Rumah Keluarga Besar Brata.
Pukul 22:00.
Lalita berjalan menghampiri Rayyan yang sedang duduk santai sambil menonton siaran televisi sembari membawakan segelas air putih dan juga obat yang diberikan oleh dokter untuk diminum secara rutin oleh Rayyan.
"Diminum dulu Pa obatnya,"
"Iya, Ma. Taruh disitu aja nanti Papa minum,"
"Emmm, Pa, Mama itu kenapa jadi kepikiran sama Irene ya?,"
Sreekk...
Rayyan melipat kertas koran yang ia baca. Lalu meletakkannya di atas meja. Rayyan memperhatikan wajah Lalita yang sedikit khawatir dengan keadaan putri tunggal mereka itu.
"Untuk apa mama khawatir soal Irene. Dia sudah menikah, Ma. Ada Afnan yang bisa menjaganya,"
"Iya, Pa. Mama tau dia sekarang sudah menikah. Tapi kan pernikahan mereka itu atas dasar perjodohan bukan cinta. Mama takutnya nanti pernikahan anak kita gak akan bertahan lama,"
"Ma, dengerin Papa, Afnan itu adalah anak yang baik. Percaya sama Papa kalau Afnan pasti tidak akan pernah membuat anak kita menjadi seorang janda,"
"Iya, Pa,"
Rayyan memeluk Lalita untuk menenangkan dirinya.
****
Villa.
Rania berdiri menatap ke arah luar jendela. Sementara, Anwar sibuk menikmati segelas teh hangat yang sangat membuat dirinya terasa lebih bahagia daripada malam - malam sebelumnya.
"Pa, kira - kira Afnan bisa gak ya membahagiakan Irene yang sekarang sudah menjadi istrinya,"
"Oh ya tentu pasti bisa dong, Afnan itukan tipe pria seperti Papa. Dia selalu punya cara untuk membuat wanitanya bahagia,"
"Tapi masalahnya, Pa. Wanita yang diinginkan oleh Afnan sejak awal itu bukan Irene melainkan Nathalia,"
"Nathalia itu bukan wanita yang baik untuk Afnan. Dia adalah anak koruptor dan pembunuh. Papanya saja dipenjara seumur hidup karena kedua kasus itu dan mamanya sekarang mendekam di rumah sakit jiwa setelah kejadian penangkapan itu,"
"Papa tau semua itu darimana?,"
"Papa tau semuanya, Ma. Sebelum Afnan membawa seorang wanita masuk kedalam keluarga besar Atmaja. Maka Papa harus tau asal usul dari keluarga wanita itu,"
"Lalu, sekarang apakah Papa yakin pernikahan Irene dan juga Afnan akan bertahan lama. Sementara, Mama yakin sekali kalau suatu saat Nathalia akan kembali dan jika Afnan sampai saat itu belum bisa mencintai Irene maka pernikahan Afnan dan juga Irene akan terancam hancur,"
"Papa tidak akan pernah membiarkan semua itu terjadi, Ma. Papa yang akan jadi orang pertama menyingkirkan wanita itu saat dia kembali datang kedalam kehidupan Afnan,"
****
Di dalam kamar, Irene dan Shindy sedang saling teleponan. Irene mencurahkan semua kekesalannya pada Shindy saat tau Afnan masih berhubungan dengan kekasihnya yaitu Nathalia.
"Shin, Lu tau gak kalau ternyata Afnan itu masih berhubungan sama kekasihnya. Gila sih itu orang, udah nikah juga,"
"Lah kok Lo jadi marah sih, Ren. Kan bagus kalau Afnan masih berhubungan dengan kekasihnya. Jadi kalian bisa segera berpisah. Itukan yang Lo mau,"
"Iya juga sih, tapikan- ,"
"Tapikan apa? Jangan bilang Lo udah mulai suka sama Afnan ya,"
"Ih ogah banget gue suka sama pria mesum menyebalkan seperti dia itu,"
"Terus kenapa coba Lo marah kalau Afnan itu masih berhubungan sama kekasihnya itu,"
"Ya gue kan merasa gak dihargai aja jadi seorang istri. Iya kalau memang kekasihnya itu gak tau kami berdua sudah menikah gak apa - apa. Tapi kalau misalkan kekasihnya itu tau kami berdua sudah menikah tapi tetap kekeh mau berhubungan sama Afnan kan gue sebagai istrinya merasa harga diri gue jatuh, sejatuh - jatuhnya. Ya kali pewaris tunggal tahta perusahaan Brata Group di selingkuhi sama suaminya sendiri. Mau taruh dimana muka gue, Shin,"
"Ren, gue peringatan sama Lo ya. Hati - hati dengan yang namanya terbiasa karena disaat Lo sudah terbiasa selalu bersama dengan Afnan. Maka disaat itulah, perasaan yang tidak akan pernah Lo duga bakalan muncul,"
"Ih apaan sih Lo, Shin. Pokoknya gue gak akan pernah suka sama dia ya. Udah ah gak usah bahas soal Afnan lagi,"
"Terus sekarang kita harus bahas tentang apa?,"
"Eh Lo udah dapat kabar dari Ivanna gak sih? Soalnya berulang kali gue hubungi nomornya tapi gak ada diangkat sama sekali. Bahkan dia juga gak datang ke acara pernikahan gue sama Afnan kemarin,"
"Belum sih, aku juga sampai saat ini gak tau kayakmana kabarnya sahabat kita satu itu. Aku tanya ke Mamanya katanya dia udah gak tinggal disitu lagi,"
"Apa?! Gak tinggal disitu lagi. Jadi maksud Lo dia kabur gitu dari rumah,"
"Lebih tepatnya sih kayaknya diusir sih bukan kabur soalnya pas gue tanya soal Ivanna, mamanya kayak yang ngamuk - ngamuk gitu loh,"
"Astaga, sih Ivanna habis ngelakuin kesalahan sebesar apa sih kok sampai mamanya ngamuk gitu,"
"Ya gak tau, eh udah malam nih Ren. Gue mau tidur duluan ya, byeee,"
"Oke, bye,"
Shindy dan Irene pun mengakhiri pembicaraan mereka berdua.
"Sih Ivanna sekarang gimana ya kabarnya? Jadi kasihan sama dia kalau sampai dia beneran diusir sama Mamanya sendiri. Terus sekarang dia tinggal dimana ya? Jadi kepikiran. Mana bisa aku tidur tenang malam ini kalau kepikiran sama keadaan sahabatku terus,"
*****
Jakarta, Pukul 12:00.
Minimarket.
Ivanna terlihat berjalan ke arah kasir sambil membawa sekotak susu.
"Ini saja, Bu,"
"Iya itu saja, berapa semuanya mbak,"
"Semuanya 85.000, Bu,"
Ivanna melihat ke dalam dompetnya yang hanya tersisa selembar uang 50 ribu rupiah. Ivanna pun mulai berfikir kalau dia menggunakan uang itu maka dia tidak akan makan malam ini.
"Mbak, maaf ya uang saya tidak cukup. Jadi saya tidak jadi membeli susu itu,"
"Udah tau gak punya uang, tapi masuk ke supermarket,"
"Mbak, biar saya yang bayar," ( Salman tiba - tiba saja datang untuk membantu Ivanna )
"Salman?! Kamu ngapain kesini?,"
"Aku sudah mengikutimu sejak tadi. Jadi biarkan aku membantumu. Ini Mbak, uangnya,"
"Jangan, Mbak. Jangan diterima saya tidak jadi beli susu itu,"
Ivanna yang tidak ingin dibantu oleh Salman pun berjalan pergi begitu saja hingga keluar dari pintu minimarket.
"Mbak, ini uangnya 80.000 kan. Berikan susu itu pada saya,"
"Baik, Ini Mas,"
"Inikan susu ibu hamil?!," - Batin Salman sembari menatap sekotak susu yang ia pegang.
"Terimakasih ya, Mbak,"
"Iya sama - sama, Mas,"
Salman berlari keluar minimarket untuk mengejar Ivanna dan memberikan sekotak susu itu padanya.
"Sepertinya mereka berdua suami istri. Tapi kok kayak gak akur ya. Apa ada masalah dalam rumah tangga? Ah, bodoamat lah. Ngapain juga gue pikirin masalah rumah tangga orang lain," Ucap kasir minimarket itu.
****
"Ivanna, tunggu,"
"Kamu ngapain sih, Man. Kamu ngapain terus - terusan ngikutin aku. Aku kan kemarin malam sudah bilang sama kamu. Cari wanita lain, jangan kamu terus berharap sama aku. Aku ini sudah bukan lagi Ivanna yang dulu. Aku udah gak sempurna Salman,"
"Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu? Terus untuk apa kamu beli susu ini? Bukannya susu ini hanya untuk ibu hamil saja. Apa jangan - jangan kamu sedang hamil? Kamu sudah menikah tanpa memberitahukan semuanya padaku,"
Ivanna berjalan mendekat ke arah Salman dengan mata yang berkaca - kaca.
"Kamu mau suatu kejujuran kan. Iya, aku memang hamil. Tapi aku hamil tanpa seorang suami. Seorang laki - laki bajingan telah menodai diriku. Aku diusir dan aku gak tau sekarang laki - laki itu dimana,"
"Kamu tidur dengan pria lain sampai kamu hamil,"
"Bukan tidur bersama tapi aku ditiduri tanpa kemauan dari diri aku sendiri. Aku diperkosa, Man. Tapi gak ada satupun orang yang mau percaya sama ucapanku kalau aku ini memang diperkosa,"
"Siapa yang melakukan semua ini padamu, Van? Jawab aku Ivanna,"
"Imran! Imran Ananda Syahputra. Dia pelakunya,"
"Kenapa aku kayak gak asing ya dengan nama itu?,"
"Dia adalah kekasihnya Shindy. Dia manager keuangan di perusahaan Gradien Company. Tapi aku sekarang gak tau harus cari dia kemana karena aku takut, Man. Aku gak berani buka suara tanpa ada yang bisa menjamin keselamatanku dan juga anak yang sedang aku kandung ini,"
"Van, aku akan bantu kamu untuk membalas semua kejahatan Imran,"
"Caranya?,"
Salman tiba - tiba saja terpikirkan sebuah ide gila agar ia bis membantu Ivanna membalas kejahatan Imran - seorang pria tidak bertanggung jawab yang telah menghamili dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments