Sejak pulang dari berbincang ringan dengan Ameera di masjid tadi, Sora langsung mengurung diri didalam kamar. Ia sibuk mencari tahu tentang Siti Khadijah lewat situs pencarian milik embah gugel di ponselnya. Karena antusiasnya, Sora sampai melewatkan malam dan hanya fokus pada ponselnya.
Tok tok tok
Entah sudah keberapa kalinya pintu kamar Sora terketuk namun tak mendapatkan respon dari pemilik kamarnya.
"Nona ...,"
Suara khas milik Aga menarik Sora kembali ke dunia nyata.
"Tolong buka pintunya, Nona."
Sora berjalan perlahan dan membuka pintu kamarnya, terlihat Aga memakai celana jeans hitam dan kaos hitam. Menandakan pria itu sudah pulang kantor.
"Ngapain kesini?" tanya Sora heran.
"Mereka bilang anda mengurung diri di kamar dan tidak mau makan malam." Jawab Aga.
"Hadeeeeh, gitu aja pake kesini." Sora memutar bola matanya dan menatap Aga malas.
"Sebaiknya anda turun dan makan malam, Nona." Pinta Aga.
"Ntar aja, lagi nanggung nih." Kata Sora, ia ingin menutup pintu kamarnya namun segera ditahan oleh Aga.
"Ini sudah jam sepuluh lebih, Nona." Aga menunjukkan angka di jam tangannya.
"Yang bener!?" Sora menarik tangan Aga untuk memperjelas melihat angka di jam tangan Aga. "Kirain masih Sore aja."
"Saya akan minta tolong untuk menghangatkan makan malam anda."
"Gak usah! Udah malam, kasihan mereka. Bantu aku jalan, Ga." Sora melingkarkan tangannya di lengan Aga.
Aga sedikit heran dengan jawaban Sora yang tiba-tiba peduli dengan orang lain, namun ia memilih tak mengusiknya.
Perlahan Sora dan Aga melangkah menuju meja makan di lantai satu. Bi Uci kepala asisten rumah tangga dirumah itu langsung menghampiri Sora.
"Saya hangatkan dulu, Nona."
"Gak usah, Bi. Gitu aja. Bi Uci istirahat aja udah malam." Kata Sora.
Bi Uci menatap Aga meminta persetujuan. Aga mengangguk dan wanita paruh baya itu melangkah meninggalkan meja makan.
Sora duduk di meja makan dan mengambil nasi serta lauk pauk secukupnya. Aga ikut duduk didepan Sora dan mengeluarkan ponselnya, bukan untuk melihat media sosial tapi memantau perkembanhan harga saham dunia.
"Ga...," Panggil Sora.
"Ya, Nona?" jawabnya tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya.
"Menurutmu kalau aku pake kerudung kayak Mina, gimana?"
"Anda bisa tinggal memakainya, bukannya mudah?"
"Selamanya, Ga!"
Aga berhenti memainkan ibu jarinya diatas layar ponselnya kemudian menatap Sora, "Apa Almeer yang menyuruh anda?" tanya Aga khas dengan ekspresi datarnya.
"Enggak."
Aga diam dan masih menatap Sora, mencermati keseriusan Sora atas pertanyaannya.
"Aku capek aja kayak gini, Ga."
"Saya tidak berani menjawab, Nona. Lebih baik anda tanyakan itu pada diri anda sendiri."
"Ck!" Sora berdecak kesal. "Kamu kalau diajak ngobrol masalah kerjaan aja cepet, kalau di ajak bicara masalah ginian gak guna. Kasian nasib istrimu besok dapet suami garing kaya kamu."
Aga tak bergeming.
"Kamu udah urus si brengsek itu?" tanya Sora.
"Anda tidak perlu memikirkannya." Jawab Aga.
"Aku mau tarik kata-kataku"
Aga kembali dibuat bingung.
"Aku mau kamu pecat dia aja, jangan buat dia menderita, biar Allah aja yang balas perbuatannya." Ujar Sora.
"Dia sudah terbaring di ruang ICU, Nona."
"Hah!?"
"Anda terlalu lambat mengubah keputusan, saya sudah mengeksekusinya semalam."
"Wooooaaaaah...," Sora bertepuk tangan mengagumi sikap tanggap Aga. "Padahal aku baru teringat kata-kata seseorang."
Aga hanya diam tak memberi tanggapan.
"Tanya dong alasannya!" Protes Sora.
"Apa itu, Nona?"
"Udah, gak usah. Males ngomong sama kamu. Pulang sana!" Usir Sora.
Aga langsung berdiri, "Saya pamit pulang dulu, Nona. Selamat malam."
"Huh!" Sora membung muka dan Aga meninggalkan meja makan.
"Hilang deh satu kesempatan doaku terhijabah." Keluh Sora dan ia melanjutkan makan malamnya.
***
Ketukan pintu dan suara Bi Uci yang membangunkannya membuat Sora cukup berat untuk membuka matanya, sebab ia baru memejamkan mata tepat sebelum adzan subuh berkumandang.
Setelah melakukan perdebatan panjang dengan dirinya sendiri, akhirnya ia memutuskan untuk membuka mata dan menarik tubuhnya menjauhi tempat tidur.
"Iyaa, Bi." Sahut Sora.
Wanita itu menatap jam di dindingnya yang sudah menunjuk diantara angka enam dan tujuh kemudian ia melangkah perlahan masuk ke dalam kamar mandi.
Tak terlalu lama Sora didalam kamar mandi, ia keluar dan memakai baju. Kali ini ia mengambil sebuah kemeja putih setengah lengan dan celana panjang kuning cerah. Tak heels di kakinya, ia mengenakan sneakers putih yang sebenarnya kepunyaan Mina.
Sora tak membuang banyak waktu didepan kaca hanya untuk merias wajahnya. Ia hanya mengoleskan make up tipis diwajahnya. Bukan karena ia tak ada waktu, tapi ia sudah bertekat untuk mencintai dirinya sendiri dan membuat dirinya tampil apa adanya. Ia sedang berusaha untuk membuang sifat angkuh dan haus pujian orang lain yang selalu diidam-idamkannya.
Baru keluar pintu pagar rumahnya, ia berpapasan dengan Almeer yang juga baru keluar dari pintu gerbang rumahnya. Almeer mengentikan motornya sejenak untuk menyapa Sora.
"Udah sembuh, Ra?" tanya Almeer, ia menatap kaki Sora.
Sora menganggukkan kepalanya dengan senyum mengembang dibibirnya.
"Hati-hati ya, Ra."
"Iya, Al. Kamu juga." Sora melambaikan tangan.
Almeer tak langsung beranjak, ia masih memandangi Sora dengan senyumannya.
"Kenapa, Al?" tanya Sora yang sudah hampir mati gaya dipandangi Almeer.
Almeer menggeleng dan memperlebar senyumnya. "Aku duluan. Ya. Assalamu'alaikum...,"
"Wa'alaikumsalam, Al."
Sora langsung menghela nafas lega ketika Almeer beranjak pergi. Tatapan Almeer tadi memang berbeda dari sebelumnya. Sebuah tatapan yang bisa membuat Sora berhenti bernafas tanpa disuruh.
"Pak Khusno." Panggil Sora pada sopirnya ketika ia sudah masuk didalam mobil.
"Iya, Non?" Khusno menatap Sora dari pantulan spion diatasnya.
"Pagi ini aku cantik apa jelek?" tanya Sora.
"Cantik, Non."
"Cantikan mana sama aku yang biasanya?"
"Biasanya cantik, sekarang juga cantik, Non. Gak ada bedanya."
Sora mengehel nafas lega, "Berangkat, Pak."
"Baik, Non."
Khusno pun melajukan kendaraannya meninggalkan rumah mereka menuju ke kantor.
Menempuh perjalanan tak sampai setengah jam, Khusno berhenti di halaman parkir kantor Actmedia. Ia berjalan perlahan masuk ke kantornya dan sudah menyiapkan diri mendapatkan cacian dari Nadia. Sora sudah mendapat informasi dari Laura jika Nadia yang menggantikannya ketika ia izin tidak masuk kerja kemarin.
Loby utama kantor lebih ramai dari biasanya, Beberapa orang yang mempunyai jabatan tinggi berdiri berjajar didepan pintu loby. Sora menatap jam tangannya, masih ada waktu sekitar sepuluh menit lagi sebelum jam kantor dimulai.
Sebuah mobil sedan hitam kepunyaan Aga berhenti tepat didepan Loby. Terlihat Aga keluar dari mobil dan seorang pria muda yang memakai setelan jas biru tua keluar juga dari sisi pintu mobil yang lain.
"Sky?" Sora terbalalak melihat kehadiran saudara kembaranya disana.
Sora buru-buru menyelinap di belakang para pegawai untuk masuk kedalam kantor. Ia malas jika harus berurusan dengan Sky disaat seperti ini. Pria itu tidak akan membiarkan ketenangannya bertahan lama.
Langkah Sora terhenti didepan lift, ia menunggu pintu lift terbuka bersama karyawan yang lain.
"Muncul juga kamu, ku kira udah resign!" Ujar Nadia yang juga antri disana.
Sora hanya berdiri di antrian paling belakang dan diam tak memberi tanggapan, masih terlalu pagi jika ia harus memulai perdebatan.
"Silahkan sebelah sini, Pak."
Antrian karyawan yang akan masuk lift reflek kompak mengahadap sisi sebelah kiri mereka dan menganggukkan kepala menyapa atasan tertinggi mereka yang akan masuk ke dalam lift khusus yang akan digunakan para petinggi kantor itu.
Sora bisa melihat binar kekaguman dimata para pegawai wanita disampingnya ketika melihat Sky berjalan masuk kedalam lift.
"Ganteng bangeeeet...,"
"Gak nyangka kalo tuan muda Actmedia masih muda dan ganteng banget."
Hoek! Belom tahu aja kalian siapa tuh bocah! Batin Sora.
"Tunggu!"
Suara Sky sebelum pintu liftnya tertutup membuat Sora reflek membalikkan badannya.
Sky melangkah keluar lift dan menatap saudara kembarnya yang sedang memunggunginya.
"Kamu, yang pakai celana pisang!"
Sora pura-pura tak mendengarnya.
"Hei, pisang!"
Prany yang sedang berdiri diluar lift segera menghampiri Sora, "Sora! Pak Sky memanggil kamu itu." Bisik Prany dengan wajah cemas.
Sora menggelengkan kepalanya.
"Aku bisa memecatmu detik ini juga jika ka—"
Belum Sky menyelesaikan kalimatnya, Sora membalikkan badan menatap Sky. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Sora menekan suaranya di akhir kalimat.
"Kamu sedang meremehkan saya, ya?" Sky memberikan tatapan khas mengintimidasinya.
"Tidak, Pak."
Tring
Suara pintu lift karyawan terbuka, beberapa pegawai masuk kedalam.
"Kamu ikut ke ruangan direktur." Ujar Sky dengan satu jentikan jemarinya.
Sora menghela nafas kesal, ia mendapat tatapan tak mengenakkan lagi dari beberapa pegawai sebelum pintu lift tertutup.
Sora menghentakkan kakinya kesal, hingga membuat bos-bos nya terkejut. Ia menghampiri Sky dengan wajah mayun dan masuk ke dalam lift bersama Sky, Aga dan bersama direktur lainnya.
"Sst, sini!" Seorang direktur personalia memanggil Sora untuk berdiri dibelakang sendiri.
Sora diam dan pergi menyelip dibelakang sendiri. Ia diam di belakang sana sambil mengutuk saudara kembarnya yang sengaja membuatnya dalam masalah.
Tak lama pintu terbuka dilantai empat, semua orang keluar dari dalam lift.
"Anda bisa pergi ke ruang rapat terlebih dulu, ada hal yang harus saya urus." Kata Sky pada Direktur keuangan dan personalia itu.
"Baik, Pak Sky."
Aga kemudian menunjukkan jalan pada Sky untuk pergi ke ruangannya. Laura sudah menyambut kedatangan Aga dan Sky, ia sempat terheran ketika melihat Sora ada dibelakang bosnya.
"Tolong siapin dua teh ya, La." Ujar Aga pada Laura.
"Baik, Pak." Jawab Laura.
Laura menatap Sora, mencoba mencari tahu kenapa disana. Sora hanya mengangkat kedua bahunya dan menggelengkan kepala kemudian masuk ke dalam ruangan Aga.
"Kamu gila, Sky! Bisa-bisanya ngajak aku kesini! Bakal mikir aneh-aneh kan orang-orang itu!" Sentak Sora ketika Aga baru menutup pintu ruangannya.
"Silahkan duduk, Nona." Kata Aga pada Sora.
Sora dan Sky duduk di sofa yang terpisah.
"Aku udah denger dari Aga, yang kamu alami beberapa hari lalu." Ujar Sky.
Sora menatap Aga untuk melayangkan protesnya, namun pria itu hanya memasang wajah datarnya.
Sky menghela nafas panjang dan menyandarkan tubuhnya di punggung sofa, "Aku heran, sudah setua ini kamu masih gak bisa membawa diri."
"Aku gak butuh ceramahmu!"
"Kalau papa tahu—"
"Jangan sampai papa tahu, Sky!" Pinta Sora.
Sky menatap Sora, "Kenapa?"
"Aku gak mau balik ke Jakarta."
"Karena Almeer?"
Sora kembali memberi tatapan protesnya pada Aga yang masih berdiri disamping sofa Sky.
"Aku ada urusan dengan dia." Sora memberi alasan.
Jawaban Sora membuat Sky tersenyum masam, "Tipe-tipe cewek kaya kamu udah kelihatan kalau lagi tergila-gila ama dia."
"Jangan ikut campur urusanku."
"Aku gak berminat ikut campur, tapi kamu gak tau siapa dia."
"Kalau aku deket dengan dia, aku juga bakal tau siapa dia!"
"Dia bukan orang yang mudah kamu dapetin, Ra."
"Aku tahu itu."
"Kamu gak tahu."
Sora terdiam, menatap Sky penuh pertanyaan.
"Jangan melibatkan perasaanmu lebih jauh lagi. Beresin pakaianmu dan pulang sana." kata Sky.
"Apa-an sih, Sky! Udah dibilang jangan ikut campur!" Sora berdiri, ia menatap Aga. "Berhenti laporin semua tentangku ke dia!" Sora menunjuk Sky.
"Ra, dengerin aku!" Sentak Sky.
"Enggak, Sky! Dia beda dari cowok-cowok yang pernah deketin aku!"
"Justru karena dia beda—"
"Maksudmu aku gak cocok buat dia?"
"Salah satunya....,"
Sora mendengus kesal.
Tok tok tok.
Perdebatan Sky dan Sora terhenti ketika Laura masuk membawakan teh.
"Permisi." Ujar Laura, ia meletakkan tiga cangkir berisi teh hangat diatas meja.
"Udahlah, capek debat sama kamu! Aku mau kerja aja,
dan inget, jangan ikut campur urusanku." Ancam Sora pada Sky
Ancaman Sora membuat Laura mematung, ia menatap Sora yang terlihat latang membentak anak pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
"Ehem!" Aga memberi isyarat jika ada Laura disitu.
Sora menatap Laura yang juga masih menatap dirinya, "Kita keluar aja, La."
Sora menarik tangan Laura dan pergi meninggalkan ruangan Aga. Sky hanya menghela nafas menatapi kepergian saudara kembarnya.
"Apa yang harus saya lakukan, Tuan muda?" tanya Aga.
"Kenapa tuh bocah susah banget dikasih tahu!" Keluh Sky, ia memijat keningnya yang merasa pusing menghadapi Sora. "Dia gak tahu siapa cowok yang ditaksirnya itu siapa? Sora Sora..."
-Bersambung-
.
.
.
.
.
Jangan lupa sebelum lanjut tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA dan VOTE novel ini ya.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
erenn_na
okee meski baca ulang tetep ikut gedeg sama sorang. sora sora
2025-03-07
0
erenn_na
pakai nanya, lagi. kagum sam elu, sawi
2025-03-06
0
Mak sulis
Sora siap diinterview Laura 😁
2025-04-16
0