1

"Mbak!! Awas!!"

Seorang pria menarik wanita muda berambut panjang yang terlihat linglung dan hampir menyebrang jalan tanpa melihat keadaan disekitar.

BRUUG

Tiiiiiiiiinnnnnn!!

Dibawah derasnya hujan yang turun, dua orang terguling di trotoar jalan hingga menyita beberapa pengguna jalan lainnya.

"Mbak gak apa?" tanya pria bertopi hitam itu pada wanita yang ditolongnya. Ia membantu wanita itu untuk duduk dan memeriksa jika saja ada luka ditubuh gadis berambut panjang bergelombang itu.

Wanita itu berdiri. Tanpa mengucapkan apa-apa ia meninggalkan pria yang sudah menolongnya. Ia berjalan lunglai dan terlihat putus asa. Oleh sebab itu pria yang menolongnya tadi tetap mengikuti langkahnya.

BRUG!

Tubuh wanita itu tiba-tiba saja ambruk, terjatuh di trotoar dan tak sadarkan diri.

"Mbak!! Mbak!!"

***

Suara lantunan ayat suci Al-Qur'an sayup-sayup terdengar, membuat mata seorang wanita berparas cantik itu terbuka perlahan. Ia memicing, menyesuaikan cahaya yang masuk pada kornea matanya. Ia mengamati tiap sudut ruangan yang terlihat sangat asing baginya.

"Assalamu'alaikum," sapa seorang wanita paruh baya, cantik berhijab dan anggun. "Apa yang kamu rasakan sekarang, Nak?"

"Baik, Tante...,"

"Nama saya Ruby." Wanita paruh baya itu memperkenalkan diri seraya membantu wanita yang berusaha untuk bangun dari tidurnya itu.

"Terimakasih."

"Boleh saya tahu nama kamu?" tanya Ruby.

Wanita itu tersenyum kecil, "Sora, Tante." Jawabnya

"Sora sudah merasa baik-baik saja?" tanya Ruby.

Sora mengangguk, "Bagaimana bisa saya disini? saya ada dimana ini?"

"Putra saya yang membawamu kemari. Semalam kamu jatuh tak sadarkan diri di tepi jalan raya."

Sora tertunduk dan terdiam, sebuah kenangan buruk terlintas di kepalanya. Rasa sakit yang sejenak terlupakan, kini hadir kembali merangkul hatinya yang terluka. Setetes air matanya jatuh tanpa ia sadari.

Ruby duduk di tepi tempat tidur dan menyentuh tangan Sora, "Apa kamu sedang ada pada situasi yang sulit nak?" tanya Ruby.

Sora mengangguk, ia menatap Ruby. Pipinya sudah sangat basah karena air mata yang masih terus menerus mengalir. Ruby yang tak tega melihatnya segera memberikan pelukan untuk Sora dan jadilah Sora mempahkan tangisnya dipelukan Ruby.

Puas menangis cukup lama dipelukan Ruby membuat Sora segan dan melepaskan pelukannya, "Maafkan saya sudah membuat kegaduhan di rumah anda."

Ruby menggeleng, "Tidak, Nak. Saya senang kamu disini. Saya bersyukur putra saya yang menemukanmu dan membawamu kemari."

Ceklek

Pintu terbuka, seorang gadis yang terlihat lebih muda dari Sora masuk membawakan sebuah teh.

"Assalamu'alaikum, Mbaknya sudah siuman?" tanya gadis itu.

"Wa'alaikumsalam." Sahut Ruby dan Sora.

Gadis itu meletakkan gelas yang dibawanya diatas nakas.

"Ini putri saya, Tamanna Ameera, kamu bisa panggil dia Meera." Ruby memperkenalkan putrinya.

Meera tersenyum ramah dan menyalami Sora. Kedua bergantian menyebutkan nama dan saling membalas senyum.

"Di minum dulu, Mbak." Meera menyodorkan gelas yang dibawanya tadi pada Sora.

Sora menerimanya, "Terimakasih." Ia meneguk beberapa kali teh hangat itu kemudian meletakkannya kembali diatas nakas.

"Kami ingin mengabari keluargamu, tapi kami tidak menemukan petunjuk apapun untuk menghubungi mereka." Kata Ruby.

Sora menatap tubuhnya, ia baru menyadari sedang memakai pakaian orang lain. "Apa saya tidak membawa tas?" tanya Sora.

Ruby menggeleng.

Sora diam mengingat sesuatu, dia sedikit tertegun ketika mendapatkan ingatan dimana tasnya berada. "Ternyata saya meninggalkannya di suatu tempat." Ucapnya.

"Orangtuamu pasti khawatir." Ujar Ruby.

"Mbak bisa hubungi mereka," Meera mengambil ponsel miliknya dan memberikannya pada Sora.

Sora menggeleng, "Sebaiknya saya langsung pulang saja."

"Tunggu putraku pulang dari masjid ya, biar dia dan Meera yang mengantarmu pulang." Ujar Ruby.

"Terimakasih, Tante." Ujar Sora.

Perbincangan ringan mereka lanjutkan. hingga suara berisik akan kedatangan seseorang terdengar di pintu ruang tamu.

"Papa dan kak Al udah pulang, Ma." Ruby mengajak Sora dan Meera keluar kamar.

"Assalamu'alaikum," Suara salam dari beberapa orang.

"Wa'alaikumsalam," Sahut Ruby, Meera dan Sora. Terdengar juga sahutan suara dari bagian belakang rumah.

Sora tertegun ketika melihat dua pria paruh baya dan dua pria muda masuk ke dalam rumah serta seorang wanita seumuran dengan Ruby datang dari ruang belakang. Kerudungnya lebar dan nampak teduh. Semua orang diruangan itu membuat rasa percaya diri Sora tiba-tiba saja menghilang.

"Kenalkan, ini adik sepupu saya namanya Bu Azizah. Dia pemilik rumah sekaligus pemilik pesantren ini."

Pesantren? Batin Sora ketika mendengar penjelasan Ruby. Sora segera mencium tangan Azizah.

"Sudah baikan?" tanya Azizah.

"Sudah, Tante." Sahut Sora.

"Ini Pak Iqbal, suami bu Azizah. Sebelahnya lagi pak Hiko. suami saya. Itu Al, putra saya dan yang paling mudah Mirsha putra pertama bu Azizah." Ruby memperkenalkan satu per satu keluarganya pada Sora.

"Assalamu'alaikum," Sapa mereka pada Sora.

"Wa'alaikumsalam, terimakasih sudah mau menampung saya." Ujar Sora.

"Kalau kamu belum merasa enakan, kamu bisa beristirahat disini, Nak." Ujar pria paruh baya yang masih terlihat tampan di usianya yang sudah lewat setengah abad itu, Hiko.

"Terimakasih tawarannya, tapi saya harus segera pulang. Orangtua saya pasti sangat khawatir." Jawab Sora.

Hiko mengangguk, "Biar Al dan Meera yang mengantarmu pulang." Ia menatap putranya.

"Iya, Pa." Jawab pemuda bernama Al itu, pemuda yang bisa membuat para wanita betah memandang wajahnya lama-lama. "Tunggu sebentar, aku akan mengantarmu pulang." Ujarnya kemudian masuk ke ruang tengah.

Meera juga terlihat berlari kecil menyusul kakaknya. Tak lama kemudian mereka kembali dan Meera membawa sebuah kantong kecil.

"Baju Mbak, masih belum kering betul." Meera memberikan kantong plastiknya pada Sora.

"Ini?" Sora menunjuk baju yang ia kenakan.

"Pakai saja, Nak." Sahut Ruby.

"Terimakasih banyak." Ucap Sora semakin segan dengan keluarga itu.

"Sama-sama, semoga Allah segera mengganti sedihmu dengan kebahagiaan, ya." Ujar Ruby.

"Aamiin." Sahut semua orang dalam ruangan itu.

Sora bergantian mencium tangan Ruby dan Azizah. Kemudian mengapitkan kedua tangannya didepan mulut memberi salam pada Hiko dan Iqbal.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam,"

Al, Meera dan Sora pun beranjak pergi ke halaman parkir mobil. Al duduk dibalik kemudi, sedangkan Meera dan Sora duduk dibagian belakang. Al menyalakan mesin mobil kemudian menjalankannya perlahan meninggalkan halaman pesantren.

"Aku tidak begitu hafal Jakarta, kamu bisa tuntun perjalanan ini?" tanya Al pada Sora, ia menatap kaca spion dalam mobil untuk melihat Sora dibagian belakang.

"Iya," Jawab Sora.

Al mengendarai mobilnya sesuai dengan petunjuk Sora hingga mereka memasuki sebuah perumahan mewah.

"Lurus saja, rumahku di ujung jalan ini." Kata Sora.

Al menghentikan mobilnya tepat didepan pagara besi yang tinggi, seorang satpam menghampiri mencari tahu siapa tamu yang datang sepagi ini.

"Pak Adam, ini saya. Tolong bukakan gerbangnya." Ujar Sora.

"Ya Allah, Non Sora! Baik Non, sebentar."

Pria itu bergegas kembali ke dalam bangunan kecil di sudut halaman dan tak lama pintu gerbang perlahan terbuka menampilkan rumah mewah berdiri megah di tengah halaman yang sangat luas.

"MasyaAllah ...," Ujar Al dan Meera.

"Kamu bisa berhentikan mobilnya didepan teras rumah." Kata Sora.

"Oke."

Al membawa mobilnya melewati jalan berpaving membelah taman dan mengitari sebuah kolam air mancur yang ada di tengah halaman rumah Sora. Dari kejauhan seorang pria dan wanita paruh baya terlihat keluar berlarian disusul beberapa orang dibelakangnya.

"Mama ...," Pekik Sora pelan ketika melihat mamanya menunggu didepan teras dengan wajah khawatir.

Ia segera turun ketika mobil telah berhenti. "Mama, Papa!!"

"Soraaaaa!!"

Orangtua dan anak itu saling memeluk, menangis lega membuang rasa khawatir mereka. Senja, mama Sora terus menerus mengecup putrinya yang semalam menghilang tak ada kabar. Puas dipelukan mamanya, ia ganti memeluk papanya, Langit.

"Kamu tidak apa-apa, Sayang?" tanya Langit.

Sora mengangguk, "Sora baik-baik saja, Pa."

Suara pintu mobil yang tertutup membuat semua orang mengalihkan perhatian pada kakak beradik yang sudah berdiri disamping mobil mereka.

"Assalamu'alaikum, saya Almeer dan ini adik saya Ameera." Al memperkenalkan diri, membuat Sora sedikit terkejut dengan nama Almeer.

"Wa'alaikumsalam," Sahut Langit dan Senja.

"Semalam saya tidak sengaja menemukan putri bapak tak sadarkan diri ditengah jalan. Karena tidak ada identitas apapun yang putri bapak bawa, saya memutuskan untuk membawanya ke tempat tinggal kami. Maaf jika keputusan saya sudah membuat bapak dan ibu khawatir dengan keadaan putri anda."

Langit tersenyum, ia menghampiri Almeer dan adiknya. "Saya sempat khawatir ketika orang-orang suruhan saya berkata Sora dibawa pria bertopi yang tidak terlihat wajahnya. Saya mengira akan ada orang jahat yang menyakitinya. Tapi setelah melihat siapa orang itu, saya sangat bersyukur karena kamu yang menolong putri kami." Langit mengulurkan tangannya, "Terimakasih sudah menolong putri saya."

Almeer segera menyambut tangan Langit dan sedikit membungkukkan badannya, "Sama-sama, Pak."

"Ayo masuk dulu ke rumah kami."

"Kami lang—"

"Soraaa!!"

Kalimat Almeer terputus ketika melihat seorang pemuda turun dari mobil dengan wajah kesal dan berteriak pada Sora.

"Udah ku bilang dia itu cowok brengsek dan kamu masih aja deket-deket dia!!" Teriak pemuda itu pada Sora yang ada dipelukan mamanya, sebenarnya ia memiliki paras yang rupawan dibalik ekspresi kekesalannya itu.

"Berhenti nyalahin aku!" Sentak Sora.

"Sky, Sora! turunkan suaramu. Kita sedang ada tamu." Senja memperingatkan anak-anaknya.

Sky otmatis menatap sekitar mencari siapa tamu mereka sepagi ini. Matanya terhenti pada sosok Almeer yang berdiri didepan papanya.

"Almeer?"

"Sky?"

Keduanya saling tertegun satu sama lain.

"Jadi ini rumahmu? dan dia saudaramu?" Almeer menunjuk Sora.

"Ya, dia suadara kembarku." Jawab Sky, wajahnya terlihat dingin dan tidak ramah. "Sedang apa kamu disini?"

"Sky, bertanya dengan sopan. Almeer adalah pemuda yang menolong Sora semalam." Kini ganti Langit yang memperingatkan putranya.

"Tidak apa-apa, Pak. Kami sudah terbiasa bicara seperti ini." Kata Almeer.

"Oya? Kalian sudah lama saling kenal?" tanya Langit.

"Iya, Pak. Kami satu kampus, satu angkatan, satu fakultas, satu prodi di Jogja dulu."

"Huh!" Sky menyebikkan bibirnya sedangkan Almeer mengembangkan senyum lebar seraya mengejek.

"Bagus dong, ayo masuk dulu. Kita ngobrol-ngobrol di dalam." Ajak Langit lagi.

"Mohon maaf, Pak. Tapi kami harus segera pulang, kebetulan ada acara yang harus kami hadiri pagi ini." Jawab Almeer.

"Tidak bisakah kalian mampir sebentar?" Senja ikut menghampiri Almeer. Sora mengikuti didebakangnya.

"Iya, kalian sudah menyelamatkanku, mana bisa kami membiarkan kalian pergi begitu saja." Tambah Sora.

"Dimana rumah kalian? Aku akan mengirimkan sesuatu untuk keluarga kalian." Kata Langit.

"Tidak pak, tidak perlu." Tolak Almeer segera, "Kami menolong bukan untuk mendapatkan balasan. Terimakasih sudah berniat baik, tapi kami tidak bisa menerimanya." Lanjutnya.

Langit dan Senja saling menatap.

"Tidak perlu memikirkan untuk berbalas budi, Pak, Bu. Kami hanya melakukan apa yang seharusnya kami lakukan."

Langit tersenyum, "Terimakasih, semoga kita berkesempatan untuk bertemu dilain waktu."

Almeer mengangguk, "Kami pamit dulu Pak, Bu."

"Assalamu'alaikum,"

Almeer mencium tangan Langit sedangkan Meera mencium tangan senja.

"Wa'alaikumsalam," Sahut Langit dan Senja.

"Mbak Sora lekas pulih, ya." Ujar Meera saat menyalami Sora.

"Terimakasih, Meera. Aku akan berkunjung ke rumahmu jika urusanku sudah selesai." Kata Sora.

"Kami akan segera kembali ke Jogja, Mbak. Semoga Allah mengizinkan kita bertemu di lain waktu." Ujar Meera.

Sora terlihat sedih, "Aku sangat berterimakasih bisa bertemu denganmu dan keluargamu."

Meera tersenyum, "Kami pamit dulu, Mbak."

Sora mengangguk, Ia juga menatap Almeer dan mengucapkan terimakasih. Pemuda itu mengangguk dan tersenyum. Kakak beradik itu kembali masuk ke dalam mobil mereka kemudian membawa mereka pergi meninggalkan halaman rumah Sora.

"Sky! Apa yang kamu lakukan ke Aric?" tanya Sora.

Pemuda itu hanya berdecak kesal dan masuk ke dalam rumah.

"Sky!!" Teriak Sora.

"Sayang. udah udah." Senja menahan putrinya agar tidak terbawa emosi.

"Pa?" Sora menatap Langit, "Papa gak berbuat macam-macam ke Aric, kan?" Sora memastikan.

Langit menggeleng, "Sky yang memasukkan laki-laki tak bermoral itu ke penjara. Dan menurut papa dia pantas mendapatkan itu." Kata Langit.

"Papa!!" Teriak Sora histeris.

"Sora, sudah Nak." Senja memeluk putrinya yang sedang terisak sedih. "Aric pantas mendapatkannya, Sayang."

Sora hanya terisak dalam pelukan mamanya dan Langit hanya mengusap rambut putrinya. Walau ia sangat marah, tapi ia berusaha menahan diri untuk tidak mengikuti emosinya dan membiarkan putranya dan orang-orangnya yang menyelesaikan permasalahan putrinya.

-Bersambung-

.

.

.

.

.

Jangan lupa TEKAN LIKE, KETIK KOMENTAR, DAN VOTENYA YA... TERIMAKASIH.

Terpopuler

Comments

Mak sulis

Mak sulis

Sora dan Almera akhirnya nerjodoh

2025-04-10

0

erenn_na

erenn_na

itu papa sepaket dengan anaknya 🥰🥰🥰

2025-03-02

0

erenn_na

erenn_na

ahh Sky, aku kangen 😘😘😘😘

2025-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!