"Ah iya sama sama pak, saya Ratih dan ini ibu saya Lidia" ucap Ratih sungkan.
"Silahkan masuk dulu pak" ajak Ratih kembali mempersilahkan Harun untuk masuk.
Lidia langsung menuju dapur membawa roti brownis yang di berikan oleh Harun ke dapur.
"Bapak tak perlu sungkan seperti itu, bukankah sudah seharusnya saya menolong orang yang sedang kesusahan, saya hanya menjalankan kewajiban saya sebagai warga yang baik" Ratih kembali melanjutkan perbincangan yang sempat tertunda di luar.
Lidia datang membawa segelas teh hangat dan roti brownis yang tadi di bawa Harun di piring.
"Silahkan di minum pak teh nya" Lidia menyuguhkan teh dan brownis yang dia bawa pada Harun.
"Terima kasih yah bu, maaf merepotkan" Harun meraih teh itu dan menyeruputnya.
Mereka berbincang agak lama hingga tak terasa waktu sudah siang, sepasang suami istri itupun pamit untuk kembali kerumah besannya.
"Ibu Lidia, nak Ratih, ibu sama bapak pamit dulu yah sayang, kapan kapan ibu main kesini lagi jika tidak ada halangan, kamu jangan lupa main ke tempat ibu yah nak Ratih, ajak ibu mu main juga berkunjung ke rumah ibu" Fatma pamit pada Ratih dan ibunya.
*****
Dua tahun berlalu, selama itu mereka tak saling bertemu dan komunikasi, tiba tiba Fatma teringat ingin bertemu dengan Ratih dan ibunya.
"Pah, ko aku tiba tiba ingin main ketempat Ratih yah, udah lama juga kita tak bertemu" ucap Fatma yang sudah berada dalam dekapan Harun akan bersiap memasuki alam mimpi.
"Apa kamu merindukannya?" tanya Harun sambil mencium ujung kepala Fatma.
"Iya pah aku rindu saat menginap di rumah Ratih, apa lagi saat dia mengajak ku jalan jalan dia tak keberatan mengajak ku makan di warung soto yang terbilang cukup terkenal dan enak" ucap Fatma membayangkan kembali saat dia jalan jalan bersama dengan Ratih.
"Pah, kenapa Ratih dan ibunya tak berkunjung ke rumah kita yah pah?"
"Mungkin mereka sibuk mah, apakah kamu ingin berkunjung kesana dan menemuinya?"
"Bolehka !" jawab Fatma dengan nada senang.
"Kenapa tidak, selagi kamu senang apapun akan ku lakukan"
"Makasih yah pah kamu emang suami yang paling paling paaaaaliiiiiiing bisa bikin aku bahagia, muah muah muah" Fatma mencium pipi kanan, kiri dan berakhir di bibir.
( aduuuuh author iri deh sapa pasangan ini, kakek dan nenek nya Bram meni romantis pisan, beda jauh sama suami author yang dingin dah kek bongkahan es di kutub utara yang gak pernah mencair😭, apakah Bram nanti bakal seperti kakeknya? )
"Ya sudah sekarang kita tidur sudah malam, besok kita akan pamit pada Surya dan Laras untuk pergi ke desa X, agar dia handel dulu kerjaan papah, kalo di lanjutin acara cipika cipiki nya malah nanti jadi nyetrum ke yang lainnya" Harun sedikit menggoda sambil mengusap pipi Fatma.
Pagi hari Harun dan Fatma sudah berada dalam perjalanan menuju desa tempat tinggal Ratih.
Harun dan Fatma sengaja berangkat pagi agar sebelum jam makan siang mereka sudah sampai di rumah Ratih.
Harun juga tidak mengajak Erwin supir sekali gus orang kepercayaan Harun.
Jika pergi berdua dengan Fatma Harun tak pernah membawa supir, Harun mselalu menyetir sendiri, karena dia tidak mau ada orang ke tiga yang jadi obat nyamuk jika Fatma sedang bermanja dengannya, karena Fatma jika manjanya keluar dia tak pernah liat situasi.
Fatma tak sabar ingin cepat sampai rumahnya Ratih, karena ia tak sabar ingin mengajak ratih makan di warung soto yang pernah ia dan Ratih kunjungi dua tahun lalu.
***
Sesampainya di depan rumah Ratih Fatma turun dari mobil dan disusul oleh Harun.
Fatma melihat sekeliling rumah Ratih yang begitu kotor dan tak terawat seperti tak berpenghuni.
Fatma mengetuk pintu rumah Ratih namun tak ada jawaban.
"Seperti tak ada orang dirumah, kemana mereka pergi, apa mereka masih berada di ladang?" Fatma berkata sendiri.
"Coba kita tanya pada tetangga, siapa tahu saja mereka tahu kemana Ratih dan bu Lidia" usul Harun.
Fatma dan Harun pun menuju rumah tetangga yang tak jauh dari rumah Ratih untuk menanyakan kemana Ratih dan ibunya pergi.
"Parmisi bu, saya mau tanya boleh" Fatma bertanya pada seorang ibu yang rumahnya tak jauh dari rumah Ratih.
"Iya ada apa yah bu" jawab ibu itu.
"Maaf kalau boleh tahu itu ko rumahnya Ratih dan bu Lidia kaya kosong gak ada orang gitu, kira kira Ratih sama bu Lidianya kemana yah bu?" tanya Fatma.
"Astaga bu, memang ibu tak tahu ya kalau Ratih dan ibunya sudah meningga" ibu tersebut memberi kabar duka yang membuat Fatma tersentak kaget.
"Ya tuhan, saya tak mendengar kabar tersebut, memang mereka meninggal karena apa yah bu?" mata Fatma tiba tiba panas hatinya pilu dan kakinya lemas seketika.
"Begini bu, satu setengah tahun lalu Ratih menikah dengan laki laki dari kampung sebelah, setelah menikah mereka pindah ke kota X, sebelum pindah Ratih menjual sawah dan motornya, katanya untuk beli rumah dan modal usaha di kota x, namun setelah enam bulan mereka pindah penyakit jantung bu Lidia kumat dan ingin pulang kesini, akhirnya Ratih dan ibunya kembali lagi kesini dan tinggal disini, namun suaminya tetap tinggal di kota X dan pulang setiap sebulan sekali, di saat Ratih tengah hamil muda tiba tiba jantung bu Lidia kumat dan di larikan kerumah sakit tapi nyawanya tak tertolong dan meninggal, selama seminggu Ratih terus menerus menangisi kepergian ibunya, dia jarang makan dan tak mengurus kandungannya, akhirnya dibawa ke kota X sama suaminya biar ada yang ngurusin kata suaminya, namun beberapa bulan kemudian datang ambulance yang membawa zenajah Ratih, kami pun para tetangga terkejut atas kematian Ratih, kata suaminya Ratih mengalami pendarahan hebat dan harus di operasi namun Ratih tak mau, Ratih malah berpesan jika nyawanya tak tertolong dia ingin di makamkan di dekat makan ibu dan ayahnya dan anaknya di beri nama Aberlie Cleva."
jelas ibu itu menceritakan apa yang terjadi dengan nada dan raut wajah sedih, bahkan ibu itu pun meneteskan air matanya dikala sedang bercerita.
Fatma pun ikut menangis mendengar cerita ibu itu, ia tak menyangka bahwa dia tidak akan pernah lagi bertemu denga gadia cantik dan baik hati itu.
"Surga tempat mu sayang, semoga kau bahagia telah berkumpul bersama dengan ayah dan ibu mu" Fatma menangis dalam pelukan Harun.
Lalu apakah ibu tahi dimana suami dan anaknya Ratih berada, atau ibu tahu alamatnya?"
tanya Harun pada ibu itu karena Fatma sudah tidak sanggup untuk berbicara.
"Ya saya masih ingat karena saya pernah ikut mengantar Ratih kembali ke kota X dulu setelah ibunya meninggal, sebentar saya akan menulus alamatnya dulu untuk anda" ucap ibu tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Muji Lestari Tari
kasihan Bu ratih
2024-12-26
0
Cicih Sophiana
suami gak tau diri...
2024-02-25
1
Retno Anggiri Milagros Excellent
Alhamdulillah nasih terlacak
2024-02-17
0