almeer merasakan sesuatu menabrak bagian belakang mobilnya. Rasa penasarannya kini berubah menjadi kesal, Almeer memutuskan untuk keluar.
"Mbak, maaf. Bisa Bertengkarnya ditempat lain? saya khawatir mobil Oom saya rusak karena pertengkaran kalian." Pinta Almeer. Ia menatap seorang wanita yang berdiri dan seseorang lagi sedang tertunduk menangis bersandar di mobilnya.
Salah seorang wanita itu menatap Almeer dengan kesal kemudian meninggalkannya.
"Mbak gak pergi juga nerusin pertengkarannya?" tanya Almeer pada wanita yang tertunduk.
"Ada orang tengkar itu dipisah! Bukan malah disuruh ngelanjutin!" Sentak wanita didepannya itu, dengan uraian air mata ia menatap Almeer dengan kesal kemudian duduk berjongkok membenamkan wajahnya di kedua lengannya yang tertumpu diatas lututnya.
Almeer tersenyum geli, ia kenal siapa wanita yang sedang menangis didepannya itu. "Sora," panggilnya.
Sora mengangkat wajahnya, mendongak dan mencoba memperhatikan baik-baik pria yang barusan memanggil namanya.
"Almeer?" Sora berdiri dan mengusap air matanya.
Almeer tersenyum melihat wanita yang sudah ditolongnya beberapa hari yang lalu itu masih mengingatnya. "Masih inget aku?" tanya Almeer.
"Hampir lupa." Jawab Sora jujur membuat Almeer sedikit tecengang.
"Gimana kabarmu? udah baikan?" tanya Almeer tanpa basa basi.
Sora mengatupkan mulutnya rapat-rapat mencoba menahan air matanya yang hampir keluar, "Dia, sahabatku. Tapi dia diam-diam menusukku dari belakang. Mereka pacaran, bahkan mereka mau menikah. Mereka hanya memanfaatkanku, mereka menyakiti aku." Ujar Sora dengan isak tangisnya.
"Tapi kan aku tidak tanya itu?" tanya Almeer kebingungan.
Sora duduk di salah satu beton pengganjal ban mobil yang sudah tak bertuan. "Dengerin aja!" Jawab Sora dengan kesal.
Almeer keheranan sambil menahan tawanya, ia melepas jaket denimnya kemudian menutupi bagian kaki Sora yang terbuka karena Sora mengenakan rok pendek.
"Kasihan kalo ada cowok yang lihat." Kata Almeer.
Sora mengernyit, "Harusnya kan kasihan ke aku, yang rugi aku tau! Dasar cowok!"
"Ya kalau gak mau rugi jangan pakai yang bisa dilihat orang. Kan kamu yang menyidakan, orang lain tinggal menikmati."
"Kamu kok ngeselin sih? aku lagi sedih, nih?"
"Ya sedih aja. Gak ada yang ngelarang."
"Makanya dengerin aku."
Almeer masih dibuat bingung sekaligus menahan tawanya melihat wanita didepannya itu. Ia berdiri didepan Sora, menyandarkan tubuhnya dibagian belakang mobilnya. Ia tak cukup dekat dengan sora, tapi entah kenapa ia ikut penasaran mendengar ceritanya.
"Sebulan yang lalu aku beli apartemen untuk Aric, dengan Nirmala dan Titan aku bersih-bersih apartemen itu. Aku juga udah isi perabotan didalamnya, dan malam sebelum hari ulang tahun Aric, aku ingin menyiapkan surprise untuk dia. Tapi malah aku yang mendapat surprise dari Aric dan Nirmala. Mereka dikamar, berduaan, bermesraan ..." Sora menarik nafas, menenangkan dirinya mengingat kenangan menjijikkan itu.
"Mereka berhubungan badan?" tanya Almeer.
"Gak usah diperjelas! Makin sakit nih aku!" Sentak Sora.
"Ya kan cuma nanya." Gumam Almeer.
Sora menarik nafas lagi dan membuangnya perlahan, "Ternyata mereka itu menghianatiku! Mereka pacaran udah lebih dari umur persahabatanku dengan Nirmala, mereka cuma memanfaatkanku aja, mereka cuma ambil uangku! Aric gak sayang sama aku. Dia jahat! Mereka jahat sama aku." Teriak Sora dengan uraian air matanya. Make up diwajahnya sudah hampir hilang terkena air mata.
Almeer hanya diam saja melihat Sora, bukannya iba dia malah ingin tertawa. Wanita cantik didepannya itu sangatlah aneh. Aneh sekali.
"Aku baikin mereka semua, tapi apa yang mereka balas buat aku?" tanya Sora, "Penghianatan!" Belum Almeer menjawab, Sora sudah menjawabnya sendiri.
"Ya makanya kalo mau buat baik ya baik aja, gak usah berharap apa-apa. Kalo berharap ke manusia juga ujung-ujungnya kecewa." Sahut Almeer.
"Hih! Kamu bela aku apa mereka sih?" Sentak Sora kesal
"Aku..." Almeer berfikir sejenak, "Bela Agamaku, orangtuaku, negaraku, keluargaku dan harga diriku."
"Ih!" Sora menendang sepatu Almeer melampiaskan kekesalannya. "Sakit tahu!"
"Iyaa ...," Jawab Almeer asal.
"Akuu sumpahin mereka ba—"
"Stop!" Pangkas Almeer, menghentikan kalimat Sora. "Jangan dilanjutin."
"Kenapa? mulutku udah mau nyumpahin orang malah di stop, nggantung tahu! Feel-nya gak dapat!" Protes Sora.
Almeer mengangguk asal, "Tau gak kalo do'a orang yang ter-dzolimi itu di ijabah oleh Allah?" tanya Almeer.
Sora mengangguk cepat, "Makanya aku mau nyumpahin mereka."
Almeer menggeleng, "Tersakiti, mungkin masuk ter-dzolimi yah walau tipis-tipis. Itu artinya kamu punya satu kesempatan do'a yang terijabah oleh Allah. Daripada kamu mengumpat mengutuk mereka dengan keburukan, kenapa kamu gak mendo'akan kebahagiaanmu sendiri aja?" ujar Almeer.
Sora terdiam, mencerna tiap kalimat pria yang sedang menatapnya santai dengan mata indah, alis tebal, hidung mancung dan bibir yang sedari tadi tak berhenti menebarkan senyum kecil, semuanya terbingkai indah dengan rahang tegas membuatnya terlihat cukup enak untuk dipandang lebih lama lebih lama dan lebih lama lagi.
"Menurutku itu lebih baik," lanjut Almeer dengan menjentikkan beberapa kali jari-jarinya didepan wajah Sora.
Sora mengerjapkan mata bulatnya yang masih basah. "Apa maksudmu aku harus mendo'akan diriku sendiri?" tanya Sora.
Almeer mengangguk.
"Tapi mereka sudah menyakitiku. Bagaimana bisa aku membiarkan mereka hidup tenang?"
"Bukan kamu yang berhak menghakimi mereka. Itu hak preogatif Allah, kenapa kamu mau ikut campur? daripada kamu sibuk mendalami kesedihanmu, kenapa kamu tidak sibuk memikirkan kebahagiaanmu?"
"Hahahahaha, " Sora tertawa keras dan buru buru membungkam mulutnya sendiri, "Aku tahu sekarang kenapa Sky membencimu."
Satu sudut bibir Almeer tertarik membentuk smirk kecil, "Aku memang lebih pintar darinya." Ia mengangkat kedua Alisnya.
Sora menyebikkan bibirnya mendengar kesombongan Almeer, "Aku suka ada orang yang bisa mengalahkan Sky."
"Aku biasa aja."
"Gak tanya."
"Aku cuma nanggepin omongammu."
"Gak butuh tanggapan."
"Ya udah ngomong aja sendiri."
"Mas Al? Mbak Sora?"
Kehadiran Ameera membuat perseteruan kecil antara Almeer dan Sora terhenti. Sora berdiri dan merapikan roknya yanh tersingkap.
"Kok kalian bisa ketemu disini?" tanya Ameera.
"Rencana Allah," Jawab Almeer.
"Mbak Sora apa kabar? sudah baikan?" Ameera menganlbaikan kakaknya dan menatap Sora.
"Baik, Meera. Aku sedang mencoba memulihkan diri." Jawab Sora.
"Mau ngobrol-ngobrol dulu, mbak?" tanya Ameera.
"Dek, mas udah ngantuk banget nih. Please lah, lain kali aja." Pinta Almeer.
"Tapi kan kita besok sudah harus pulang, Mas." Kata Ameera.
"Jika Allah mengijinkan, kita bisa ngobrol lagi lain waktu, Meera." Kata Sora.
Ameera menatap Sora, "Kata-kata Mas Al banget tuh." Meera bergantian menatap Sora dan Almeer.
"Aku pergi dulu ya?" Pamit Sora, ia mengajak Ameera cipika cipiki, kemudian menatap Almeer. "Thanks, ya." lanjutnya.
"Bye, Assalamu'alaikum ..." Kata Sora.
"Wa'alaikumsalam," Sahut Almeer dan Ameera.
Ketukan hak dari hells Sora mengiringi langkah kepergiannya. Ameera dan Almeer masih menatapi Sora yang berjalan dengan anggun bak model yang berjalan anggun diatas catwalk. Senyum tipis mengembang di bibir Almeer.
"Mbak Sora cuantik ya, Mas?" tanya Ameera.
Almeer mengangguk, "Tapi dia wanita yang aneh, Hahahaha." Ia mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.
"Kenapa, Mas?" tanya Ameera penasaran.
Almeer menggeleng, "Dah yuk, masuk." Ia melangkah masuk ke dalam mobilnya.
Walau penasaran Ameera tak ingin mendesak kakaknya, ia pun masuk ke dalam mobil dan Almeer segera melajukan kendaraannya meninggalkan Mall tersebut.
-Bersambung-
.
.
.
.
.
Jangan lupa sebelum beralik tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA dan VOTE ya.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Mahyudin Mahyu
ya aku baru selesai baca sengketa rasa pokoknya mengaduk rasa menguras emisi sesuai judulnya
2024-12-25
1
Syaakira Cantik
sengketa rasa,sang pemilik kehormatan,sekarang lanjut yg ini.enak banget kalo baca novel yg udah tamat tuh bisa maraton baca nya.mulai dari baca sambil duduk,tiduran,miring kanan kiri, sambil ngemil, pokok nya baca terus sampe selesai.
2024-06-07
0
lembayung senja 🌺
Alhamdulillah🌺
suka banget sama ceritanya ❤
2024-05-15
1