7

Oriana Kamina,

Gadis introvert berusia 22 tahun yang masih sibuk-sibuknya berada di semester akhir salah satu institut seni yang ada di Jogjakarta. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kakaknya, Sora. Mina lebih lembut, penurut, rendah hati dan mandiri. Karena sifat itulah membuat Mina dengan mudah disayang siapapun.

Mina paling beda sendiri dikeluarga Langit, ia memutuskan untuk memakai kerudung sejak sekolah dasar. Bahkan ia meminta secara khusus untuk meneruskan sekolah di pesantren ketika lulus dari SD. Memang berat untuk Langit dan Senja menerima permintaan putrinya tersebut, namun mereka juga tidak bisa menghentikan langkah baik putrinya. Walau berat, merekapun mengantar Mina masuk ke salah satu pesantren yang ada di Jakarta.

Sama seperti mamanya dan Sky yang mempunyai ketertarikan dengan seni, ia mumutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di tempat yang sama dengan kakaknya menuntut Ilmu. Lagi-lagi Langit dan Senja harus berjauhan lagi dengan putri mereka.

Langit memberikan sebuah rumah di tengah kota Jogjakarta agar putrinya tersebut tak terlalu jauh untuk mendapatkan sesuatu.

"Akhirnya, sampai juga." Ujar Sora ketika ia memasuki ruang tamu tempat tinggal adiknya, ia langsung duduk dan menyandarkan punggungnya di sofa.

"Kamar kak Sora udah siap, mau langsung ke kamar?" tanya Mina.

"Iya deh, capek banget." Sora langsung berdiri lagi.

Mina mengajak kakaknya pergi ke lantai dua rumah dan menunjukkan sebuah kamar dibagian depan lantai dua yang mempunyai jendela yang cukup lebar. Sengaja Mina menyiapkan kamar itu untuk Sora, karena ia tahu jika kakaknya paling suka cahaya matahari lebih banyak masuk ke kamarnya.

"Ini kamar untuk kak Sora." Kata Mina.

"Kamu yang beresin ini, Na?" Sora langsung duduk diatas tempat tidur.

"Dibantu mbak-mbak juga sih." Jawab Mina.

"Makasih ya." Sora berdiri dan memeluk Mina.

"Iiih, kaya apa-an sih pake makasih segala ...,"

Sora melepas pelukannya dan terkekeh kecil.

"Udah selesai skripsi kamu?" tanya Sora.

Mina menggangguk, "Alhamdullillah, Kak. Tinggal nunggu sidang aja." Jawab Mina.

Keduanya kemudian duduk di atas tempat tidur.

"Trus, habis lulus mau lanjut s2 apa urusin kantor mama di Malang?" tanya Sora.

Mina menggeleng dan tiba-tiba saja pipinya bersemu merah.

"Kamu kenapa malu-malu gitu?" tanya Sora curiga, matanya memicing menebak sesuatu. "Kakak tahu nih ..., perkara cowok ini nih." Tebaknya.

Mina menutup mulutnya yang tertawa kecil, ia mengangguk. "Mina pengen ta'aruf sama seseorang kak."

"Ta'aruf? pacaran versi islami?" tanya Sora.

"Iiih, beda kaak ...," Mina memukul pelan punggung tangan kakaknya, "Ta'aruf itu—"

"Tauuuu adekku sayang." Pangkas Sora. "Jadi ama cowok itu?" tanya Sora, ia berulang kali menaik turunkan alisnya.

Mina semakin tersipu malu, "Do'akan ya, Kak. Mina masih berencana mau kirim CV ta'aruf Mina ke orangnya."

"Loh, kamu belum ngenalin ke kita-kita loh. Kok udah punya rencana sejauh ini?" tanya Sora.

"Iya gimana aku mau kenalin kak kalau kami saja belum pernah saling bicara?"

Sora mengernyitkan keningnya, "Udah-udah, aku gak ngerti alurnya. Nyerah deh." Sora mengangkat kedua tangannya. "Yang jelas kakak percaya, pilihanmu pasti cowok baik-baik."

"Iya dooong ...," Sora tersenyum hingga memancarkan binar-binar kebahagiaan dimatanya.

Sora tersenyum dan pergi melihat ke arah luar jendela kamar barunya.

"Itu Cafe, Na?" Ujar Sora ketika melihat sebuah rumah di seberang tempat tinggalnya dengan halaman yang sangat luas, ditumbuhi banyak pohon trengguli dengan bunga-bunga kuning dan pink di masing masing pohonnya membuat suasana cafe sangat indah.

"Iya, Mbak. Gak pernah sepi itu Cafenya." Jawab Mina.

"Enak-enak, gak?" tanya Sora, matanya masih terpana dengan cafe itu.

"Belum pernah coba, Mbak. Belum pernah kesitu aku."

Jawaban Mina membuat Sora mengalihkan pandangannya pada gadis imut yang sedang duduk bersila diatas tempat tidurnya, "Cuma jarak berapa meter doang didepan rumah kamu gak pernah nyoba kesana?"

Mina menggeleng.

Sora menghela nafas, "Kakak mau nyoba kesana, deh." Ujar Sora. "Temenin, ya" Ajaknya pada Mina.

Mina kembali menggeleng, "Enggak, ah. Kak Sora minta temenin mbak-mbak aja." Tolak Mina.

"Mina Mina ..., ke cafe gak bakalan bikin kamu dosa." Bujuk Sora.

Mina masih menggeleng.

"Ya udah, mbak ajak Mita ama Dian aja." Kata Sora, ia tahu memang adiknya itu tak terlalu suka keramaian sehingga ia tak akan bisa memaksanya.

Mina mengangguk, ia berdiri dan keluar kamar bersama kakaknya.

Ketika menuruni anak tangga, mereka mendapati Aga yang sedang menaiki anak tangga dengan sebuah koper besar ditangannya.

"Kak Aga udah datang? Ma—"

"Tuh kan, dia bisa pulang sendiri." Sora memotong kalimat Mina.

"Nona mau kemana?" tanya Aga.

"Mau ke cafe!" Jawab Sora, ia terus melanjutkan langkahnya.

"Anda tidak bisa pergi sekarang, Nona." Cegah Aga.

Sora menghentikan langkahnya dan menatap Aga, "Suka-suka aku lah mau pergi apa enggak!"

"Kita harus bicarakan urusan kantor."

"Ga! Aku istirahat aja belum dan kamu udah ngajak aku masuk ke dalam pembicaraan serius?"

"Kita harus membicarakannya, Nona. Masih banyak yang harus saya urus setelah ini."

Sora menatap Aga dan menghentakan kakinya ke lantai melampiaskan kekesalannya.

"Biar aku bawain ke kamar kak Sora, Kak." Ujar Mina, ia ingin mengambil alih koper ditangan Aga.

"Tidak perlu, Nona. Akan saya bawa sendiri ke kamar nona Sora." Cegah Aga, ia menatap Sora sejenak. "Anda bisa pergi ke ruang tamu dulu, Nona." Ujar Aga pada Sora.

Sora dan Mina melanjutkan langkahnya pergi ke ruang tamu dan menunggu Aga disana. Tak terlalu lama Aga sudah kembali dan duduk di sisi lain sofa. Ia mengeluarkan beberapa berkas.

"Mulai besok anda akan menjadi sekretaris Manajer tim produksi, Nona. Dan ini adalah garis besar tugas-tugas anda." Aga menyerahkan Beberap lembar kertas.

Sora meraihnya dan membacanya asal kemudian meletakkannya kembali diatas meja. Ia tak terlalu peduli dengan tugas-tugasnya. Toh semua karyawan akan enggan memerintahnya, mengingat ia putri pemilik perusahaan.

Aga menatap Sora, ia tahu betul apa yang sedang dipikirkan Sora.

"Manajernya cewek apa cowok? umurnya berapa?" selidik Sora.

"Namanya Prany, usianya tiga puluh lima tahun, Nona." Jawab Aga.

Sora masih menatap Aga, meminta Aga memberi informasi lebih detail, ia tahu Aga tak mungkin hanya mengetahui nama dan usia pria yang akan menjadi atasannya dikantor.

"Anda bisa mencari tahu sendiri besok, Nona." Jawab Aga dan mendapatkan cibiran dan Sora.

"Tuan besar ingin anda serius dengan pekerjaan ini dan anda harus bertanggung jawab penhh dengan tugas-tugas anda. Karena itu, tuan besar melarang anda untuk membongkar identitas anda."

"Hah!! Gila kamu, Ga!"

"Tuan besar yang menginginkannya, Nona."

"Papa jahat banget sih!" Sora mengeluarkan ponselnya hendak menelepon Langit.

"Tuan besar akan menyuruh anda kembali ke Jakarta jika anda tidak menyetujui permintaannya."

Sora langsung mengakhiri panggilan teleponnya yang belum sempat terhubung. "Oke aku setuju!" Jawabnya cepat.

Aga sempat terkejut karena Sora langsung menyetujui syarat itu tanpa banyak rengekan seperti dugaannya. Tentu saja itu membuatnya bertanya-tanya, namun ia memutuskan untuk tak memperpanjang suatu hal yang tidak penting.

"Jam masuk kantor anda pukul delapan tepat, untuk hari pertama anda diharuskan datang lebih awal." Tegas Aga.

Sora hanya menganggul asal.

"Pastikan anda tidak akan terlambat." Aga memperingatkan.

"Iya, bawel."

"Anda akan menemui Laura, dia sekretaris lama yang akan anda gantikan. Beberapa hari kedepan ia akan membantu anda mengenai tugas-tugas anda."

"Oke."

Setelah mendengar jawaban Sora, Aga segera berdiri. "Saya pamit pulang dulu."

Sora mengangguk.

"Nona Mina, saya permisi dulu." Ucap Aga.

Mina ikut berdiri, "Iya, Kak Aga. Hati-hati di jalan." Jawab Mina. Ia mengantar kepergian Aga hingga ke pintu ruang tamu.

Setelah Aga pergi, Mina kembali ke sofa ruang tamu dan menahan kakaknya yang hendak pergi.

"Kak Sora!"

"Mau ikut ke cafe?" tanya Sora.

Mina menggeleng, "Kenapa kak Sora tiba-tiba mau kerja di kantor papa? kantor cabang pula?"

Sora tertawa kecil kemudian menatap Mina dengan tatapan seksinya. "Karena kakak mau nemuin pria yang udah bikin kakak kepikiran selama belasan tahun."

"Kak Sora punya orang yang kaya gitu juga?" tanya Mina.

"Iiih, ya punya dong. Apalagi dia tumbuh dengan begitu sempurna, Dek. Ya Allah, Kim Taehyung, Zayn Malik, Chris Hemsworth aja kalah ama dia." Sora menatap langit-langit ruang tamu dengan membayangkan wajah Almeer.

"Mereka siapa kak?" tanya Mina.

Sora menatap adiknya, "Mereka jajaran dari pria-pria tampan sedunia, Mina."

"Oooh, Mina tahunya yang ganteng itu cuma Papa, Kak Sky, sama calon imam Mina nanti."

"Hmmm ...," Sora mencubit gemas pipi Mina, "Iya deh, iya."

Sora lekas berdiri dan mengambil tasnya, "Kakak mau nyobain cafe di depan dulu, ya."

"Iya, Kak." Jawab Mina.

Sora pun mengajak dua pengawalnya yang sedang bersantai di halaman depan rumah untuk pergi ke cafe.

***

Menurut Sora, mentari pagi ini muncul lebih cepat dari biasanya. Sebab ini adalah hari yang tidak dinanti-nantikannya. Mulai hari ini Sora harus menjalani rutinitas yang sangat tidak ia sukai.

"Aaah, aku akan merindukan masa-masa indahku." Keluhnya didepan cermin.

Ia sedang menatapi dirinya yang memakai rok span diatas lututu warna merah maroon dengan blouse pink soft yang menempel rapi membentuk tubuh indahnya. Rambut panjangnya ia kuncir ekor kuda untuk memperlihatkan leher indahnya, make up tipis natural tak mungkin lepas dari wajah cantiknya. High heels bianca warna hitam sudah membalut kaki jenjangnya.

Sempurna, seperti itulah kebiasaan Sora ketika memberikan kesan pertama dirinya pada orang-orang baru. Selalu ingin terlihat pintar dan menawan, tetapi kelak mereka juga akan mengetahui seperti apa wanita bernama Kianga Sora itu.

Diantar pak Doni sopir pribadi adiknya, Sora pergi ke kantor cabang Actmedia. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke kantor, karena jalanan kota Jogja tak sepadat Ibu kota.

Sora tiba di depan loby utama Actmedia, gedung itu tentu tak sebesar kantor pusat. kantor barunya ini hanya berlantai empat dan tak terlalu luas juga.

Sejak turun dari mobil, Sora langsung menarik perhatian orang-orang sekitarnya. Menjadi pusat perhatian sudah hal biasa baginya. Tak ada rasa gugup, ia berjalan begitu indah memasuki loby kantor hingga seorang satpam yang masih tergolong muda menghadangnya.

"Selamat pagi, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Satpam.

Mbak? serasa panggilan buat asisten di rumah. Batin Sora.

"Aku..., emm, bukan bukan." Sora menggelengkan kepalanya. "Saya mau ketemu Laura, Skretaris manajer tim produksi."

"Ooh, kamu anak baru yang mau gantiin Laura?" Tebak satpam.

Kamu? ih, SKSD banget sih. Batin Sora lagi.

"Kamu naik aja ke lantai tiga, keluar dari lift langsung langsung belok kanan trus belok kiri. Nanti kamu akan ketemu Laura disana. Orangnya udah datang, kok." Jelas satpam. "Ini tanda pengenal kamu, untuk sementara."

Sora mengambil dan segera memakai tanda pengenal yang masih bertuliskan trainee itu.

"Oke, thanks ya, Mas." Kata Sora dan beranjak pergi.

"Oya, Mbak. Gunakan lift sebelah kiri ya. Karena sebelah kanan khusus milik direktur."

"Iya iya ...,"

Sora meninggalkan loby utama dan menuju lift. Sudah ada beberapa orang yang antri disana dan langsung menatap Sora. Tatapan kagum dari para pria dan tatapan sinis dari para wanita ketika melihat tanda pengenal sora yang menunjukkan dia adalah pegawai baru namun penampilannya lebih mirip dengan pemilik perusahaan.

Sora bersikap cuek dan ikut berdiri dibelakang antrian sambil menunggu pintu lift terbuka. Dan tak lama kemudian pintu lift terbuka, semua berdesakan masuk ke dalam lift hingga membuat lift terasa begitu penuh.

"Masuk gak?" tanya salah seorang wanita dari dalam lift.

Sora menggeleng dan mempersilahkan wanita itu menutup pintu lift. Ia tak mau berdesakan didalam sana dan memilih untuk menunggu lagi. Beberapa orang mulai berdiri disekitar Sora untuk naik. ke lantai atas juga.

Dalam menunggu, ia mengingat kisah cinta papa dan mamanya dulu. Membuatnya senyum-senyum sendiri. Sampai ia mempunyai ide gila dengan masuk ke lift khusus direktur, barangkali saja ia bisa mempunyai kisah cinta yang unik seperti papa dan mamanya.

"Mbak, itu lift khusus untuk pak direktur." Ujar salah seorang karyawan.

Sora hanya tersenyum saja.

Seseorang hendak mengajak Sora pergi namun langkahnya tertahan ketika seorang pria berwajah dingin dengan beberapa orang petinggi perusahaan melangkah mendekati lift.

Sora benar-benar terkejut melihat Aga sedang berjalan ke arahnya, Ia baru teringat sesuatu jika Aga yang akan menjadi direktur di kantor ini. Bagaimana ia bisa begitu mudah melupakan perkataan papanya. Sial! Aku akan menjadi bawahan Aga!

-Bersambung-

.

.

.

.

.

Jangan lupa sebelum beralik tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA dan VOTE novel ini ya.

Terimakasih.

Terpopuler

Comments

Abie Mas

Abie Mas

jgn2 org yg disuka mina dan sora sama

2024-05-28

0

lembayung senja 🌺

lembayung senja 🌺

jadi merona merah ini pipi, bacanya 😁

2024-05-18

0

Hearty 💕

Hearty 💕

Duh.. alamat ketawa kayaknya

2024-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!