Afnan mengejar Nathalia sampai ke luar perusahaan. Beberapa karyawan yang punya rasa penasaran yang cukup besar pun mulai berkumpul melihat perdebatan antara Afnan dan Nathalia. Mereka semua mulai berbisik - bisik membicarakan tentang hubungan cinta segitiga antara Afnan, Nathalia, dan juga Irene.
"Nat, aku mohon dengerin penjelasan aku dulu,"
"Apa? Apa lagi yang perlu kamu jelasin sama aku. Enggak ada lagi perlu kamu jelasin lagi Afnan. Semuanya sudah jelas. Kamu udah lupain aku, kamu lupain semua janji kita, sekarang kamu sudah ada yang lain kan yaudah biarkan aku pergi,"
"Tapi aku gak punya hubungan apapun sama dia, aku gak cinta sama dia. Aku cuma cinta sama kamu. Aku hanya ingin menikah denganmu,"
"Kalau kamu memang cinta sama aku, mungkin saat aku mengalami kecelakaan itu kamu ada di sampingku. Kamu menemaniku, kamu bersamaku, dan kamu menjaga diriku di sepanjang malam,"
Irene yang tadinya penasaran dengan kelanjutan dari perdebatan antara Afnan dan Nathalia merasa tiba - tiba sesak saat ia mengetahui bahwa Afnan memeluk Nathalia dengan cukup erat. Salman tiba - tiba saja datang dan menyentuh pundak Irene. Hal itu membuat Irene terkejut dan berbalik menatap Salman.
"Kak Salman,"
"Aku tau kamu sakit hati dengan sikap Afnan. Tapi harap maklum kalau Afnan belum bisa menerima kamu sebagai istrinya dan masih mencintai Nathalia - kekasihnya,"
"Darimana Kak Salman tau kalau aku sudah menikah dengan Afnan?,"
"Apa yang aku gak tau tentang apa yang terjadi di dalam keluarga Atmaja,"
"Tapi aku benar - benar tidak apa - apa jika Afnan masih mencintai kekasihnya karena hingga saat ini aku juga masih mencintai orang lain. Aku masih punya banyak pekerjaan di dalam, aku permisi dulu ya Kak,"
Irene pun menahan rasa sesak di dadanya dan masuk kembali ke dalam perusahaan. Salman hanya menatap tajam ke arah Afnan yang masih terus memeluk Nathalia dengan pelukan yang sangat erat.
*****
Anwar terlihat sedang duduk di kursi kerjanya sambil membaca sebuah dokumen penting. Disaat itulah, Handphone miliknya berbunyi seperti ada notifikasi pesan yang dikirimkan oleh seseorang padanya. Ekspresi wajah Anwar yang awalnya tenang menjadi berubah marah hanya dalam sekejap mata saat ia membuka notifikasi pesan tersebut. Tidak tau apa yang Anwar lihat atau baca, tetapi dirinya menjadi sangat marah hingga menggenggam handphonenya dengan genggaman yang sangat kuat.
"Aku harus singkirkan perempuan benalu itu dari kehidupan Afnan selamanya,"
******
Shindy berjalan di cafe perusahaan sambil memainkan handphonenya. Dan tanpa sengaja dirinya menabrak Ivanna. Nampan makanan yang Ivanna pegang pun terjatuh.
"Maaf, maaf, saya tidak sengaja," Shindy menatap sekilas ke arah Ivanna.
Shindy terkejut melihat Ivanna yang sekarang menjadi karyawan di perusahaan Gradien Company ," Ivanna, kamu bekerja disini,"
"Shindy, kamu ada disini,"
"Aku kesini untuk menemui Imran,"
"Sayaaaang," Imran tiba - tiba saja datang dan langsung memeluk Shindy.
Ivanna menatap tajam ke arah Imran. Imran yang baru saja menyadari kehadiran Ivanna pun langsung melepaskan pelukannya dari tubuh Shindy.
"Aku permisi dulu ya, Shin. Masih banyak kerjaan,"
Ivanna pun pergi begitu saja meninggalkan Shindy dan juga Imran.
"Ivanna kenapa ya sayang, dia seperti menghindariku. Apa aku punya salah padanya ya tapi apa,"
"Mungkin dia lagi ada masalah kali sayang. Jadi gak mau diganggu, biarkan saja dia,"
"Iya deh sayang, tapi aku mau tanya sama kamu. Kamu habis darimana aja sih, aku teleponin juga dari tadi gak diangkat - angkat,"
"Astaga oh ya sayang, handphone aku ketinggalan kayaknya di ruang kerjaku. Kamu cari tempat duduk sekalian pesan makanan untuk aku seperti biasanya ya. Aku mau ke ruang kerjaku dulu, mau ambil handphone takutnya nanti ada telepon penting yang masuk,"
"Iya sayang, yaudah sana kamu cepetan ambil handphone kamu,"
*****
Ivanna berjalan di lorong koridor perusahaan sambil terus memikirkan tentang Imran dan juga Shindy hingga tiba - tiba Imran datang dan menarik tangan Ivanna.
"Imran?! Kamu mau apa?,"
"Aku mau kamu pergi dari perusahaan ini. Untuk apa sih kamu ada disini. Kamu ingin menghancurkan hidupku,"
"Kalau iya, memangnya kenapa?,"
"Aku kan sudah suruh kamu untuk gugurin kandungan kamu,"
"Aku gak mau, Imran. Aku mau anak ini lahir. Dan aku mau kamu tanggung jawab atas apa yang sudah kamu perbuat sama aku,"
"Apa kamu gak mikirin perasaan Shindy kalau sampai dia tau semua ini, dia akan sangat hancur Ivanna. Memangnya kamu tega menyakiti hati sahabat kamu sendiri,"
"Aku sudah gak peduli lagi soal perasaan Shindy. Kalau kamu memang sayang sama Shindy seharusnya kamu itu bisa mikir pakai otak kamu sebelum kamu buat aku mabuk terus melecehkan aku. Aku sudah hancur Imran, sekarang giliran kamu yang juga harus hancur, aku muak dengan semuanya, aku muak melihat kamu bahagia sementara aku hidup dalam penderitaan. Jika kamu beranggapan aku adalah Ivanna yang bodoh yang bisa kamu bohongi dan kamu ancam seperti dulu, itu artinya kamu salah besar Imran. Aku jauh lebih kuat daripada kamu saat ini. Jadi tunggu sajalah kehancuranmu,"
Setelah mengancam Imran, Ivanna pun berjalan pergi meninggalkan Imran. Ivanna sudah tidak bisa lagi membendung rasa amarah di hatinya. Apa yang Imran lakukan padanya sudah sungguh sangat keterlaluan dan sudah waktunya untuk dirinya membalaskan dendam tanpa memandang sahabat ataupun keluarga.
*****
Rumah Keluarga Besar Brata.
Lalita berjalan menghampiri Rayyan yang sedang menatap sebuah lukisan seorang wanita muda yang terpajang rapi di dinding sebuah ruangan di dalam rumah itu.
"Pa," Panggil Lalita dengan nada suara sangat lembut.
"Ternyata Mama yang datang, Papa kira siapa? Mama ngapain kesini?,"
"Seharusnya Mama yang tanya, Papa ngapain ada disini? Papa merindukan Amanda ya,"
"Sampai saat ini, Kita belum juga bisa menemukan dimana keberadaan Amanda. Anak kita itu sudah hilang dari sejak kecil. Bahkan lukisan ini juga dibuat dengan hanya sebuah perkiraan saja,"
"Pa, Mama yakin sekali kalau Amanda itu sebenarnya masih hidup. Hanya saja tuhan belum mengizinkan kita untuk bertemu dengannya. Kita gak boleh menyerah ya Pa, untuk bisa menemukan anak kita Amanda,"
"Iya, Ma. Kalau dipikir - pikir saat ini pasti Amanda itu usianya tidak beda jauh dengan Irene ya, Ma,"
"Iya, Pa. Dia pasti sudah sangat dewasa sekarang atau jangan - jangan dia saat ini juga sudah menikah seperti Irene,"
"Kalau saat ini dia sudah menikah seperti Irene, Papa harap pernikahannya bahagia,"
"Iya, Pa. Mama harap juga seperti itu. Kita doakan saja yang terbaik untuk anak kita yang saat ini kita tidak tau dia ada dimana,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments