BAB 7#KAGET NIKAH

Seorang karyawan wanita yang tadinya ingin menghubungi seseorang yang ia sebut sebagai Nathalia, ia berhenti di depan pintu tangga darurat yang jarang dilewati oleh banyak orang.

"Aku harus segera memberitahukan Nathalia soal hubungan Afnan dan sekretaris barunya itu,"

Karyawan wanita itu langsung mengeluarkan handphone dari saku celananya dan bergegas untuk menghubungi seseorang yang ia sebut sebagai Nathalia. Selama beberapa detik, panggilan telepon itu hanya berdering dan tak kunjung diangkat oleh Nathalia. Tetapi tak selang beberapa lama, Nathalia pun mengangkat panggilan telepon dari karyawan wanita itu.

"Halo, Nathalia,"

"Eh, Farah. Ada apa? Tumben sekali kamu meneleponku,"

"Ada berita penting untukmu,"

"Tentang apa?,"

"Tentang Afnan,"

"Kenapa dengan Afnan? Cepat katakan padaku, Farah,"

"Ada gosip di perusahaan yang mengatakan bahwa Afnan memiliki hubungan dengan sekretaris barunya,"

"Apa?! Gak mungkin. Afnan tidak seperti itu orangnya. Aku cukup percaya pada Afnan kalau dia bisa setia padaku,"

"Nathalia, kamu jangan bodoh. Gak akan ada laki - laki yang bisa setia saat ia jauh dari kekasihnya selama 5 tahun. Pokoknya kamu harus segera kembali kesini sebelum kamu kehilangan Afnan,"

"Kehilangan siapa?,"

Salman yang tiba - tiba saja datang mengagetkan Farah. Ia langsung berbalik dan menyembunyikan handphone miliknya dibelakang tubuhnya.

"Ah, Pak Salman. Udah lama disini, Pak?,"

"Apa yang kamu sembunyikan?,"

"Tidak ada, Pak. Ini hanya handphone milik saya saja bukan apa - apa,"

"Coba berikan pada saya,"

"Emm, untuk apa Pak?,"

"Berikan saja,"

Farah dengan tangan gemetaran memberikan handphone miliknya itu kepada Salman. Sementara Salman dengan sigap langsung mengambil handphone yang diberikan oleh Farah. Ia mulai memeriksa handphone milik Farah dan tidak menemukan hal mencurigakan apapun.

"Ini saya kembalikan. Ternyata bukan kamu orangnya,"

Salman segera pergi meninggalkan Farah. Ia masih ingin mencari tau sebenarnya siapa yang telah menguping pembicaraan dirinya dengan Afnan tadi.

"Sebenarnya apa yang sedang Pak Salman cari ya. Huh, tapi untungnya Nathalia sudah mematikan teleponnya tadi. Kalau tidak, Pak Salman akan tau jika aku berhubungan dengan Nathalia. Pak Salman kan bekerja sama dengan Pak Anwar untuk memisahkan Nathalia dengan Pak Afnan,"

*****

Afnan baru saja keluar dari toilet pria bersamaan dengan Irene yang juga baru saja keluar dari toilet wanita. Irene sepertinya masih kesal dengan Afnan. Terlihat dari raut wajahnya, ia tidak mau melihat Afnan walaupun hanya sekilas. Hal itu membuat Afnan kesal karena menganggap Irene tidak menghormati dirinya sebagai Boss.

Afnan pun langsung menarik tangan Irene dan menahan tubuh Irene di dinding. Irene tidak bisa kabur dan memberontak saat tubuhnya di tahan menyandar di dinding oleh tubuh Afnan.

"Kamu ini apa - apaan sih. Lepasin aku gak,"

"Enggak, sebelum kamu minta maaf sama saya karena kamu sudah menampar saya tadi,"

"Tapi kan itu semua memang salahnya bapak,"

Afnan dan Irene pun saling bertatapan dengan raut wajah kesal satu sama lain. Sementara dari kejauhan, Mira pura - pura lewat dari depan lorong koridor menuju toilet. Ia pun berjalan mundur kembali dan bersembunyi saat melihat Afnan dan Irene yang ia kira akan berciuman dan melakukan hal - hal tidak terpuji disana.

Mira dengan jiwa pembawa berita berjalannya itu pun langsung memotret Afnan dan Irene. Setelah mendapatkan foto Afnan dan Irene, Mira pun pergi.

****

"Pak Afnan, tolong jangan ganggu saya. Lepaskan saya atau bapak akan tau akibatnya,"

"Kamu sudah berani mengancam saya,"

"Iya saya berani. Asal bapak tau aja, saya itu adalah selebgram dengan 10 juta followers jadi saya bisa kapan saja bikin bapak viral karena telah berbuat mesum terhadap saya,"

"Hah," ( Afnan tertawa kecil )

"Kenapa kamu tertawa? Kamu tidak percaya,"

"Aku memang gak percaya karena mana mungkin seorang selebgram dengan 10 juta followers mau bekerja keras di perusahaan seperti ini. Terus menjadi seorang sekretaris lagi,"

"Oke kalau kamu gak percaya, akan aku buktikan. Sudah sana minggir, dasar Boss mesum," ( Irene mendorong Afnan dan ia pun melenggang pergi meninggalkan Afnan yang mulai semakin kesal dengan dirinya )

"Ini sebenarnya yang seorang Boss di perusahaan ini, aku atau dia sih kok kesannya kayak aku pegawainya dan dia Bossnya ya. Ah, tau deh pusing aku punya karyawan modelan kayak dia,"

Afnan pun pergi meninggalkan lorong koridor itu.

*****

Pukul 19:00.

Di dalam sebuah taxi, Mira sedang berfikir bagaimana jika dirinya menjual berita tentang Afnan dan juga Irene ke sebuah siaran berita. Ia pastinya akan mendapatkan banyak uang dari hasil menjual berita tersebut. Dikarenakan, Afnan yang dikenal merupakan putra tunggal pewaris Perusahaan Gradien Company.

"Aku butuh banyak uang untuk pengobatan ibuku di kampung. Apa aku jual saja ya berita tentang Pak Afnan dan sekretaris barunya itu ke salah satu siaran berita ternama di kota ini. Aku pasti akan mendapatkan cukup banyak uang dari hasil penjualan berita itu secara kan Pak Afnan itu adalah putra tunggal pewaris tahta tertinggi perusahaan Gradien Company,"

****

Ceklek...

Pintu sebuah kamar apartemen terbuka.

Disisi lain, Irene baru saja sampai di kamar apartemen miliknya. Ia langsung melepaskan sepatu hak tingginya dan melemparkannya ke sembarang tempat. Lalu, ia pun berjalan menuju ke sebuah kursi sofa dan menjatuhkan dirinya ke kursi sofa itu.

"Ah, rasanya enak sekali ya. Akhirnya bisa terbebas dari Boss mesum seperti Pak Afnan itu,"

Drrrrtttt.....Drrrtttt....Drrrrtttt..

Suara getaran handphone tiba - tiba saja terdengar dari dalam tas.

"Siapa sih yang meneleponku di jam segini? Enggak tau orang lagi capek apa,"

Irene langsung mengambil handphone dari dalam tas dan melihat notifikasi panggilan di layar handphone miliknya. Disana tertulis nama kontak "Mama". Panggilan telepon yang ia dapatkan malam itu adalah dari Mamanya.

"Mama?! Kok tumben sih. Ada hal penting apa ya,"

Irene dengan sigap langsung mengangkat panggilan telepon dari Mamanya itu.

"Halo, Ma. Ada apa ya?,"

"Sayang, Papa kamu masuk rumah sakit. Sakit jantungnya kambuh sayang,"

"Apa, Ma?!"

****

Rumah Sakit Cahaya Medika.

Irene berlarian di lorong - lorong rumah sakit. Ia terus mencari dimana keberadaan ruangan - tempat papanya di rawat.

"Dimana sih kamar mawar no 251. Belok ke kanan kali ya,"

Irene pun menuruti kata hatinya untuk berjalan ke arah kanan dan benar saja akhirnya ia menemukan kamar mawar no. 251. Irene dengan perasaan panik dan khawatir terhadap keadaan papanya pun langsung masuk ke dalam ruangan itu. Ia mulai menangis dan memeluk tubuh papanya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

"Papa," Ucap Irene sembari menangis tersedu - sedu.

"Papa kenapa bisa sampai seperti ini sih,"

"Irene, kamu sudah pulang sayang,"

"Iya, Pa. Irene sudah kembali. Irene janji, Irene gak akan pergi dari rumah lagi. Tapi Papa harus cepat sembuh ya,"

"Ma, Papa sebenarnya kenapa? Kenapa Papa bisa jadi seperti ini bukannya tadi pagi papa baik - baik saja, Ma,"

"Papa jadi seperti ini karena melihat berita viral kamu yang melakukan perbuatan tidak terpuji dengan Boss baru kamu itu,"

"Berita viral?!"

"Coba saja kamu cek handphone kamu sekarang. Beritanya sudah tersebar di seluruh media sosial bahkan akun - akun gosip juga sudah menguploadnya,"

Irene dengan panik pun langsung mengecek media sosial dan akun gosip. Dan benar saja, ada berita bohong tentang dirinya dan juga Afnan yang menggemparkan dunia pemberitaan Indonesia.

"Pa, Ma, ini gak seperti yang kalian kira. Irene baru bekerja satu hari disana. Jadi mana mungkin Irene berani melakukan hal tidak terpuji seperti itu,"

"Irene, Papa memang sangat kecewa sama kamu. Karena perbuatan kamu, nama keluarga kita menjadi jelek di mata orang. Untuk menutupi semua ini, jika memang benar kamu tidak melakukan hal itu maka kamu harus mau dijodohkan dengan pria pilihan Papa,"

"Enggak, Pa. Irene gak mau dijodohkan,"

"Kamu mau papamu ini mati karena ulahmu. Papa sudah cukup kecewa sama kamu. Jika kamu mau untuk dijodohkan setidaknya berarti berita yang ditulis oleh orang tak bertanggung jawab itu dianggap tidak benar karena buktinya saja pria yang akan bersanding denganmu itu masih mau menikahi dirimu,"

"Irene, sayang, kamu dengerin apa kata Papamu ya. Mama mohon, jangan buat Papamu semakin bertambah sakit,"

"Iya, Ma. Baiklah, aku akan menerima perjodohan itu. Aku akan menikah dengan pria pilihan Papa dan Mama,"

****

"Afnan," Teriak Anwar dari lantai bawah rumahnya.

"Ada apa sih, Pa? Kok teriak - teriak seperti itu," Sahut Rania yang berjalan menuruni tangga dari lantai atas rumahnya dan terus berjalan menghampiri Anwar.

"Dimana Afnan?,"

"Afnan sepertinya belum pulang, Pa. Ada apa sebenarnya? Kok kelihatannya Papa sangat marah dengan anak kita,"

"Papa baru pulang dari perusahaan pusat dan begitu kagetnya Papa saat mendapati berita bahwa Afnan telah melakukan hal tidak terpuji di perusahaan cabang,"

"Berita apa, Pa,"

"Ini, silahkan Mama lihat sendiri saja. Papa sudah tidak sanggup untuk melihatnya," Anwar memberikan handphone miliknya kepada istrinya.

Rania mulai melihat beberapa berita tentang anaknya yang berbuat hal tidak terpuji di perusahaan.

"Pa, anak kita gak mungkin melakukan semua ini,"

"Terus aja kamu bela anak kamu itu. Dia sudah cukup buat nama keluarga ini malu,"

"Ada apa ini? Kenapa Papa marah - marah sama Mama," Teriak Afnan yang baru saja pulang dan melihat Anwar memarahi Rania.

"Akhirnya pulang juga anak ini," Ucap Anwar sembari berjalan mendekati Afnan. Lalu menamparnya.

"Papa," Teriak Rania yang langsung berlari memeluk Afnan.

"Untuk apa sih Mama masih membela anak tidak tau diuntung seperti ini. Dia pikir mentang - mentang dia adalah putra tunggal di keluarga ini. Dia bisa berperilaku seenaknya tanpa memikirkan perasaan kita berdua,"

"Sebenarnya ini semua ada apa sih? Papa juga kenapa tiba - tiba menampar aku. Apa salahku?,"

"Kamu masih bisa berteriak pada Papa, Afnan,"

"Aku berhak marah saat aku merasa aku tidak pernah melakukan kesalahan apapun,"

"Terus berita yang sedang tersebar luas tentang kamu dan sekretaris baru kamu itu apa, Afnan,"

"Berita?! Berita apa?,"

"Afnan, kamu jujur sama Mama. Kamu gak pernah kan melakukan hal - hal yang aneh dengan sekretaris baru kamu itu,"

"Afnan berani sumpah, Ma, Pa. Afnan gak pernah melakukan apapun dengan sekretaris baru Afnan itu,"

"Terus berita yang sudah tersebar itu?,"

"Afnan yakin berita apapun itu, itu semua bohong. Afnan gak pernah melakukan semua itu. Percaya sama Afnan, Ma, Pa. Afnan gak akan berani mencemarkan nama baik keluarga kita,"

"Baik, kalau begitu kamu harus menerima perjodohan yang sudah Papa dan Mama persiapkan untukmu,"

"Kenapa Afnan jadi harus menerima perjodohan itu sih?,"

"Karena kalau kamu menikah dengan wanita itu. Semua orang akan berpikir bahwa berita itu bohong. Wanita itu bisa menyelamatkan nama baik keluarga kita. Orang - orang akan berpikir jika wanita itu saja tetap mau menikah denganmu itu artinya semua berita buruk yang ditulis berdasarkan namamu itu semua bohong,"

"Tapi Afnan sudah punya kekasih. Afnan ingin menikah dengannya,"

"Baiklah, itu artinya kamu siap melihat Papamu ini mati karena terus - terusan dihina oleh semua rekan kerja Papa,"

"Oke, Afnan akan menikah dengan wanita pilihan Papa dan Mama itu. Puas,"

Afnan dengan berat hati menerima perjodohan itu. Lalu, ia dengan perasaan campur aduk berjalan menaiki tangga menuju ke lantai atas rumahnya.

"Pa, apakah perjodohan itu memang harus kita lakukan,"

"Ma, Papa tau wanita mana yang terbaik untuk Afnan. Nathalia itu bukan wanita yang baik untuk Afnan. Dia hanya mau menguasai semua harta ini karena dia tau semua ini akan jatuh ke tangan Afnan,"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!