Percakapan antara Almeer dan Sora berubah formal ketika mereka memasuki ruangan Almeer. Binar di mata Sora terus menatap pria berwajah tampan yang ada di ujung meja sebagai pemimpin rapat. Sel-sel dalam otaknya sudah terkontaminasi semua hal tentang Almeer hingga ia tak peduli beberapa orang dalam ruangan itu tengah membahas hal serius.
Wajah Almeer yang selalu tersenyum dihadapan Sora itu kini tak terlihat. Sesuatu hal baru bagi Sora ketika melihat Almeer sangat serius, tatapannya begitu tajam, mulutnya beradu argumen dengan Prany untuk menemukan titik terang diantara kedua perusahaan agar kelak tidak ada yang merasa saling dirugikan.
Almeer yang murah senyum dengan mata yang berbinar-binar ataupun Almeer yang tegas dengam sorot mata tajam, keduanya begitu mempesona, mengagumkan dan mampu mengambil alih dunia Sora.
Kenapa pria itu begitu cepat membuat hatiku berdebar tak karuan? Bahkan aku belum memiliki cukup banyak kesabaran untuk jatuh cinta lagi. Batin Sora.
"Ra ...," Laura menyenggol siku Sora.
"Hmm?" Jawab Sora tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Almeer.
"Nunduk, Ra. Nunduk." Bisik Laura.
Sora menghela nafas dan menundukkan kepalanya, berpura-pura menulis sesuatu diatas buku agendanya.
Lama berada di dalam ruangan itu membuat Sora sedikit mengerti kerjasama apa yang akan dijalin antara perusahaannya dengan perusahaan Almeer. Ia bersyukur jika kelak ia akan lebih sering bertemu dengan Almeer.
Rapat mereka terhenti ketika adzan ashar berkumandang. Pembicaraan mereka sudah berakhir dalam kesepakatan kerja sama antar kedua perusahaan. Prany pun segera berpamitan disusul Laura dan Sora.
Almeer dan sekretarisnya mengantar kepergian Prany, Laura dan Sora hingga ke loby.
"Kami pamit dulu, Pak Almeer." Ucap Prany ketika mobilnya sudah berhenti didepan pintu loby.
"Sama-sama, Pak Prany. Hati-hati di jalan." Ucap Almeer.
Prany menatap Sora dan Laura, "Ayo kalian masuk juga." Ujar Prany.
"Baik, Pak." Jawab Laura, ia dan Prany masuk di bagian kursi belakang.
Sedangkan Sora masih berdiri menatap Almeer tak rela jika harus berpisah begitu saja.
"Ayo, Sora." Pinta Laura dari dalam mobil.
"Iyaaa...," Jawab Sora, tatapannya masih tak berpaling dari Almeer.
Pria itu mendekatkan diri pada Sora, "Setengah lima, titik nol kilometer Jogjakarta." Bisik Almeer.
Mendengar hal itu, senyum di bibir Sora kembali merekah. Ia mengangguk dan mendapat sambutan senyum tipis dari Almeer.
"Aku pergi dulu, Al." Ujar Sora tanpa suara dan masuk ke dalam mobil.
Almeer mengangguk dan membiarkan mobil yang membawa Sora itu pergi meninggalkan halaman kantornya.
"Mas Almeer kaya' kenal deket sama sekretaris baru pak Prany?" tanya Yota, sekretaris sekaligus asisten pribadi Almeer.
Almeer mengangguk, "Kenapa?" tanya Almeer.
"Biasanya yang ngedeketin mas ukhti-ukhti berkerudung lebar, tapi yang ini kok mbaknya beda, ya? tapi kalau cantiknya, ini yang paling cuantik."
Almeer melangkah masuk ke dalam loby, Yota langsung mengikutinya.
"Kamu kalau lihat dia pake kerudung malah bisa leleh, Ta." Kata Almeer.
"Mas Al udah pernah lihat?"
Almeer mengangguk.
"Ooooh, jadi Mas Al udah nemu nih Khadijah-nya mas Al?" tanya Yota.
Almeer hanya menatap Yota tanpa ekspresi, ia melanjutkan langkahnya tanpa menjawab pertanyaan Yota.
Sementara itu, wanita yang sedang mereka bicarakan itu masih tak bisa berhenti tersenyum mengingat ia sedang membuat janji dengan orang yang sudah ia tunggu sejak lama.
"Sora, kamu kenal dengan pak Almeer?"
Pertanyaan Prany membuat Sora harus melepas bayangan Almeer dari benaknya. Ia sejenak berfikir harus jujur atau bohong.
"Kami hanya pernah bertemu sebelumnya." Jawab Sora tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan kota Jogja.
"Ku pikir kamu wanita yang punya hubungan khusus dengan pak Almeer." Kata Prany.
Kalimat Prany membuat Sora menoleh ke kursi belakang, "Pak Almeer sudah punya kekasih?" tanya Sora.
"Mungkin ...,"
Sora menatap Laura untuk mencari kebenaran, namun wanita itu hanya mengangkat kedua bahunya saja tak memberikan kepastian. Binar dimata Sora pudar seketika, ia kembali menatap kedepan membawa sebuah kekecewaan.
"Sudahlah, jangan terlalu berharap padanya." Ucap Prany yang seakan tahu kekecewaan Sora, "Masih banyak pria lajang selain dia. Carilah yang paling dekat denganmu."
Sora mencoba menahan diri agar tidak bergidik. Bisa-bisanya percikan neraka mencoba menggodanya.
Tak ada tanggapan dari Sora membuat keadaan mobil menjadi hening hingga mereka tiba di kantor Actmedia.
***
Tepat pukul empat sore jam kantor Actmedia telah berakhir. Sudah mendapat beberapa informasi dari Laura tentang titik nol kilometer Jogja, Sora pun berangkat dengan semangat empat limanya.
"Hallo, Dek." Ditengah perjalanannya ke loby, Sora mencoba menghubungi Mina. "Kakak pulang telat, ya. Kakak mau ketemu dengan temen kakak dulu. Jadi jangan nungguin kakak, ya?" Lanjut Sora ketika teleponnya sudah tersambung. Beberapa anggukan dan jawaban singkat keluar dari mulutnya sebelum kemudian ia menutup sambungan teleponnya.
Percakapan Sora di dalam lift itu cukup menyita perhatian karyawan lain. Namun ketidakpekaan Sora membuat wanita itu terlihat sombong di kata beberapa orang karyawan wanita disana. Tatapan sinis tertuju pada Sora, membuat ia merasa tak nyaman dan memberanikan diri membalas tatapan itu.
"Kamu kenal orang dalam disini?" tanya salah seorang wanita berambut pendek yang ada disamping Sora.
"Kenapa tanya seperti itu?" Sora balik bertanya.
"Aneh aja kenapa tiba-tiba ada karyawan baru masuk dan langsung dapat posisi sebagai sekretaris manajer tim produksi. Sedangkan karyawan lain disini banyak yang sudah memiliki pengalaman dan pantas mendapatkannya."
"Mungkin keberuntunganku." Jawab Sora tanpa beban, membuat orang-orang didalam lift itu tercengang.
Tring.
Pintu lift terbuka dan Sora pergi keluar tanpa menyapa para seniornya terlebih dahulu. Tentu saja itu memancing emosi beberapa orang yang bisa dikatakan iri padanya.
Sora melangkah keluar loby, ia melihat Aga yang sedang menunggu mobilnya datang. Tak banyak bicara, Sora juga berdiri disamping Aga menunggu sopirnya datang.
"Kamu sudah mau pulang?" tanya Aga membuka percakapan, menatap Sora yang selalu terlihat angkuh terhadapnya.
"Kamu?" Sora mengulang kalimat sapaan Aga padanya.
Aga tak menanggapinya, "Pergilah ke tempat parkir, pak Khusno menunggu disana." Ucap Aga.
Sora menatap Aga ingin melayangkan protes, namun beberapa petinggi kantor mulai menyadari keberadaannya dan ia tahu jika berdebat dengan Aga malah membuat keadaan semakin rumit.
Sora akhirnya meninggalkan Aga dengan kesal menuju ke laham parkir yang berada disamping gedung. Hal itu mencuri perhatian wanita berambut pendek yang sempat dibuat kesal oleh Sora di lift tadi. Ia berlari kecil kecil seolah terburu-buru menabrak lengan kanan Sora.
"Argh!" Karena keseimbangan yang kurang, membuat Sora jatuh tersungkur diatas paving.
"Eh, Maaf-maaf." Wanita yang menabraknya mengulurkan tangan untuk membantu Sora.
Tak pikir panjang, Sora meraih tangan wanita itu dan berdiri. Ia meringis kesakitan mendapati lututnya tergores. "Hati-hati dong." Keluh Sora.
Derap langkah kaki terdengar menghampiri Sora, "Kamu gak apa?"
Sora mengangkat wajahnya dan melihat pria berwajah dingin itu sedang memasang wajah khawatir. Aga, pria itu membungkuk melihat lutut Sora.
"Gak apa, Pak." Jawab Sora, ia melirik wanita didepannya yang menatapnya penuh pertanyaan.
"Saya tadi jalan buru-buru, gak sengaja menabrak mbak ini." Ujar wanita berambut pendek itu.
Aga menegakkan badannya, menatap id card yang masih menggantung di leher wanita yang sedang meminta maaf padanya. "Arin ...," Aga membaca nama di id card itu, "Lain kali lebih berhati-hatilah. Jangan sampai melukai orang lain." Lanjut Aga.
Wanita bernama Arin itu mengangguk, "Baik, Pak Direktur. Saya permisi." Ucap Arin kemudian buru-buru pergi.
"Sebaiknya kita obati luka anda dulu, Nona." Ajak Aga.
Sora menggeleng, "Enggak-enggak. Aku gak punya waktu! Aku janjian sama orang, jadi aku harus cepet-cepet pergi." Kata Sora, ia meninggalkan Aga dengan berjalan sedikit terpincang-pincang mencari keberadaan mobil dan sopirnya.
Ketika ia sudah menemukan mobilnya, ia segera masuk dan meminta pada Khusno-sopirnya untuk mengantarnya ke titik nol kilometer kota Jogjakarta.
Jam pulang kantor membuat mobil melaju lebih lambat. Berulang kali ia melihat jam yang melingkar ditangannya. Waktu yang ditentukan Almeer sudah lewat beberapa menit. Ingin sekali ia berteriak bahkan menangis jika ia sampai di lokasi dan Almeer tidak berada disana.
"Masih jauh gak, Pak?" tanya Sora.
"Udah deket, Non. tinggal lewat satu belokan depan itu aja, Non. Sabar ya, Non." Jawab Khusno.
"Kalo gitu aku turun sini aja deh, Pak." Sora mengambil tasnya dan melihat ke belakang kemudian keluar dari mobil.
Ia berlari kecil meniti trotoar untuk mencari dimana letak titik nol kilometer kota Jogja. Ia berharap Almeer tetap menunggunya walau ia sudah terlambat.
Sampai disebuah keramaian yang ia perkirakan jika itu adalah tempat dimana Almeer membuat janji. Ia tak tahu jika akan seramai itu. Tentu akan butuh waktu lagi untuk menemukan Almeer diantara banyaknya orang tersebut, mengingat ia dan Almeer sama-sama tak bisa saling menghubungi.
Dari ujung ke ujung, Sora menatap satu per satu wajah pria disana, berharap bisa segera menemukan Almeer. Satu kali ia berkeliling sudah mencuri perhatian para muda mudia yang menghabiskan sore mereka disana. Dan kedua kalinya, malah membuat mereka penasaran.
"Nyari siapa, Mbak?"
"Sendirian aja?"
Ada dua orang pria menghampirinya
"Mas lihat cowok, ganteng, tinggi, punya lesung pipit—" Sora tak melanjutkan kalimatnya, ia tahu jika pria itu hanya akan menggodanya saja.
"Ooh, janjian sama cowok, ya?" goda salah seorang pria itu.
Sora tak mau membuang waktunya dan kemudian meninggalkan dua pria itu. Tapi sialnya, dua pria itu malah mengikutinya. Menjajari langkah Sora di kanan dan kirinya hingga membuat Sora risih dan sedikit takut.
Akhirnya Sora memutuskan untuk berlari menghindari pria-pria mencurigakan itu dan,
BRUG!
Ia menabrak tubuh seseorang ketika ia akan belok di persimpangan jalan.
"Ma—"
"Sora!"
Sora memejamkan matanya, mengatur nafasnya sambil mencengkram erat lengan jaket pria yang sedari tadi ia cari-cari.
"Kamu kenapa?" tanya Almeer khawatir.
Sora menatap ke belakang, ia melihat dua pria yang menggodanya tadi sudah berjalan ke lain arah.
"Ada cowok resek banget, Al!" Jawab Sora.
Almeer menatap ke sekeliling, "Yang mana?" tanya Almeer.
"Udah pergi, tuh." Sora menunjuk dua pria yang sudah berjalan menjauh.
"Kamu mau aku kejar mereka?" tanya Almeer lagi.
Sora menggeleng, "Gak lah, aku gak mau waktu kita terbuang sia-sia karena orang gak penting."
Jawaban Sora membuat Almeer terkekeh. "Ya udah, kita duduk dulu aja."
Sora mengangguk.
"Aduh!" Pekik Sora ketika baru saja melangkah.
"Apa yang sakit, Sora?" tanya Almeer khawatir.
Sora melepas high heelsnya, ada beberapa luka lecet di kakinya yang mungkin ia dapatkan ketika berjalan cepat ketika mencari Almeer tadi ataupun ketika berlari menghindari dua pria yang sedang mencoba menggodanya tadi.
"Astagfirullah, Sora!" Almeer terkejut, "Duduk dulu aja yuk." Ajak Almeer.
Sora mengangguk.
"Kamu masih bisa jalan sendiri, kan?"
Sora yang berharap lebih seketika menganggukkan kepalanya. "Iya." Jawabnya menutupi kekecewaan kecil dihatinya.
Almeer mengambil high heels Sora dan menentengnya, ia berjalan disamping Sora menuju pada sebuah bangku yang tertanam di beton trotoar.
"Kamu tunggu disini dulu ya, aku mau beli sesuatu." Kata Almeer ketika melihat Sora sudah duduk diatas bangku taman.
Pandangan Almeer tertuju pada goresan merah dan sedikit berdarah yang ada di salah satu lutut Sora. "Kamu habis jatuh juga?" tanya Almeer.
Sora menatap lututnya dan mengangguk, "Iya. Ada yang tidak sengaja menabrakku tadi." Jawab Sora.
Almeer menghela nafas panjang, wajahnya tak senang melihat banyak luka di kaki Sora. "Aku akan segera kembali." Ujar Almeer.
"Jangan lama-lama."
Almeer tersenyum dan mengangguk kemudian ia beranjak pergi. Belum sampai lima langkah, ia kembali lagi dan melepaskan jaketnya lalu meletakkannya diatas paha Sora, menutupi paha dan sebagaian kakinya agar orang lain terbatas dalam memperhatikan Sora.
"Jangan dibuka." Pesan Almeer kemudian berlari meninggalkan Sora yang sedang tersipu malu.
Cukup lama Almeer meninggalkan Sora hingga akhirnya Sora bisa melihat lagi pria itu sedang berjalan kearahnya membawa dua cup gelas minuman dan sebuah kantong plastik minimarket.
"Maaf ya, aku lama." Ujar Almeer, ia memberikan satu gelas minuman pada Sora.
Sora meraih minuman itu dan langsung meneguknya, "Makasih, ya." Ujar Sora kemudian.
Almeer duduk disamping Sora, ia membuka kantong plastik yang dibawanya. Sebuah sandal japit ia keluarkan dan ia letakkan didepan kaki Sora.
"Walau gak fasionable, tapi kamu butuh itu untuk jalan dengan nyaman dan semoga ukurannya cocok." Kata Almeer.
Sora langsung memakainya, "Makasih ya, Al. Nyaman banget." Ia menggerak-gerakkan kakinya yang sudah memakai sandal japit itu.
Almeer kembali mengeluarkan sebotol kecil antiseptic dan beberapa lembar plester. "Mau pakai ini?" tanya Almeer.
"Antiseptic-nya aja, deh."
Almeer memberikan sebuah kapas dan botol antiseptic pada Sora. "Pake sendiri, ya?"
Walau mayun, Sora tetap menganggukkan kepala. Ia sedikit menyingkap jaket yang menutupi lututnya kemudian membersihkan bekas luka di lutut dan lecet-lecet kecil di kakinya secara bergantian dengan antiseptic yang dibawakan Almeer.
"Lain kali pastikan hati-hati ketika kamu sedang jalan menggunakan ini." Kata Almeer.
Sora mengangguk, "Aku takut kamu ninggalin aku karena telat." Jawab Sora.
Almeer tersenyum dan menatap tepat di mata Sora yang masih sibuk tertunduk memperhatikan kakinya, "Selambat apapun kamu, aku akan tetap menunggumu, Sora."
Sora terhentak mendengar kalimat yang keluar dari mulut Almeer, ia menatap pria bermata indah itu dengan binar kebahagiaan dan sebuah senyum yang menyungging manis di bibirnya.
-Bersambung-
.
.
.
.
.
Jangan lupa sebelum beralih tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA dan VOTE novel ini ya.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Mak sulis
kayaknya perasaan Almeer pun sama dg Sora..jatuh cinta pada pandangan pertama saat ketemu saat masa kecil
2025-04-16
0
Mak sulis
Sora kamu tuh ngehina gak tanggung-tanggung..pak Prany dibilang angin neraka 😁😁
2025-04-16
0
erenn_na
kata katamu Mas Al, njiplak dari papa yah
2025-03-06
0