Di dalam Villa, Irene langsung masuk ke dalam salah satu kamar dan mengunci pintunya. Afnan yang kesal karena Irene telah melukai mobilnya pun langsung mengejar Irene. Tetapi, Afnan tidak bisa masuk ke dalam kamar itu karena Irene telah menguncinya.
Tok..Tok..Tok..
"Irene, buka,"
"Enggak,"
"Buka, Irene. Lu tau kan kalau kamar di Villa ini cuma satu dan Villa ini memang di desain sejak lama sama kedua orangtua kita hanya agar kita bisa cepat memberikan mereka cucu. Lalu, kalau Lu ngunciin gue di luar sini. Gue harus tidur dimana,"
"Bodoamat, gak peduli gue. Tidur aja Lu di sofa. Memangnya gue pikirin,"
"Awas Lu ya, gue kerjain Lu,"
Afnan pun pergi begitu saja dari depan pintu kamar. Irene yang mengira Afnan sudah menyerah untuk mengejarnya pun memutuskan untuk pergi mandi. Lalu beristirahat. Tetapi ternyata saat Irene baru saja selesai mandi dan masih menggunakan handuk kimononya tiba - tiba saja listrik di Villa mati. Hal itu membuat Irene sangat ketakutan karena ia yang memang sejak kecil takut dengan tempat - tempat yang gelap.
"Aaahhh," Teriak Irene.
"Afnan, Afnan, Lu jangan jahil ya,"
Ceklek..
Irene membuka pintu kamarnya dan melihat keadaan diluar kamar yang sangat gelap tanpa ada satupun pencahayaan diluar sana.
"Afnan, Lu dimana sih? Gue takut nih. Afnan, jangan bercanda dong, gue takut beneran nih,"
"Afnaaan,"
"Ih pria mesum nyebelin itu kemana sih? Awas aja ya kalau ketemu nanti bakalan gue hajar dia,"
"Ih mana gelap lagi, diluar kali ya dia. Gue cari dia aja deh. Ngeri juga kalau sendirian di Villa begini takut ada yang ngesot - ngesot kan gak lucu juga,"
Irene pun memutuskan untuk mencari Afnan keluar Villa. Tetapi sialnya ia saat mencari Afnan, dirinya terjatuh ke sebuah jalanan turunan dan membuat kakinya terkilir.
"Awhhh, hiks..hiks..hiks, sakiiit. Pria mesum nyebelin Lu dimana sih? Tolongin gue,"
Hiks...hiks..hiks..
"Afnaaannn,"
Ketika Irene sedang menangis karena rasa sakit di kakinya dan juga ketakutan yang ia rasakan, Afnan pun datang untuk menolongnya.
"Irene, Lu ngapain coba disini?,"
"Gue itu nyariin Lu, Bego. Lu kemana aja sih? Gara - gara nyariin Lu, kaki gue jadi terkilir,"
"Lah ngapain Lu nyariin gue. Gue itu tadi keluar sebentar buat nyari sinyal soalnya gue lagi pengen nelepon seseorang. Eh pas balik, Lu udah gak ada di Villa,"
"Tadi di Villa itu mati listrik. Gue takut, makanya gue nyariin Lu,"
"Astaga cuma mati listrik doang aja takut,"
"Gue dari kecil itu memang takut sama tempat gelap, takut ada setan,"
"Lah lu kan anak setan. Masa takut sama teman sejenisnya,"
"Ih, dasar pria mesum nyebelin. Udah cepetan tolongin gue. Sakit tau kaki gue,"
"Sebelah mana, yang ini,"
"Awh, awh, awh, sakit tau bego,"
"Ya maaf, sengaja gue,"
"Ih," Irene menjambak rambut Afnan.
"Aduh, aduh, Kok dijambak sih,"
"Biarin, suruh siapa nyebelin. Udah cepetan tolongin gue,"
"Iya iya, udah sini biar gue gendong,"
"Ih, mau ngapain Lu gendong - gendong gue. Mau mesum ya,"
"Lah katanya kakinya sakit, kalau gak gue gendong, gimana lu mau balik ke Villa anak setan,"
"Oh iya juga ya, yaudah cepetan gendong gue,"
"Ya sabarlah, Lu kira badan Lu gak berat apa,"
"Lu kira badan gue kayak kingkong apa berat,"
"Lah itu tau, Lu kan mamaknya kingkong,"
"Ih nyebelin, dasar pria mesum,"
"Lu harus ingat pria mesum ini adalah suami Lu sekarang. Udah diam jangan banyak bacot, gue mau fokus kumpulin tenaga buat gendong Lu nih,"
Afnan pun dengan perlahan menggendong tubuh Irene. Tetapi tiba - tiba saja beberapa warga kampung datang dan mengejutkan mereka berdua.
"Heh, pada lagi ngapain tuh," Teriak salah satu warga kampung.
"Hah, Aahhhhh," Afnan dan Irene terjatuh karena terkejut dengan kedatangan para warga kampung. Alhasil, mereka berdua pun ditahan oleh para warga karena diduga melakukan perbuatan asusila di dalam semak - semak.
Mereka berdua di seret paksa menuju ke rumah tetua desa yang ada disana. Irene dan Afnan sudah berulang kali menjelaskan bahwa mereka berdua telah menikah. Tetapi tetap saja para warga tidak percaya dengan semua perkataan mereka dikarenakan para warga menganggap kalau memang benar Afnan dan Irene sudah menikah, mereka berdua tidak akan mungkin melakukan perbuatan asusila di dalam semak - semak.
"Pak, kami berdua itu sudah menikah," - Afnan.
"Enggak percaya, mana buktinya kalau kalian berdua sudah menikah,"
"Iya, lagipula mana mungkin pasangan suami istri melakukan perbuatan zina di dekat semak - semak,"
"Iya benar itu kata Pak Dadang,"
"Ih kalian semua ini harus percaya sama saya dan juga pria mesum itu," - Irene.
"Tuh, kamu dengar sendiri kata pacar kamu itu. Pacar kamu saja sudah mengakui bahwa kamu adalah seorang pria mesum,"
"Ireneeee, bisa gak sih untuk saat ini aja kamu gak usah sebut aku dengan sebutan pria mesum," - Afnan.
"Ya sorry, Afnan. Gue keceplosan," - Irene.
"Pak, saya mohon lepasin kami berdua. Kami berdua bisa buktikan kok kalau kami berdua itu sudah menikah. Kami akan kasih bukti buku nikah kami," - Afnan.
"Iya betul itu kata suami tercinta saya ini, Pak. Kami akan kasih bukti buku nikah kami berdua," - Irene.
"Oke kalau kayak gitu mana buku nikah kalian berdua,"
"Dimana buku nikah kita, Nan," - Irene.
"Ya gak tau, di Villa kali," - Afnan.
"Hah, iya bapak - bapak. Kami harus kembali ke Villa dulu untuk ambil buku nikah. Jadi bisa tolong lepasin kami dulu," - Irene.
"Tidak bisa,"
"Lah terus bagaimana kami bisa membuktikan semuanya pada bapak - bapak," - Irene.
"Iya itu benar kata istri saya, Pak," - Afnan.
"Yasudah kalau begitu biar kami semua saja yang mengantarkan kalian berdua sampai ke Villa dan kami semua akan tetap mengawasi kalian berdua untuk mencegah kalian berdua untuk kabur. Setuju?,"
"Gak percayaan amat sih sama kami berdua. Dikira muka kita kelihatan seperti muka buronan apa," - Irene.
"Setuju tidak?,"
"Oke kami berdua setuju," - Afnan.
"Baiklah semuanya antarkan mereka berdua ke Villa - tempat dimana mereka tinggal. Kita perlu bukti buku nikah mereka,"
"Baik, Pak,"
****
*Irene POV*
Hah, akibat kejadian malam itu. Aku dan Afnan jadi harus di seret - seret warga. Mereka semua mengira kami berdua telah berbuat zina di dalam semak - semak. Padahal, itu semua tidak benar.
Jika kami mau berbuat seperti itu, kenapa gak kami lakukan saja di Villa? Kenapa harus di semak - semak? Lagipula kami berdua kan sudah menikah dan sah dimata hukum, negara, dan juga agama.
Akhirnya karena tidak punya cara lain untuk membuktikan pada para warga menyebalkan itu bahwa kami sudah menikah, aku dan Afnan pun memutuskan untuk menunjukkan buku nikah kami berdua sebagai bukti.
Tapi disinilah permasalahannya dimulai...
****
Di dalam kamar, Afnan dan Irene terlihat sedang berdebat tentang buku nikah mereka yang tertinggal di rumah Afnan.
"Sekarang kita harus bagaimana cobalah, buku nikah kita itu tertinggal di rumah kamu, Afnaaaan,"
"Ya mana aku tau kalau ternyata kita berdua kesini itu tanpa membawa buku nikah,"
"Terus sekarang gimana caranya kita harus membuktikan pada para warga itu dan membuat mereka pergi dari ruang tamu Villa kita soalnya aku sudah pusing sekali dengan tuduhan gak masuk akal mereka semua itu,"
"Kakimu sudah baikan?,"
"Hah, kamu masih bisa membicarakan hal lain selain masalah buku nikah kita yang tertinggal, Afnaaaan,"
"Ya mau bagaimana soalnya tadi kamu kesakitan sekarang bisa berdiri dengan baik kembali,"
"Kakiku masih sakit. Tapi bagiku ini bukan waktunya aku untuk bermanja - manja karena kakiku yang terkilir ini,"
"Oh oke,"
"Hah?! Kamu masih bisa dengan gampangnya bilang oh oke. Wah memang beneran gak waras nih anak,"
"Kamu terlalu panik tau gak, sekarang cepat hubungi kedua orangtua kita. Lalu, suruh mereka segera kesini untuk membawakan buku nikah kita berdua dan menjelaskan semuanya pada para warga itu,"
"Wah, kagum gue sama cari berfikir lu malam ini. Baru kali ini gue melihat jiwa kepemimpinan lu sebagai seorang kepala rumah tangga,"
"Udah gak usah lebay, cepetan telpon,"
"Iya ya, bawel amat sih,"
Irene pun mengeluarkan handphone dari saku celananya dan ia benar - benar panik saat mengetahui baterai handphone miliknya sudah habis.
"Yah, lowbat. Gimana ini Afnan?,"
"Memang gak bisa diandalkan ya Lu sebagai istri, cuma taunya nyusahin aja. Coba aja tadi Lu duduk diam di rumah gak usah nyariin gue, pasti kita gak bakalan kayak gini sekarang,"
"Lu kok bentak - bentak gue sih. Iya gue tau gue salah, maaf. Tapi gak usah bentak - bentak juga kali, gue itu orangnya gak bisa dibentak - bentak,"
Afnan menghela nafasnya," iya maaf. Udah gak usah cengeng gitu ah. Malu tau udah nikah masih aja cengeng,"
Afnan berjalan pergi menuju ke sebuah pintu kaca yang terhubung dengan balkon.
"Lu mau kemana?,"
"Mau cari sinyal, siapa tau ada sinyal disini,"
Afnan berusaha untuk mencari sinyal handphone miliknya. Dan nasib baik masih berpihak pada mereka malam itu, walaupun tidak banyak setidaknya sinyal yang Afnan dapatkan cukup untuk menelepon kedua orangtua mereka masing - masing untuk segera datang ke Villa dan membawa buku nikah mereka.
"Yes, dapat,"
"Hah, dapat. Lu dapat sinyalnya,"
"Iya, walaupun gak banyak. Tapi aku rasa ini bisa buat nelepon bokap dan nyokap kita,"
"Yaudah cepat, ayo buruan telepon,"
"Iya ya, sabar dong,"
Afnan mulai mencoba menelepon ke nomor papanya dan terhubung. Afnan berdoa agar papanya bisa segera mengangkat panggilan telepon darinya dan akhirnya, Papanya pun mengangkat panggilan telepon itu.
"Halo, ada apa Afnan?,"
"Pa, Papa sama Mama segera kesini ya,"
"Untuk apa?,"
"Terjadi masalah disini, Pa. Aku sama Irene dituduh berbuat yang macam - macam sama warga sekitar disini. Padahal kan kami sudah menikah. Terus pas kami mau membuktikan semuanya, buku nikah kami tertinggal di rumah,"
"Astaga, Afnan. Kami ini ceroboh sekali sih. Yasudah Papa dan Mama akan segera kesana,"
"Iya, Baik Pa. Terimakasih banyak ya, Pa,"
"Iya, kamu tunggu ya,"
"Siap, Pa,"
Panggilan telepon antara Afnan dan Anwar pun berakhir.
"Gimana?,"
"Papa akan segera datang kesini,"
"Yes, akhirnya," Irene yang senang tanpa sadar langsung memeluk Afnan.
"Ehem...Ehemm..Eheemm..," Afnan pura - pura terbatuk - batuk agar Irene sadar bahwa ia sedang memeluk dirinya. Dan saat Irene sadar bahwa ia tengah memeluk Afnan, Irene pun langsung melepaskan pelukannya itu.
"Maaf, khilaf gue,"
"Ingat perjanjian kita kalau kita gak boleh saling menyentuh sampai 3 bulan kedepan. Setelah 3 bulan, aku akan meninggalkan dirimu dan pergi ke luar negeri untuk mencari Nathalia - kekasihku,"
"Iya ya, gue tau kok. Gue juga gak suka sama Lu. Jadi gak usah kepedean deh. Pelukan yang tadi itu adalah pelukan yang tidak disengaja,"
*****
*Irene POV*
Kalau gue boleh cerita nih sama kalian semua. Malam itu setelah memeluk Afnan tanpa disengaja, gue jadi terus kepikiran tentang dia. Yah gak tau kenapa pelukan itu membuat gue terasa sangat nyaman.
Nyaman banget malah, tapi apakah boleh gue mencintai seorang laki - laki yang hatinya hanya untuk kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments