Irene berjalan masuk ke dalam dapur perusahaan. Ia bingung bagaimana caranya membuat segelas kopi karena sejak kecil ia selalu dilayani dengan banyaknya pelayan yang ada di rumahnya.
"Astaga, aku kan gak tau bagaimana caranya bikin kopi. Inilah gunanya mengikuti kelas memasak sejak kecil agar bisa mahir bekerja di dapur. Menyesal aku dulu tidak mengikuti kata Mama untuk ikut kelas memasak dan mulai belajar membuat minuman apapun sendiri. Oke, tenang Irene. Membuat kopi itu gampang hanya dengan kamu campurkan gula, bubuk kopi, dan air panas saja kan. Oke, mari sekarang kita cari dimana letak bubuk kopi itu disimpan,"
Irene pun mulai mencari dimanakah pegawai yang biasanya bekerja di dapur perusahaan menyimpan bubuk kopi. Ia terus mencari hingga akhirnya ia menemukan bubuk kopi itu berada di dalam lemari kitchen set yang tertempel di dinding.
"Nah akhirnya aku menemukan dirimu. Baiklah, sekarang mari kita mulai dengan ambil air panas terlebih dahulu di dispenser,"
Irene memencet tombol merah di dispenser. Lalu, air pun keluar mengalir ke dalam gelas kaca berwarna putih. Setelah dilihatnya sudah cukup, Irene membawanya kembali dan meletakkannya di atas meja. Ia mengambil sebuah toples berisikan bubuk kopi. Lalu, memasukkannya ke dalam gelas tersebut. Setelah bubuk kopi dan air panas itu sudah tercampur, Irene pun mengaduknya.
Ting...Ting..Ting..
Suara gelas dan sendok itu beradu di dalam dapur perusahaan yang sepi itu.
"Nah sudah selesai, sekarang tinggal kita kasih gula aja,"
Irene pun membalikan tubuhnya dan mencari dimanakah toples yang berisikan gula karena disana banyak sekali toples - toples berisikan bumbu - bumbu dapur.
"Gula yang mana ya," ( Irene melihat - melihat dan menebak - nebak yang manakah toples berisikan gula )
"Yang ini kali ya, setahu aku kan gula warnanya putih. Jadi mungkin yang ini,"
Irene mengambil salah satu toples dan memasukkan dua sendok isi dari toples itu ke dalam gelas kopi yang akan diberikan pada Afnan. Setelah itu, Irene pun mengaduknya agar sesuatu yang ia tebak sebagai gula itu larut dan tercampur merata.
"Nah, kopi buatan Nona Muda Irene sudah selesai. Aku yakin Boss nyebelin itu pasti akan suka dengan kopi buatanku ini. Sekarang waktunya kita bawakan kopi ini untuk dia,"
Irene langsung membawakan segelas kopi buatannya ke ruangan Afnan.
*****
Ceklek.
Pintu ruangan Afnan pun terbuka, Irene masuk ke dalam ruangan itu sambil membawakan segelas kopi untuk Afnan.
"Ini pak, kopinya sudah selesai. Silahkan diminum,"
Irene meletakkan segelas kopi itu di meja Afnan dan Afnan pun menatap curiga pada segelas kopi itu.
"Kenapa aku merasa tidak yakin ya dengan kopi buatanmu ini? Seperti rasanya akan membuatku mati dalam sekejap mata,"
"Pak Afnan, tolong ya. Saya itu sudah bersusah payah membuatkan segelas kopi untuk bapak. Jadi hargai perjuangan saya dong, Pak,"
"Oke, oke, baiklah. Saya akan meminumnya,"
Afnan pun mengangkat segelas kopi itu dan langsung mencobanya. Tetapi, wajah Afnan seketika berubah saat setelah mencoba segelas kopi buatan Irene. Lalu, Afnan pun menyemburkan kopi yang sudah ia minum karena tidak tahan dengan rasanya yang tidak enak.
"Pak Afnan, bapak gak apa - apa kan,"
"Ini kopi apa sih, rasanya asin banget. Kamu mau aku mati karena darah tinggi ya,"
"Hah, asin?! Masa sih, Pak,"
"Kalau kamu gak percaya, coba aja sendiri. Nih kopinya,"
Afnan memberikan segelas kopi itu kembali kepada Irene. Irene yang tidak percaya bahwa kopi buatannya itu tidak enak pun langsung mencobanya. Dan benar saja, Irene sampai terbatuk - batuk saat tau bahwa rasa kopi buatannya benar - benar sangat asin.
Uhuk..Uhuk..Uhuk..
"Astaga sakitnya tenggorokanku. Rasanya asin sekali,"
"Tuh kan benar,"
"Yasudah kalau kayak gitu aku langsung buatankan lagi ya,"
"Eitsss, tunggu dulu. Aku mau kamu buatkan susu aja deh. Jangan kopi lagi,"
"Baiklah, akan aku segera buatankan,"
Irene pun langsung bergegas pergi meninggalkan ruang kerja Afnan untuk kembali ke dapur.
****
Irene berjalan masuk kembali kedalam dapur perusahaan sambil merasa kesal karena Afnan yang menyuruh dirinya untuk mengerjakan sesuatu yang bukan tugasnya.
"Dasar Boss nyebelin, udah tau aku gak bisa buat kopi malah disuruh buat kopi beginian jadi asin kan rasanya. Memangnya ada ya sekretaris tugasnya buatkan kopi untuk Bossnya. Perasaan di perusahaannya Papa, sekretaris itu kerjanya gak ada yang beginian. Ih jadi kesel deh. Mau gak mau harus aku buatkan lagi nih susu untuk Boss gak waras itu,"
Irene dengan kesal langsung mengambil gelas yang baru dan mengisi kembali gelas itu dengan air panas. Tetapi saat, Irene sedang mengisi gelas itu dengan air panas tanpa sengaja gelasnya terjatuh dan air panas itu tumpah hingga mengenai tangan Irene.
Awwhh....( Rintih Irene kesakitan )
"Irene, kamu kenapa?," ( Salman tiba - tiba datang dan langsung menghampiri Irene yang terlihat kesakitan )
"Kak Salman?! Ah, aku tidak apa - apa kok, Kak,"
"Tangan kamu merah, tangan kamu kesiram air panas ya,"
"Iya, Kak. Tapi gak apa - apa kok, hanya sakit sedikit saja,"
"Kalau dibiarkan saja ini bisa infeksi, aku ambilkan kotak P3K dulu ya,"
"Ga-gak usah, Kak,"
"Udah kamu tunggu saja disini, biar aku ambilkan kotak P3K dulu,"
Salman pun langsung pergi meninggalkan Irene untuk mengambilkan kotak P3K untuknya.
"Ih perhatian banget sih Kak Salman sama aku. Jadi baper,"
Tak selang beberapa lama, Salman pun kembali dengan membawakan kotak P3K untuk Irene.
"Sini mana tanganmu yang tersiram air panas biar aku obati,"
"Enggak usah kak Salman biar aku obati sendiri aja,"
"Tidak apa - apa biar aku aja yang obati tanganmu," ( Salman mulai mengoleskan salep bakar ke pergelangan tangan Irene yang tersiram air panas )
Awwhh....( Rintih Irene )
"Sudah selesai, dalam beberapa hari lagi ini akan sembuh,"
"Terimakasih ya, Kak,"
"Sama - sama. Kamu sedang apa disini?,"
"Ah, aku disuruh oleh Pak Afnan untuk membuatkannya segelas susu,"
"Oh begitu ya,"
"Kalau Kak Salman sedang apa disini?,"
"Aku cuma ingin mengambil segelas air putih saja soalnya tenggorokanku tiba - tiba haus setelah beberapa jam bekerja full tanpa minum,"
"Kalau kayak gitu biar aku ambilkan ya," ( Irene pun langsung mengambil gelas kosong. Lalu mengisinya dengan air putih dan memberikannya pada Salman )
"Ini segelas airnya, Kak,"
"Terimakasih,"
"Sama - sama,"
"Yasudah kalau kayak gitu aku duluan ya. Kamu hati - hati jangan sampai tanganmu tersiram air panas lagi,"
"Iya, Kak,"
Salman pun pergi meninggalkan dapur perusahaan. Setelah Salman pergi, Irene melompat kegirangan karena senang dengan sikap perhatian Salman padanya.
"Aaahhh, ya ampun jantungku berdetak sangat cepat. Apakah ini yang dinamakan cinta? Aku gak menyangka kalau Kak Salman bisa perhatian banget sama aku. Kayaknya keputusan aku untuk bekerja disini tidak salah deh. Aku yakin sebentar lagi Kak Salman akan jatuh cinta juga padaku,"
Saat Irene sedang berteriak - teriak kegirangan, ia tanpa sengaja menabrak seorang pegawai kebersihan yang berada di belakangnya.
"Astaga, maafkan saya mbak,"
"Tidak apa - apa, Bu. Semua ini memang saya yang salah,"
"Tidak, tidak, saya yang salah,"
Irene melihat ke arah segelas susu yang masih penuh di atas sebuah nampan yang dibawa oleh pegawai kebersihan itu.
"Hmmmm, mbak itu susunya masih baru ya,"
"Iya, Bu. Susu ini tadinya mau saya bawakan untuk Pak Hardi. Tapi ternyata, Pak Hardi maunya teh hangat bukan susu,"
"Yasudah kalau begitu susunya untuk saya aja ya daripada dibuang kan mubazir,"
"Boleh, Bu. Tapi memangnya tidak apa - apa,"
"Tidak apa - apa kok selagi susunya masih baru dan juga masih hangat. Ini tidak akan apa - apa jadi untuk saya saja ya susunya,"
"Iya silahkan, ini Bu susunya,"
"Terimakasih,"
Irene dengan pikiran cerdiknya itu pun lang membawa segelas susu yang ia dapatkan dari pegawai kebersihan itu menuju ke ruang kerja Afnan.
"Gak apa - apa kali ya, Pak Afnan minum susu ini walaupun ini dibuatkan untuk orang lain kan yang penting namanya juga tetap susu lagipula masih baru dan masih hangat juga. Ini tidak akan menyakiti perutnya kan," Ucap Irene yang masih sambil berjalan menuju ke ruang kerja Afnan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments