Bertemu dengan Marco kembali

Sesampainya di Clubbing, mereka turun lalu masuk di dalam gedung tersebut. Zack mengandeng tangan Olivia dengan lembut.

“Mari masuk, tuan putri,” ucap Zack mengulum senyumnya.

“Apaan sih Zack,” kata Olivia memukul kecil pundak Zack.

“Cie cie, ada yang di gandeng, mau nyebrang ya?” celetuk Renata.

“Iya, aku takut kehilangan dia lagi.” Ujar Zack.

Sesampainya di dalam, mereka bertiga lalu memesan satu botol minuman beralkohol yang kadar alkoholnya rendah.

“Kalian berdua cari duduk aja dulu, biar aku yang beli minumnya.” Ucap Zack.

“Kita tunggu di pojokan sana ya Zack.”

“Okey, okey.”

Tak lama Zack datang lalu duduk persis di samping Olivia. Zack bersandar di bahu tempat duduk, tangan kanan dia letakan di belakang tubuh Olivia. Zack terus memandangi wanita yang sedang menikmati alunan music dugem di dalam gedung itu.

“Olivia, Zack. Kita dance bareng yuk.” Ajak Renata.

“Kamu aja dulu, ntar aku nyusul Re,” jawab Olivia.

Sembari duduk Olivia menggerakan separuh tubuhnya mengikuti irama music yang di sajikan di tempat tersebut.

Tak ada satu pandangan Zack yang dia jeda untuk menatap wajah wanita yang ada di depannya. Olivia sadar karena sedari tadi dia merasa di perhatikan oleh Zack.

“Woy, ngapain lu ngeiliatin aku terus?!” Ucap Olivia membuyarkan pandangan Zack.

Zack mengulum kecil bibirnya.

“Tuh kan, sinting,” celetuk Olivia.

Zack perlahan menyibakkan rambut curly milik Olivia di belakang telinga. Ia mendekat dan berbisik, “Kamu sangat cantik Baby,”

Olivia membulatkan kedua bola matanya. Ia lalu mendorong dada Zack untuk menjauh dari dirinya.

“Hey, kenapa kamu dorong aku?” tanya Zack.

“Zack, udah deh. Kita nikmati malam ini untuk bersenang-senang.”

“Yea, memang. Aku akan bersenang-senang dengan mu, sayang.” Kata Zack mendesah.

“Zack, pleas ya, ada Renata di sini,”

“Terus kenapa? Apa jangan-jangan  kalau nggak ada dia kamu mau main lagi sama aku?” tanya Zack seraya tersenyum kecil padanya.

“Zack, kamu sebaiknya diam atau aku pergi?!” Ucap Olivia sedikit mengancam.

“Okey, okey baiklah, aku akan diam. Jangan marah ya cantik.”

Zack langsung terdiam, di tengah mereka sedang asik-asiknya menikmati hiburan malam itu. Sekilas Olivia melihat wajah Rani tak jauh dari tempat duduknya.

“Mommy?” batin Olivia yang terus mengamati wanita itu.

Ia lalu berdiri dan berjalan untuk mencari tau kepastiannya.

“Apa iya, mommy ada di sini?” gumamnya yang melangkah perlahan mencari wanita yang berwajah mirip dengan Rani seraya memperhatikan satu persatu pengunjung club itu.

Namun ketika ia hampir mendekati salah satu wanita yang berwajah mirip dengan mommynya, ia malah terjatuh di tengah-tengah banyaknya orang yang sedang berjoget menikmati music saat itu. Ia lalu berusaha berdiri sendiri, akan tetapi karena banyaknya orang yang tengah bergoyang membuat dirinya sulit untuk berdiri, tetapi tiba-tiba ada seseorang pria yang menyulurkan tangan untuk membantunya berdiri.

Olivia berdiri dan segera merapikan pakaian mininya yang sedikit terbuka. Belum sempat dirinya mengucapkan terimakasih pada orang yang telah menolongnya, mendakak orang tersebut pergi menghilang begitu saja.

“Loh, dimana orang yang menolongku tadi? Kok ngilang gitu sih.” Ucapnya dari dalam hati.

Tak lama Zack datang menghampiri Olivia.

“Oliv, kita dance bareng yuk.” Ajak Zack.

Akan tetapi saat itu Olivia sedang tak ingin bergoyang, ia masih penasaran dengan wanita yang dia lihat.

“Bentar Zack, aku mau ke sana dulu. Nanti aku ke sini lagi ya.” Ucap Olivia menerangkan Zack secara singkat.

“Mau ngapain sih Liv,” tanya Zack penasaran.

“Bentar ya bentar,” ujar Olivia yang kemudian perlahan pergi.

Hingga pada akhirnya sampailah kakinya berhenti tepat di depan salah satu meja pengunjung.

Bruk!

Mendadak Olivia mendobrak sebuah meja dengan begitu keras, hingga membuat hampir semua pengunjung memperhatikannya.

Ia menjumpai seorang wanita yang tak lain adalah Rani yang tengah duduk bersantai menikmati ciumannya bersama sang laki-laki. Olivia tak menduga dirinya bisa bertemu dengan mommy-nya di tempat seperti ini dan situasi yang semestinya tak harus dia lihat di depan matanya sendiri.

“Menjijikan sekali!” Celetuk Olivia kemudian pergi begitu saja meninggalkan meja Rani dengan begitu marah.

Rani begitu sangat kaget melihat anaknya yang berada di satu tempat yang sama dengan posisi dirinya yang sedang berciuman dengan sang kekasih.

Ia langsung mengejar putrinya untuk memberikan penjelasan. Akan tetapi, Rani sama sekali tak menemukan Olivia disana. Sedangkan waktu itu, Olivia berlari menuju ke toilet. Di sana ia meluapkan kekesalannya di depan cermin sembari menangis terisak-isak.

“Aku kira dia bakal mencariku dan khawatir tentang keadaanku, tapi nyatanya tidak sama sekali! Aku bodoh! Aku sangat bodoh! Kenapa aku harus mengharapkan hal konyol seperti itu! Harusnya aku sadar diri, kalau diri aku ini memang tak penting untuk dia! Dan mulai sekarang, aku nggak akan lagi merubah berpikiran ingin menjadi anak yang baik!” Ucapnya kepada diri sendiri yang terus menatap cermin.

“Ya, mulai sekarang aku akan mencari kebahagiaan ku sendiri dengan cara ku sendiri!” lanjutnya seraya menghapus air matanya.

Karena dia merasa kesal, akhirnya dia memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat tersebut, ia berjalan keluar dari gedung itu dengan kemarahan.

Akan tetapi, dia tak sengaja menubruk seorang laki-laki.

Bruk!”

“Eh, maaf mbak, saya nggak sengaja!”

“Makannya lain kali kalau jalan pakai ma…”

Belum selesai dia berbicara, tiba-tiba dirinya di buat terkejut, saat kedua matanya melihat wajah laki-laki itu yang ada di hadapannya.

“Kamu?” Ucapnya kaget sembari menunjuk laki-laki itu.

“Kamu kan yang kemarin bayarin bakso aku itu kan? Siapa namamu? Maaf aku lupa,” Lanjut Olivia.

“Marco,”

“Owh, iya Marco.”

“Kamu di sini juga?”

“Iya, kebetulan banget ya kita berjumpa lagi di sini.”

Marco tersenyum tipis.

“Kamu sama temen-teman apa sama pacar kamu?”

“Aku ke sini sama temen-temen aku sih.”

“Owh, sama kalau gitu. Aku juga pergi sama temen-temen aku.”

Niat Marco yang akan buang air kecil pun tertunda karena tak sengaja ia bertemu dengan Olivia di tempat itu. Mereka lalu bercengkrama mengenal satu sama lain di area belakang gedung.

“Eh, iya. Mumpung aku ada duit cash aku mau mengembalikan uang kamu tadi.” Ucap Olivia seraya mengambil beberapa lembar uang kecil dari dalam dompetnya.

“Astaga, nggak usah Liv, kan aku udah bilang, aku Ikhlas kok.”

“Yakin?”

“Yea,” jawab Marco sambil tersenyum kecil.

“Kamu nggak mau masuk lagi ke dalam?” Tanya Marco.

Olivia menundukkan kepala dan menggeleng-gelengkannya.

“Kenapa? Teman-teman kamu udah pada balik?”

“Enggak sih, cuman aku lagi nggak mood banget masuk ke dalem.”

Marco merasa heran, ia lalu bertanya kembali, “Kalau boleh tau kenapa? Bukannya semakin malam malah semakin tambah asik musiknya?”

“Enggak lah, aku mau balik aja.”

“Kok balik? Ntar di cari sama temen-temen kamu gimana?”

“Biarin aja ah. Silahkan kalau kamu mau balik masuk ke dalam Marco. Kasihan ntar temen-temenmu nyariin kamu lagi.”

“Ngak lah, bagaimana kalau aku aja yang anter kamu pulang.”

“Tapi apa tidak merepotkan mu nanti?”

“Ngak sama sekali. Gimana, kamu mau?”

“Em, boleh.”

Akhirnya Marco dan Olivia kembali ke kost tanpa memberikan kabar kepada Zack dan juga Renata.

Bersambung..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!