BAB 19#KAGET NIKAH

Perusahaan Gradien Company

Shindy yang sudah mengetahui semuanya mencoba untuk mencari keberadaan Ivanna dan mempertanyakan semuanya. Shindy dengan sangat marah masuk ke dalam ruang kerja Ivanna dengan membanting pintu ruangan itu. Ivanna yang terkejut dengan kedatangan Shindy pun langsung bangkit dari tempat duduknya.

"Ada apa ini, Shin?,"

"Ada apa? Kamu masih bisa tanya padaku ada apa,"

"Kamu kenapa sih, datang - datang marah - marah gak jelas begini,"

"Udahlah gak usah banyak basa - basi. Jelaskan padaku ada hubungan apa kamu dengan Imran,"

"Aku gak ada hubungan apa - apa dengannya. Lagipula untuk apa aku berhubungan dengan kekasih dari sahabatku sendiri,"

"Kamu gak usah bohong padaku, Van. Aku sudah tau semuanya. Kamu tidur dengan Imran kan di malam sebelum kamu di usir dari rumah kamu sendiri,"

"Kamu bicara apa sih, Shin. Aku gak pernah tidur dengan Imran,"

"Kamu gak usah membalikan fakta, Van. Aku sudah tau semuanya. Aku juga punya buktinya. Aku selama ini menganggap kamu sebagai sahabatku bahkan aku menganggapmu seperti saudaraku sendiri tapi apa balasanmu sekarang. Kamu menghancurkan hubunganku dengan kekasihku, Kamu berselingkuh dengannya, kamu bahkan tidur dan hamil anaknya. Bagiku sekarang kamu itu tidak lebih seperti seonggok kotoran yang sangat menjijikan,"

"Shin, aku bisa jelasin semuanya,"

"Jangan pernah kamu berani menyentuh diriku. Aku sangat jijik disentuh oleh wanita sepertimu. Wanita yang sudah tega menghancurkan impian sahabatnya sendiri,"

Setelah melampiaskan kemarahannya, Shindy pun pergi meninggalkan ruang kerja Ivanna dengan airmata kekecewaan yang mulai mengalir membasahi pipinya.

*****

Tak lama setelah itu, Ivanna dengan menangis tersedu - sedu pun naik ke atas rooftop perusahaan. Ia merasa hidupnya sudah benar - benar hancur saat ini. Ia memang ingin membalaskan dendamnya pada Imran. Tapi ia benar - benar tidak ingin membuat sahabatnya menangis karenanya.

"Aku benar - benar sudah sangat tidak berguna hidup di dunia ini lagi. Aku wanita kotor yang tidak pantas untuk pria manapun, anak ini juga tidak mendapatkan pengakuan dari ayahnya, keluargaku juga sudah mengusirku, sahabatku juga sekarang sudah tidak mau melihatku lagi. Jadi untuk apa aku hidup,"

Ivanna pun melompat dari atas rooftop gedung perusahaan yang disaat bersamaan Irene baru saja sampai di depan perusahaan dan akan masuk ke dalam perusahaan. Tetapi betapa terkejutnya, Irene saat tubuh sahabatnya - Ivanna jatuh di hadapannya.

"Aaahhh," Teriak Irene hingga dirinya terjatuh.

Darah Ivanna mengalir mendekati Irene. Disaat itulah, Irene melihat dengan jelas wajah sahabatnya yang sudah berlumuran darah. Irene yang merasa sangat ketakutan hanya terdiam dan tak bergerak sama sekali.

Afnan dengan sigap langsung berlari ke arah Irene dan melepaskan jasnya. Ia menutupi wajah Irene dengan jasnya agar Irene tidak terlalu lama melihat jasad Ivanna yang benar - benar sudah dalam kondisi yang mengenaskan.

"Siapapun, cepat telepon Ambulans,"

"Baik, Pak Afnan,"

"Eh itu kan karyawan baru yang dibawa oleh Pak Salman,"

"Iya ya, ada masalah apa sih dia sampai bunuh diri di gedung perusahaan ini bikin jadi angker aja,"

*****

Sementara itu, Salman yang belum tau bahwa Ivanna melakukan percobaan bunuh diri pun berjalan menuju ke luar gedung perusahaan karena ia melihat keramaian disana.

"Ada apa ini?," Tanya Salman pada salah satu karyawan.

"Itu, Pak. Karyawan baru yang bapak bawa hari itu melakukan percobaan bunuh diri dari rooftop gedung perusahaan,"

"Karyawan baru yang saya bawa? Maksud kamu Ivanna,"

"Iya, Pak,"

Salman yang sangat terkejut mengetahui hal itu pun langsung berlari melewati kerumunan para karyawan perusahaan Gradien Company yang berkumpul untuk menyaksikan tubuh Ivanna yang sudah terbaring tak bernyawa di halaman gedung perusahaan.

Salman benar - benar hancur saat melihat wanita yang sangat ia cintai harus pergi meninggalkan dirinya secepat itu.

"Ivanna, Ivanna bangun, aku gak mau kehilangan kamu untuk kedua kalinya,"

****

Setelah ambulans datang, jasad Ivanna langsung dibawa ke rumah sakit dengan Salman yang ikut di dalam mobil ambulans itu. Ia ingin terus menemani Ivanna. Sementara Afnan membawa Irene ke ruangannya, ia mencoba memberikan segelas air pada Irene dan terus berusaha untuk menenangkannya.

"Afnan, Lo harus bilang sama gue kalau ini semua hanyalah halusinasi gue aja kan,"

"Enggak, Ren. Apa yang Lo liat itu semuanya nyata,"

"Tapi yang bunuh diri tadi itu temen gue loh, Nan. Dia temen gue, kenapa sih dia gak pernah mau cerita masalahnya sama gue? Sebegitu gak bergunanya ya gue jadi seorang temen,"

"Hey, Ren. Lo harus dengerin gue ya, Lo gak salah apa - apa. Ini semua udah pilihannya. Pilihan dia untuk melakukan itu semua. Tidak ada yang salah disini, yang salah itu adalah pikirannya dia sendiri yang terlalu cepat mengambil sebuah keputusan,"

"Tapi Ivanna sekarang udah gak ada, Nan. Dia temen gue,"

"Iya ya, gue ngerti kok. Lo tenangin diri Lo dulu ya," Afnan pun memeluk Irene.

Dan disaat itulah, Nathalia melihat semuanya dari balik pintu kaca ruangan Afnan. Nathalia benar - benar sangat hancur saat tau ternyata Afnan memiliki hubungan dengan Irene.

"Benerkan dugaanku selama ini kalau Afnan punya wanita lain. Dan wanita itu adalah sekretarisnya. Afnan benar - benar sangat keterlaluan. Aku benci sama kamu Afnan, aku benci,"

Nathalia dengan perasaan sangat hancur pun berlari pergi meninggalkan perusahaan Gradien Company.

*****

*Afnan POV*

Sejak hari itu, Irene lebih banyak diam daripada biasanya. Ia makin sering menyendiri. Aku merasa bingung harus melakukan apa agar bisa membuat Irene tersenyum kembali. Semua cara telah aku lakukan tapi aku gagal. Aku gagal menjadi suami yang baik untuknya.

*****

Irene sedang ingin membuang sekantung plastik sampah keluar rumah hingga tiba - tiba Afnan datang menghampiri dirinya.

"Ren, Gue mau bicara sama Lo,"

"Bicara soal apa? Gue lagi gak mau berdebat sama Lo ya hari ini,"

"Kita kan lagi ambil cuti nih. Gimana kalau kita pergi jalan - jalan keluar hari ini biar pikiran kamu bisa jernih dan tenang kembali,"

"Jalan - jalan?! Kemana?,"

"Ya kemana aja,"

"Yaudah deh ayo, lagi bosen juga gue di rumah terus. Jadi nih Lo buang sampah ini kedepan ya. Gue mau siap - siap dulu, byeee,"

Irene memberikan sekantung plastik sampah yang ia pegang kepada Afnan. Lalu setelah itu, ia langsung berlari menuju ke kamarnya untuk bersiap - siap.

"Lah ini ngapa jadi gue yang harus buang sampahnya. Wah, memang ya tuh anak gak bisa di baik - baikin sedikit soalnya jadi makin ngelunjak. Ah yaudahlah, yang penting dia bisa tersenyum lagi,"

****

Beberapa menit kemudian....

Irene keluar dari rumah dengan mengenakan dress dan sepatu hak tinggi berwarna hitam.

"Yuk, udah siap aku,"

Afnan menatap ke arah Irene. Baru kali ini, ia mengakui bahwa Irene sebenarnya cukup cantik untuk standard seorang wanita.

"Kamu kenapa menatapku seperti itu,"

"Ah tidak apa - apa, yaudah ayo kita pergi sekarang,"

Afnan terlihat salah tingkah saat bersama dengan Irene. Irene yang tidak peka dengan sikap Afnan padanya hanya beranggapan bahwa Afnan memang tidak sedang memikirkan apapun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!