10

Info dulu:

Buat para pembaca yang mau masuk grub gak usah bingung, cukup baca, like dan comment di sini. Atau jawab pertanyaan yg ada di bagian akhir Senja dan SPK. Gak harus kalian yg vote aku aja yg bisa masuk. Aku gak pilih-pilih kok antara pembaca yg like komen aja atau yang vote. bagiku semua pembaca novelku sama sama berharga dan penting. Jadi yg mau masuk grub cuzz aja ya...

Selamat membaca.

***

Percakapan singkat antara Almeer dan Sora terhenti ketika suara adzan maghrib sudah berkumandang. Sora menatap Almeer seakan tak mau Almeer mengakhiri pertemuan mereka. Bahkan percakapan mereka belum terlalu banyak.

"Aku masih ingin bersamamu, Al." Pinta Sora.

Almeer mengangguk, "Kita sholat dulu aja ya?" Ajak Almeer.

Sora berpikir sejenak kemudian menganggukkan kepala. "Oke!"

Almeer mengambil high heels Sora dan menjinjingnya, Sora yang merasa tak enak ingin mengambilnya tapi Almeer menepisnya. "Biar ku bawakan saja." Ucapnya sambil memasukkannya dalam kantong plastik bekas sandal japit tadi.

"Kamu gak apa jalan pakai sandal itu?" tanya Almeer memastikan.

"Gak apalah, emangnya kenapa?" Sora balik tanya.

"Ya kali aja kamu malu." Jawab Almeer dengan tawanya.

"Apa-an sih kamu."

"Ya udah, ayok!"

Almeer mengajak Sora berjalan menyusuri trotoar jalan, menuju ke sebuah masjid yang berada tak jauh dari tempat mereka duduk tadi.

Halaman masjid ramai dengan pengunjung yang akan melaksanakan sholat maghrib. Almeer menunjukkan kemana Sora harus pergi dan dimana mereka akan bertemu kembali setelah usai sholat.

Sora pergi menuju ke tempat wudhu wanita dengan keraguan. Bagaimana tidak, ini kali pertamanya ia mengambil wudhu setelah terakhir kali ia sholat ketika hari raya Idul fitri tahun lalu. Parah banget sih aku! Batinnya.

Suara iqomat membuat Sora buru-buru mengambil wudhu dan segera masuk ke masjid karena ia tak mau ketinggalan rakaat pertama.

Usai Sholat, berdzikir dan berdo'a, Sora tak langsung melepaskan mukenahnya. Ia terdiam menatap lampu unik yang menggantung di langit-langit masjid. Bukan sedang mengagumi ataupun menerka harga lampu itu, ia hanya memikirkan apa yang barusaja ia lakukan. Ada perasaan nyaman, damai dan tenang sedang menyelimuti dirinya. Sebuah rasa yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.

"Gini ya rasanya?" Gumam Sora.

Ia menatap keluar jendela, sudah gelap diluar sana hingga ia bisa melihat pantulan dirinya di kaca. Ia melepas mukenahnya dan melipatnya kemudian meletakkannya di dalam tempat penyimpanan mukenah sebelum ia keluar masjid.

Sora menatap sebuah bangku dimana Almeer sudah menunggunya disana. Pria itu tersenyum menunggu kedatangannya. Setelah memakai sandalnya, ia berlari kecil menghampiri Almeer.

"Aku lama ya?" tanya Sora sambil duduk disamping Almeer.

Almeer menggeleng, "Gak, kok."

Sora tersenyum, "Mau kemana lagi kita?" tanya Sora.

"Kamu gak dicariin keluargamu? udah gelap nih." Almeer balik tanya.

"Aku udah telepon adekku tadi. Tenang aja." Jawab Sora.

Almeer mengangguk, "Jalan-jalan aja ya disekitaran sini."

"Oke!" Sora langsung berdiri siap melangkah.

Almeer ikut berdiri, ia memberikan jaketnya pada Sora.

"Aku gak kedinginan, Al. Kamu bisa memakainya saja." Tolak Sora.

Almeer menggeleng, "Rokmu terlalu pendek, akan banyak mata yang memperhatikannya nanti."

"Oooh," Sora tersipu malu. Ia meletakkan tasnya kemudian mengikat lengan jaket Almeer di pinggangnya. "Sudah." Ujarnya.

"Sip! Yuk jalan." Ajak Almeer.

Sora mengangguk dan keduanya mulai melangkah meninggalkan halaman masjid.

"Kapan kamu akan menceritakan tentang semut dan nabi sulaiman, Al?" tanya Sora.

Almeer langsung tertawa mendengar pertanyaan Sora. "Apa kamu benar-benar mengingatnya?"

Sora mengernyitkan dahinya menatap Almeer.

"Kamu bisa mendengar cerita itu dari siapapun, Ra. Google misalnya." Kata Almeer.

Sora menggeleng.

Almeer tersenyum, "Aku tahu itu hanya alasanmu saja." Goda Almeer.

"Apa terlihat sangat jelas?" tanya Sora, ia memegang kedua pipinya.

Almeer mengangguk. "Jelas sekali." Tandasnya, membuat pipi Sora bersemu merah.

"Aku memang tidak pandai berbohong." Keluh Sora.

"Hahahaha ..., bukannya itu hal yang bagus?"

Sora mengangkat Kedu bahunya, "Aku jadi merasa malu padamu, Al." Ujar Sora. Ia menunduk, mengamati langkah kakinya.

"Kenapa?"

"Bukankah aku terlihat seperti baru mengakui perasaanku padamu?"

"Benar juga sih ..."

Mendengar jawaban Almeer membuat Sora langsung menatap tajam pria itu dan hendak melayangkan sebuah pukulan namun segera ia tahan.

"Aku tidak tahu akan mendapatkan sebuah pengakuan secepat ini? Hahahaha." Lanjut Almeer dengan tawanya yang renyah.

"Aku bukannya nembak kamu, ya. Tolong di garis bawahi!" Ujar Sora kesal.

"Iya iya iya." Jawab Almeer sambil mengusap air yang keluar disudut matanya.

"Jangan anggap aku cewek murahan." Kata Sora.

Almeer menggeleng, "Mengakui apa yang kamu rasakan gak membuatmu terlihat murahan, Ra. Kamu itu sangat berharga."

Deg!

Jawaban Almeer membuat Sora terdiam menatap pria yang sedang berjalan disampingnya itu. Apa dia sedang memberi jawaban atas pengakuanku? batin Sora.

"Semua wanita itu berharga, Ra. Tertulis jelas di Al Qur'an."

Batin Sora terhentak seketika mendengar jawaban Almeer, ia terlalu percaya diri. Bibirnya mulai mayun dan bergumam sendiri.

"Hei, apa yang kamu pikirkan?" tanya Almeer.

"Gak apah!" Jawab Sora.

"Kamu gak—"

"Jangan ditebak!" Pangkas Sora.

"Hahahahaaha! Tapi aku ingin menebaknya." Pinta Almeer.

"Jangan!" Sora menatap kesal Almeer. "Jangan ketawa!"

Almeer mengatupkan bibirnya erat-erat walau sebenarnya ia masih ingin tertawa melihat ekspresi Sora.

"Aku jadi kesal ke kamu." Keluh Sora.

"Jangan dooong ..., ntar cantiknya gak maksimal loh."

"Aduuuh, aku pengen mukul kamu nih, Al. Kesel banget, sumpah!" Sora mencengkram tali tasnya.

"Gak boleh lah, nanti ada yang marah."

"Siapa? Cewek kamu?" Wajah Sora berubah kecewa.

Almeer menggeleng, "Bukan ...,"

"Trus?"

"Yang punya tubuh ini lah."

Sora hanyak memberikan ekspresi datar pada Almeer, "Menyesal aku tanya tadi." Ucap Sora.

Almeer hanya terkekeh.

"Jadi ..., kamu ...., gak punya cewek, Al?" tanya Sora.

"Enggak!"

Sora menunduk mencoba menyembunyikan kegembiraannya. Ia menarik nafas sejenak mencoba mengendalikan diri sebelum melanjutkan pertanyaannya.

"Kenapa gak punya?" tanya Sora kemudian.

"Mungkin aku terlalu keren untuk dimiliki seseorang."

"Uhuk uhuk uhuk!!" Sora langsung tersedak mendengar jawaban Almeer. "Jawaban apa itu?" protes Sora.

"Ya sebuah jawaban atas pertanyaanmu, kan?"

Sora menatap Almeer lekat-lekat.

"Kenapa?"

"Apa kamu semenyebalkan ini?" tanya Sora memicing.

"Apa menurutmu aku menyebalkan?" Almeer balik tanya.

"Iyaaa!"

"Jadi kamu menyesal nih udah ketemu sama aku?"

"Enggak kalau itu, hehehe." Jawab Sora dengan tawa kecilnya.

Almeer menatap Sora dan tersenyum membalas tawa Sora, keduanya melanjutkan langkah mereka dengan sebuah obrolan-obrolan ringan. Merasa sudah jauh melangkah, Almeer mengajak Sora untuk kembali duduk di sebuah bangku taman, ada sesuatu yang sebenarnya ingin sekali ia tanyakan.

"Kenapa kamu jadi sekretaris manajer, Ra? bukankah itu salah satu kantor papamu?"

Sora mengangguk, "Aku harus menerima pekerjaan itu biar aku bisa tetap ada disini." Jawab Sora dengan bibir yang cemberut.

Almeer menggelengkan kepalanya, mencoba untuk memahami wanita disampingnya itu. Ia tahu betul apa alasan Sora datang ke Jogja. Tapi ia tak menyangka sekuat ini tekatnya.

"Kamu datang kemari untuk mencariku, kan?" tanya Almeer.

Sora mengangguk cepat.

"Trus, setelah ini apa yang akan kamu lakuin? kamu sudah bertemu denganku dan kita sudah saling bertukar cerita." tanya Almeer lagi.

"Pertanyaanmu detail sekali, Al." Keluh Sora, "Tidak bisakah kita mengobrol saja dan menjalani semua ini dengan wajar?" Pinta Sora.

Almeer menggeleng.

"Kenapa gitu? Kamu selalu memperumit sesuatu, Al."

"Aku hanya tidak mau menempatkanmu di tempat yang salah, Sora."

Sora mengernyitkan keningnya, menatap Almeer penuh tanda tanya. "Aku tidak tahu maksudmu."

Almeer menghela nafas panjang. "Kamu—"

"Nona!"

Percakapan Almeer dan Sora terputus oleh suara berat yang tertuju pada Sora. Keduanya menatap pria berpakaian formal yang sedang berdiri dihadapan mereka, dengan dua orang pria bertubuh kekar dibelakangnya.

"Aga!?" Celetuk Sora. "Kamu ngikutin aku?" protes Sora

"Anda harus segera pulang, Nona." Pinta Aga.

"Gak lah, aku masih ada urusan. Jangan ikut campur deh." Tolak Sora.

"Anda sendirian ditempat asing, Nona. Pak Khusno sampai kebingungan mencari keberadaan anda."

"Kamu gak lihat kalau aku sama Almeer?" Sora menunjuk Almeer yang ada disebelahnya.

"Hai!" Sapa Almeer pada Aga, namun tak mendapat balasan apapun.

"Saya akan mengantar anda ke mobil." Pinta Aga lagi.

"Ga! Aku gak mau pulang!" Sentak Sora yang sudah kesal.

"Pulanglah, Ra." Bujuk Almeer.

Sora tersentak mendengar permintaan Almeer. "Al, kita belum selesaikan urusan kita, loh!"

"In shaa Allah masih ada lain waktu." Jawab Almeer sambil berdiri. Ia memberikan kantong plastik berisi high heels Sora

Sora ikut berdiri dan menerimanya, wajahnya menunjukkan ketidakrelaannya berpisah lagi dengan Almeer.

"Hati-hati, jangan pakai sepatu itu dulu kalau kakimu belum sembuh." Pesan Almeer.

Sora mengangguk. "Aku pulang dulu, ya. Assalamu'alaikum, Al." Sora melambaikan tangannya pada Almeer.

"Wa'alaikumsalam, Sora." Kali ini Almeer melepas kepergian Sora tanpa senyuman.

"Silahkan, Nona." Ajak Aga.

"Huh!" Dengan kesal Sora mendahului langkah Aga.

Aga hanya menghela nafas, ia menganggukkan kepala pada Almeer kemudian menyusul langkah Sora.

***

BLUB!

Sora membanting pintu mobil keras-keras setelah turun dari mobil. Ia berjalan kesal masuk ke dalam rumah mendahului langkah Aga.

"Assalamu'alaikum." Ucap Sora ketika masuk ke dalam rumah.

Beberapa asisten rumah tangga datang menyambut Sora. Mina terlihat menuruni anak tangga ikut menyambut kakaknya.

"Wa'alaikumsalam, Kak." Jawab Mina, "Kak Sora gak kenapa-kenapa?" tanya Mina khawatir, memeriksa semua bagaian tubuh kakaknya.

"Gak apa, Dek. Kenapa sih kok pada heboh gini?" tanya Sora keheranan.

"Pak Khusno telepon aku, dia kehilangan jejak Kak Sora. Ya aku hubungin kak Aga. Takut kak Sora kenapa-kenapa." Jawab Mina.

"Pak Khusno bikin kesel deh." Keluh Sora sambil menggertakkan kakinya.

"Ya Allah, Mbak. Kakinya kok lecet-lecet gini?" Pekik Mina, membuat Aga ikut menghampiri Sora.

"Anda tidak hati-hati, Nona?" tanya Aga.

"Bi, minta tolong ambilkan kotak obat ya?" Pinta Mina pada salah satu asistennya.

"Baik, Non." Jawab ART itu kemudian pergi.

"Kak Sora pasti habis lari-larian nih?" tebak Mina.

Sora mengangguk sambil duduk di sofa ruang tamu, "Gara-gara ketemu cowok rese' nih jadi seperti ini!" Sora meletakkan tumitnya diatas meja.

"Saya akan mencari tahu siapa mereka." Ujar Aga.

Sora langsung menatap Aga, "Udaaah deh, gak usah aneh-aneh. Jangan bikin ribet napa sih, Ga!" Protes Sora.

"Saya mengemban tugas dari tuan besar untuk memastikan anda dalam keadaan baik-baik saja selama disini, Nona." Ujar Aga, ia mengambil kotak obat dari tangan asisten rumah tangga yang baru saja memasuki ruang tamu.

Aga mengambil sofa bulat dan duduk tepat disamping meja tempat kaki Sora bersandar. Tanpa banyak bicara Aga langsung mengobati luka di kaki Sora.

"Selama berada di Jogja, anda berada didalam pengawasan saya, Nona." Kata Aga.

"Kamu gak punya hak mencampuri urusan pribadiku, Ga." Balas Sora. "Aku punya urusan pribadi, dan aku gak mau kamu mengusik urusanku." Ulangnya penuh penekanan.

Aga mengentikan kegiatannya dan menatap Sora, "Jika seperti itu, saya akan mencari tahu terlebih dahulu siapa dia dan apa anda bisa berteman dengannya."

"GAK!" Sentak Sora, Ia menarik kakinya dan menatap Aga tajam. "Aku gak mau kamu mencari tahu apapun tentang dia!"

"Tuan besar tidak akan membiarkan anda terluka lagi karena pria, Nona."

"Enggak, Ga! Jangan ikut campur urusan pribadiku! Titik!" Sora berdiri, mengambil tasnya dan meninggalkan ruang tamu.

Aga hanya menghela nafas. Itulah kenapa ia lebih memilih bersama Sky ketimbang Sora.

"Sabar ya, kak Aga." Ujar Mina. "Nanti Mina bantu bujuk kak Sora biar nurutin kemauan Papa."

"Makasih, Nona."

Mina mengangguk.

"Saya pamit pulang dulu, Nona." Aga menutup kotak obat kemudian berdiri. "Assalamu'alaikum, selamat malam."

"Wa'alaikumsalam, kak Aga hati-hati di jalan, ya?"

Aga tersenyum dan mengangguk kemudian meninggalkan ruang tamu. Sedangkan Mina langsung menyusul Sora ke kamar.

"Kaaak." Mina masuk ke dalam kamar Sora yang pintunya masih belum tertutup.

"Ya?"

"Kak Sora udah ketemu cowok itu?" tanya Mina, ia duduk di tepi tempat tidur Sora.

Sora mengangguk, "Kami dipertemukan lebih cepat, Dek." Jawab Sora.

Mina tersenyum, "Alhamdullillah, Kak. Gimana orangnya, Kak?"

"Masih ganteng, masih keren, masih sempurna, tapi nyebelin. Hihihi." Sora terkekeh ketika sikap Almeer yang menyebalkan tadi.

"Udah jatuh cinta nih?" goda Mina.

Sora mengangkat kedua bahunya kemudian duduk didepan Mina. "Kakak sendiri lagi bingung mau memastikan perasaan kakak." Kata Sora.

"Bingung gimana, Kak?"

"Sebenarnya kakak ragu bakal bisa jalin hubungan lagi sama cowok lain setelah luka yang diberikan Aric. Tapi, waktu ketemu cowok dari masalalu kakak ini tuh, perasaan kakak jadi beda. Kakak seneng banget ketemu dia. Apalagi, dia beda dari cowok-cowok kakak sebelumnya."

"Apa yang bikin beda, kak?"

"Dia alim, Dek. Pegang aku aja gak mau dia." Jawab Sora antusias.

"Oya? beneran masih ada cowok yang kek gitu, kak?" tanya Mina.

"Iyaa, Dek. Beneran ada!"

"Iiiih, bikin iri deh."

Sora terkekeh kecil. "Beruntung banget pasti kalau bisa dapat pasangan seperti dia."

"Kak Sora minder?" tanya Mina.

Sora mengangguk, "Iyalah, Dek. Kamu lihat deh kakakmu ini gimana?"

"Kakak cantik, kok! Apa yang buat kakak gak pede?"

Sora terdiam, menatap pantulan dirinya dicermin sejenak kemudian menatap Mina yang ada didepannya.

"Sepertinya kakak gak masuk kriterianya, Dek." Keluh Sora. "Dia terlalu sempurna, kakak takut gak bisa ngimbangin ilmu agamanya."

Mina mengerti sekarang maksud kakaknya, ia menarik tangan kakaknya dan menggenggamnya. "Ilmu bisa dipelajari, kak." Ujar Mina.

Sora terdiam, mencoba memahami kalimat Mina.

"Tidak ada kata terlambat untuk belajar, Kak. Kakak masih punya banyak kesempatan untuk belajar dan menjadi pantas untuknya. Kakak pasti bisa."

Sora tersenyum, "Bantu kakak ya, Dek."

Mina mengangguk, "In shaa Allah, Kak."

-Bersambung-

.

.

.

.

.

Jangan lupa sebelum beralik tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA dan VOTE novel ini ya.

Terimakasih.

Terpopuler

Comments

Mak sulis

Mak sulis

dipikir kok kuwatir kalo cowok yg pingin di ta'arufi Mina tuh Almeer ya...semoga aja tidak

2025-04-16

0

erenn_na

erenn_na

baca ini bikin kesampean mesemm loh Al

2025-03-06

0

lembayung senja 🌺

lembayung senja 🌺

angin surga sedang berhembus kencang 🌺

2024-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!