Habis sudah kesabaran Rani, ia menurunkan putrinya di tengah jalan.
“Dasar anak yang gak tau diuntung! Mommy sudah susah payah membesarkan kamu sendirian! Tapi kamu nggak ada rasa hormat sedikit pun ke Mommy, bahkan mulutmu itu beraninya bicara kasar ke Mommy! Sekarang cepat kamu turun! Mommy bilang turun! Pulang sana pakai taksi!” Sentak Rani seraya melebarkan kedua kelopak matanya dengan wajah penuh amarah.
“Mommy beneran akan menurunkan aku di jalan sekarang?” Tanya Olivia.
“Iya! Cepat sana kamu turun! Pulang saja pakai taksi! Mommy udah risih banget denger mulutmu yang gak ada sopan santunnya sama sekali!”
“Owh, Okay! Baik! Fine! Aku benci Mommy!” Seru Olivia.
Olivia kemudian segera turun seraya membanting pintu mobil dengan begitu kencang.
Blasshhh!
Dirinya lalu berjalan menepi dan berdiri di pinggir jalan. Sedangkan Rani langsung melajukan kendaraannya dan pergi begitu saja meninggalkan anaknya sendiri di tepi jalan.
“Brengsek, bikin aku bad mood aja sih! Orang tua gila! Stress! Keterlaluan! Sialan! Biarin aja, biarin aku kualat! Masak bodoh! Tuhan, silahkan jika memang aku akan mendapatkan murkamu! Aku benci punya ibu seperti dia! Dia itu seperti bukan surga untukku, tapi dia itu bagaikan nerakana buat ku!” Pekik Olivia yang mengerutu di tepi jalan.
Berhati-hatilah dengan ucapanmu, karena apapun bentuk ucapan kita itu adalah sebuah doa untuk diri kita sendiri. Tak lama Olivia jatuh tersungkur karena terpeleset ketika dirinya menginjak sebuah batu di pinggir jalan.
“Awh! Sial, apa lagi sih ini?!” gerutu Olivia sendiri.
Ia kemudian berusaha bangkit dan kembali berjalan melangkahkan kakinya. Belum lama tadi dia terjatuh, mendadak hal buruk pun kembali datang menimpa dirinya. Sebuah truk tengah melaju dengan begitu kencang melewati genangan air hingga membuat Olivia harus menerima cipratan dari kotoran air tersebut.
“Aght! Sialan banget sih truk itu! Tuh kan baju ku jadi kotor dan basah seperti ini. Kurang ajar bener deh! Baru aja tadi aku jatuh, eh, sekarang malah kecipratan air kubangan kayak gitu! Ini semua gara-gara Mommy!” keluh Olivia sambil mengibas-kibaskan bajunya yang terkena cipratan air tadi.
Ia kembali berjalan melangkahkan kakinya. Belum juga jauh dari tempatnya tadi, lagi-lagi Olivia di hadapi dengan kondisi yang tidak menyenangkan. Ada sebuah ranting yang tak begitu besar, tiba-tiba jatuh mengenai kepalanya. Untung saja, berat ranting itu ringan, sehingga tak membuat Olivia celaka.
Sambil menahan sakit di kepalanya, ia mengomel sendiri di pinggir jalan.
“Aawwhh! Apa lagi sih ini?! Kenapa bisa ada ranting yang jatuh di kepala ku?! Sial! Sial! Sial! Sial! Terus aja Tuhan, terus aja buat hidup aku semakin menderita seperti ini! Aku tau Tuhan tuh juga nggak sayang sama aku! Buktinya, hidup ku terus-terusan sengsara seperti ini!” Maki Olivia semakin kesal.
Mungkin ini adalah tanda di mana sebuah ucapan itu memang benar-benar hidup. Akan tetapi Olivia belum menyadari atas ucapannya yang tak lama dia katakan.
Ada-ada saja kejadian yang membuat Olivia semakin kesal. Belum juga jauh ia melangkah, tiba-tiba ada dua anjing yang sedang berdiri di depannya. Seketika wajahnya nampak panic, kedua kakinya keder, bagaimana tidak. Binatang yang begitu sangat dia takuti kini berada di depannya.
Dia berjalan mundur perlahan-lahan mengalihkan pandangan kedua anjing tersebut. Namun, kaki kirinya tak sengajak menginjak sebuah ranting kering hingga mengeluarkan bunyi yang membuat kedua anjing tersebut haru menoleh ke arah Olivia.
Deg!
Tanpa berpikir panjang Olivia segera berlari sekencang mungkin menyelamatkan dirinya sendiri dari kejaran kedua anjing tadi.
Dia terus berlari dan berteriak meminta tolong, agar ada seseorang yang mau menolongnya melarikan diri dari kejaran anjing . Tapi jalan yang dilewati begitu sepi dan tak ada satu orang pun yang melintas waktu itu. Ia merasa lelah akibat sudah berlari cukup jauh namun kedua anjing itu terus mengejar. Sampai pada akhirnya dia mendadak melompat ke sebuah semak-semak untuk bersembunyi dari kejaran anjing-anjing itu.
Dengan nafas yang terenggah-enggah dia membungkam kedua mulutnya sendiri dan memejamkan matanya. Ia berharap kedua anjing itu tak lagi mengejar dirinya.
Sudah hampir sepuluh menit Olivia bersembunyi di sana, ia merasa kedua anjing tadi tak lagi mengejar dirinya.
“Kedua anjing itu sepertinya sudah pergi. Aku akan lihat kondisinya.” Batin Olivia seraya berdiri mengendap-endak memastikan keadaan waktu itu.
Rupanya memang benar, kedua anjing itu sudah tak terlihat lagi. Merasa kondisi di sekitanya sudah aman, Olivia lalu keluar dari balik semak.
“Hufh, syukur deh. Kedua anjing itu sudah tak mengejarku lagi. Mana kaki ku capek banget lagi!” keluh Olivia dengan nafas yang masih terengah-engah.
Ia lalu memutuskan untuk memesan taksi online, dan lagi-lagi nasib baik sedang tak berpihak kepadanya. Ponselnya lowbet sehingga membuat dirinya tak dapat memesan kendaraan umum online.
“Astaga! Sial bener sih hari ini! Udah kepeleset, keguyur air kubangan, ke jatuhan ranting, di kejar anjing, dan sekarang ponselku malah mati! Terus, aku pulang pake apa coba kalau kayak gini. Mana taksi dari tadi nggak ada yang lewat lagi!” sambat Olivia kesal.
Sedangkan waktu terus berjalan yang menandakan malam akan segera tiba. Ia kembali melanjutkan perjalanannya agar dirinya segera sampai ke rumah.
Namun, ketika dirinya berjalan, ia merasa ada seseorang yang tengah memperhatikan dirinya dari kejauhan. Olivia dengan cepat menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan kondisi sekitarnya aman, akan tetapi tak ada satu orang pun yang terlihat di sana. Dia lanjutkan lagi jalannya, baru beberapa langkah kakinya berjalan. Ia merasa ada seseorang yang membuntutinya dari belakang. Dengan segera ia menolehkan kepalanya ke belakang. Tapi tak ada satu orang pun di belakangnya. Karena merasa takut dan panik, dia lalu memutuskan untuk mempercepat jalannya. Dia berharap semoga kecemasannya salah.
“Aku rasa ada yang mengikutiku dari belakang. Tapi, setelah aku menoleh beberapa kali ke belakang nggak ada orang sama sekali! Aduh, aku takut banget, mana sebentar lagi udah mau gelap lagi!” Batin Olivia yang berjalan cepat seraya meremas tali tas slempangnya.
Olivia semakin takut, hingga membuat dirinya harus berlari sekencang mungkin untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan. Dan ternyata benar, ada dua orang laki-laki yang mengikuti dirinya sejak tadi. Mereka berdua berpenampilan seperti preman, mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan celana Jeans dengan wajah sangar.
Beruntung Olivia tau, ia segera berlari menyelamatkan dirinya. Tapi usahanya tak berhasil, tenaganya sudah habis terkuras karena di kejar anjing tadi. Sehingga membuat kedua laki-laki itu berhasil menangkap Olivia.
“Hay cantik, mau lari kemana? Ketangkep juga kan akhirnya.” Ucap salah satu preman itu.
“Lepasin! Lepasin tanganku!”
“Emangnya mau kemana kok minta di lepas? Main dulu lah sama kita!”
“Nggak! Nggak sudi! Lepasin nggak?! Kalau enggak aku bakal teriak untuk minta tolong!” gretak Olivia.
Olivia menggelinjang agar dirinya bisa terlepas dari cengkraman kedua preman itu.
Bersambung…
Anak yang malang. Kok Rani tega banget sih nurunin anaknya di tengah jalan. Ingat lah waktu bikin anak dulu gimana.🥱😪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
ziyi.ae
terlalu melebar..... sepeti badan meong akooh.
2022-04-19
0