Om Steve Kiss Me Please
Bbiimm!
Suara klakson
mobil terdengar, sedangkan waktu itu sudah menunjukkan pukul 01.27 tengah
malam.
Olivia
menguap lalu turun dari kamarnya. Ia berjalan menuju ke dapur untuk mengambil
air minum.
Cklek!
Sambil
berdiri di depan pintu dapur, Olivia menyapa ibunya yang baru saja pulang dari
diskotik.
“Baru balik?” Sapa Olivia, sembari bersandar di gawang pintu dapur.
“Iya, kamu belum tidur?” Tanya Rani sambil melepas ikatan tali sepatu hing heelsnya.
“Udah, tapi bangun gara-gara dengar suara klakson mobil.”
“Ya ampun, maaf ya Olivia, gara-gara mommy kamu jadi terbangun.”
“Hah! Basi.” Jawab Olivia dengan nada sedikit ketus.
Rani hanya menatap kesal anaknya yang kini berjalan pergi meninggalkan dirinya.
“Dasar, anak itu nggak pernah bisa melihat ibunya senang sedikit saja.” Gumam Rani dari dalam hatinya lalu pergi menuju ke kamarnya.
Sesampainya di dalam kamar, Olivia duduk di sudut tempat tidurnya seraya bergumam, “Aku
heran sama jalan pikiran mommy, hampir setiap hari dia pulang jam segini terus. Udah tua masih aja main ke Clubbing, diskotik kalau nggak karaokean. Terus kadang pulang juga bawa laki-laki. Agh! Ibu macam apa dia!”
**
Pagi ketika dirinya akan pergi ke kampus, dia turun dari kamarnya dan berjalan menuju ke
ruang meja makan.
“Pagi non,” sapa asisten rumah tangganya.
“Pagi juga bi,”
“Mau sarapan pakai apa non? Biar saya siapkan?”
“Aku mau makan roti panggang aja, tolong buatkan dan jangan lama-lama ya bi?”
“Baik non, tunggu sebentar ya non.”
Olivia duduk di kursi menunggu sarapan datang dengan bermain gadget-nya. Lima belas menit
selesai, asisten rumah tangga lalu memberikan sepiring roti panggang yang di
minta oleh majikannya.
“Ini non, sarapan yang nona minta sudah siap.”
“Iya makasih ya bi,”
“Apa ada lagi yang nona Olivia butuhkan?”
“Enggak bi, makasih.”
“Kalau begitu saya tinggal mengerjakan tugas lainnya ya non.”
“Em, duduk di sini aja bi. Temani aku sarapan sebentar dulu.”
“Owh, baik non.”
Asisten rumah tangga itu lalu menarik kursi yang ada di samping Olivia.
“Aku lagi BT nih bi,”
“Maaf, kalau boleh tau, kenapa non?”
“Bibi lihat sendiri kan, aku selalu sarapan sendiri setiap hari.”
“Em, mau bagaimana lagi non. Lagi pula nyonya besar juga sibuk bekerja.”
“Bukannya kerja bi, tapi sibuk urus kebahagiaannya sendiri.”
Asistenpribadi itu pun terdiam, dia enggan meneruskan pembicaraan mengenai Rani.
Tak lama Olivia beranjak dari kursi dan mengambil tasnya lalu pergi.
“Loh non, non Olivia. Ini sarapannya nggak di habiskan?”
“Nggak bi, buang aja. Aku mau berangkat.”
“Susunya non?” Tanya Asisten rumah tangganya.
“Udah buang aja semuanya bi.” Seru Olivia yang berjalan menuju ke depan pintu rumahnya.
“Kasian ya non Olivia, hidup serba kecukupan, fasilitas yang dia miliki pun mewah, apa yang dia mau selalu dia dapatkan. Tapi sayang, hanya kebahagian yang selama ini belum pernah dipunyai. Kedua orang taunya bercerai, sedangkan nyonya besar sama sekali nggak pernah peduli dengan non Olivia. Hurt, kadang aku kasihan aja liat dia. Dia itu sebenarnya
butuh perhatian dan kasih sayang dari ke dua orang tuanya, sejak kecil dia selalu mengerjakan apa-apa sendiri, dan dia sama sekali tidak pernah di damping oleh kedua orang tuanya. Tapi kedua orang tuanya sama sekali nggak pernah peduli sama putrinya, yang mereka tau, kebutuhan untuk non Olivia sudah tercukupi.”Gumam asisten rumah tangganya sambil membersihkan meja makan bekas Olivia.
Sesampainya di kampus Renata sahabat baiknya datang menghampiri dirinya.
“Woi!” Sapa Renata seraya menyenggol bahu Olivia dari belakang.
“Eh, kamu Re,”
“Kenapa sih? Pagi-pagi udah murung wajahnya?”
Olivia menyunggingkan senyum dengan wajah usang.
“Mommy kamu ya?” Tanya Renata.
“Iya, siapa lagi.”
“Udah sih, nggak usah di pikirin.”
“Ya aku sebel aja Re, hampir setiap hari loh mommy selalu pulang malam. Kalau nggak
gitu, dia pasti bawa laki-laki ke rumah. Risih aku lihatnya. Maksud aku gini loh, dia itu udah tua, nggak pantas kalau dia masih sering gonta-ganti
pasangan. Apa lagi dia lebih mementingkan kebahagiaannya sendiri. Kesel banget aku rasanya, Renata. Hiks… Hiks… Hiks…” Ucap Olivia menangis dan terus memeluk sahabatnya.
“Ya ampun Olivia, cup, cup. Jangan nangis, yang sabar ya sama mommy kamu. Aku tau apa yang kamu rasakan.”
Olivia lalu melepas pelukannya dan kemudian mengusap air matanya.
“Ya udah, kalau gitu sekarang kita masuk ke kelas yuk.” Ajak Olivia.
“Iya, iya yuk.”
Beberapa jam berlalu, mata kuliah kini telah usai. Olivia dan Renata berjalan menuju ke tempat parkir.
“Aku lagi butuh hiburan nih Re,”
“Gimana kalau kita nongki (nongkrong ngopi) aja yuk.” Ajak Renata.
“Nongki kemana?”
“Tempat biasa,”
“Sekarang?”
“Nanti sore aja.”
“Boleh. Ntar aku jemput kamu yah.” Ucap Olivia.
“Okey, aku tunggu.”
Tepat sore
itu di mana Olivia akan pergi bersama dengan Renata untuk nongkrong bareng. Namun, sebelum kakinya melangkah keluar dari rumah, Olivia melihat Rani pulang dengan menggandeng seorang laki-laki paruh baya. Rani lalu memperkenalkan laki-laki tersebut kepada putrinya.
“Olivia, kamu mau ke mana nak?” Tanya Rani yang berjalan masuk.
“Mau pergi!” Jawab Olivia singkat.
“Eh, sebentar Olivia, sini mommy mau kenalin kamu sama teman mommy.” Ucap Rani menarik tangan putrinya.
Wajah Olivia nampak kesal, sesungguhnya dia tak mau berkenalan dengan laki-laki yang dianggap hanyalah seorang teman saja bagi Rani.
“Owh, ini anak kamu ya mih?” Sahut laki-laki paruh baya itu yang berdiri di samping Rani.
“Iya, pih. Ini Olivia, putri semata wayang aku.”
“Hay Olivia, kenalin aku Om Jake,”
“Hem,” jawab Olivia membuang muka.
“Olivia, yang sopan dong nak?” Ucap Rani seraya menatap tajam mata anaknya.
“Udah ah mom, Oliv mau pergi, udah di tunggu sama temen-teman Oliv.” Ujar Olivia jengkel.
Oliva pun pergi meninggalkan Rani dan teman laki-lakinya begitu saja. Dia kesal karena
ini sudah yang ke puluhan kalinya Rani membawa teman laki-lakinya ke rumah.
Rani tak enak hati dengan Jake atas sikap Olivia yang di rasa kurang ajar kepada teman laki-lakinya tersebut.
“Maaf ya sayang, Olivia emang gitu anaknya. Kadang suka nggak sopan kalau sama temen-temen aku.”
“Iya nggak apa-apa, namanya juga anak muda.”
“Ya udah, kita masuk yuk.” Ajak Rani.
Olivia pergi dari rumah dengan rasa jengkel. Dalam perjalanan menuju ke rumah Renata, ia
bergumam, “Mommy emang keterlaluan, dia nggak pernah mikirin perasaan ku! Apa dia merasa nggak malu sama anaknya karena sering gonta ganti laki-laki dan membawa pulang ke rumah! Agh! Sebel aku, sebel! Kenapa sih aku harus tinggal dan hidup bersama Mommy!”
Butuh empat puluh lima menit dia sampai di Kost Renata. Selepas menjemput sahabatnya,
Olivia melanjutkan lajunya menuju ke kedai kopi tempat mereka berdua nongkrong.
Tak lama Renata dan Olivia sampai di kedai tersebut. Mereka berdua lalu mencari tempat
duduk yang di rasa nyaman. Terlihat ada seorang laki-laki yang duduk bersebrangan dengannya. Laki-laki itu nampak macho, wajahnya tampan dengan bentuk sudut pipi yang presisi.
Sedari tadi saat Olivia sampai di kedai itu, laki-laki tersebut selalu memperhatikan Olivia
dari kejauhan. Laki-laki itu melihat wajah cantik yang dimiliki Olivia. Dan selesai memesan makanan Olivia memperhatikan sekelilingnya, pandangannya terhenti di sebelah kiri tempat ia duduk. Ada seorang laki-laki yang sedang menunjukan senyum menawannya kepada Olivia.
Olivia menjadi salah tingkah, dia lalu mengalihkan pandangannya ke ponsel pribadinya yang saat itu tengah dia genggamnya.
Sambil memainkan ponselnya dia bergumam dengan wajah memerah, “Siapa laki-laki yang tersenyum pada ku tadi
ya? Ganteng juga sih, tapi aku jadi salah tingkah nih jadinya.”
Beberapa menit kemudian seorang waiters datang ke meja Olivia. Ia memberikan selembar kertas dan sebatang bunga mawar putih untuknya.
Isi pesannya yaitu, “Hay cantik, boleh aku gabung?” dan di akhir pesan tersebut di tulis
oleh si penulis, “Aku yang selalu memandangi mu dari arah samping. :-)”
Selesai membaca
pesan itu, Olivia dan Renata langsung menoleh ke samping kiri tempat duduk
mereka. Laki-laki itu melambaikan tangannya sambil memberikan senyum ramahnya.
Renata sedikit kaget, dia lalu berbisik dengan Olivia.
“Siapa dia Olivia? Kamu kenal?” Tanya Renata heran.
Olivia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.
“Serius?”
“Iya, aku nggak kenal dia sama sekali. Cuman tadi waktu kita sampai di sini, dia memperhatikan kita terus dari tadi.” Terang Olivia.
“Ya, ampun Oliv, dia ganteng banget loh.” Kata Renata yang terpesona dengan ketampanan
laki-laki tersebut.
Olivia hanya menggerakkan kedua pundaknya keatas dan kebawah.
“Kalau kamu mau, deketin aja sana.” Ucap Olivia.
“Beneran boleh?” Tanya Renata polos.
“Boleh, kalau kamu nggak punya harga diri sih. Ha… Ha… Ha…” Ucap Olivia bergurau.
“Woo, jahat kamu bilang gitu Oliv!” Ujar Renata kesal.
Ketika mereka berdua tengah asik berbisik-bisik, tanpa di sadari laki-laki tersebut tiba-tiba muncul di hadapan mereka berdua. Ia kemudian memperkenalkan dirinya.
“Hay, aku Zack.” Ucap Zack menjulurkan tangannya.
Olivia dan Renata tercenung melihat Zack yang nampak berdiri di depan mereka berdua.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments