Salman berjalan di lorong koridor sebuah apartemen mewah sembari menenteng dua tas belanjaan di tangannya. Ia berjalan masuk ke dalam sebuah pintu lift. Lalu, menekan tombol yang ada di dalam lift itu. Sesampainya di lantai 24, pintu lift terbuka secara otomatis dan Salman pun langsung berjalan keluar dengan santai dari lift itu.
Salman terus berjalan sampai langkah kakinya berhenti tepat di depan sebuah pintu kamar apartemen. Salman menaruhkan tas belanjaan yang ia bawa ke lantai dan setelah itu, ia menggunakan jari telunjuknya untuk memencet bel yang ada di depan pintu kamar apartemen itu.
Tak selang beberapa lama, pintu kamar apartemen itu pun terbuka dan ternyata yang membuka pintu itu adalah Ivanna.
"Salman?!,"
"Bolehkah aku masuk soalnya tas belanjaan ini sudah cukup berat untuk aku bawa,"
"Boleh, silahkan masuk,"
Salman pun masuk setelah Ivanna mempersilahkannya untuk masuk.
"Silahkan duduk,"
"Terimakasih,"
"Kamu ngapain datang kesini? Gimana kalau ada orang yang tau kalau kamu masih berhubungan sama aku,"
"Ivanna, aku datang kesini untuk memberikan semua barang - barang ini. Aku juga sudah memasukan dokumen lamaran pekerjaan kamu ke perusahaan Gradien Company,"
"Apa?! Gradien Company?,"
"Yes, Perusahaan Gradien Company. Tempat dimana pria bajingan itu bekerja. Dia harus tanggung jawab atas kehamilan kamu,"
"You're Crazy, Man. What if Shindy or Irene finds out about all this,"
"Biarkan saja mereka tau semuanya. Anak yang ada di dalam kandungan kamu harus mendapatkan pengakuan dari Papanya, Van,"
"Aku memang ingin anak ini mendapatkan pengakuan dari ayahnya. Tapi bukan dengan cara menyakiti perasaan sahabatku sendiri, Man,"
"Apakah kamu mau kalau sampai sahabatmu menikah dengan pria bajingan seperti Imran? Apakah kamu mau sahabatmu menikah dengan pria yang menyimpan ribuan kebohongan? Dan apakah kamu mau kalau sahabatmu menjalani pernikahan dengan pria yang ia anggap baik dan juga setia?,"
Ivanna hanya menggelengkan kepalanya saja tanpa menjawab sepatah katapun pertanyaan yang ditujukan padanya.
"Enggak mau kan, makanya mulai detik ini jadilah Ivanna yang kuat. Biarkan Ivanna yang lemah dan tak berdaya itu mati,"
****
Afnan berjalan masuk dengan santai ke dalam kamar. Ia terkejut dan berteriak saat melihat tubuh Irene yang hanya menggunakan pakaian dalam.
"Aaaahhhhhh," Teriak Afnan sembari memejamkan matanya dan berbalik menghadap ke arah pintu.
"Afnaaannn, wah lu benar - benar pria mesum ya,"
"Lu itu wanita Gila, ngapain sih Lu bugil begitu di dalam kamar lagi,"
"Eh muka saringan mie, sembarangan aja ya Lu kalau ngomong bugil, bugil, gue gak bugil kali gue masih pakai pakaian dalam,"
"Sembarangan aja Lu ngatain gue muka saringan mie, bolong - bolong dong muka gue. Lagian Lu ngapa sih pakai baju di dalam kamar kan bisa di dalam kamar mandi kali,"
"Tadinya gue mau kayak gitu. Tapi gue lupa ambil baju gue jadinya ya gue pakai baju aja disini. Gue kira kan lu gak bakalan masuk kesini,"
"Eh, makanya lain kali kalau mau pakai baju di dalam kamar itu, pintu kamarnya dikunci. Masih mending gue yang masuk, suami Lo sendiri. Coba kalau bokap gue atau bokap Lu yang masuk gimana cobalah,"
"Udah deh gak usah bawel, mendingan sekarang Lo jagain aja itu burung perkutut Lo. Jangan sampai tegang, biasa aja terus awas aja Lo kalau sampai ngintip sedikit aja bagian tubuh gue. Gue sambit Lo pakai vas bunga nih,"
"Ih ogah banget gue ngintipin Lo. Badan tepos kayak papan cucian gitu,"
"Heh, dasar suami kurang ajar," Irene melemparkan bantal hingga mengenai kepala Afnan.
"Aduh, Awas Lu ya, Irene,"
"Apa, mau apa Lo. Berani Lo apa - apain gue. Gue bakalan bilang sama bokap dan nyokap Lo kalau Lo mau KDRT gue,"
"Wah, memang beneran sinting nih cewek. Udah belum sih lama amat,"
"Udah,"
Afnan pun berbalik dan sudah berani menatap Irene yang sudah menggunakan pakaian yang lengkap.
"Sekarang bilang sama gue, mau apa Lo tadi kesini?,"
"Santai lah, gue itu kesini cuma mau bilang kalau orangtua kita udah nungguin tuh di meja makan. Cepetan turun, sarapan kita,"
"Yaudah Lu turun aja duluan,"
"Lo sama gue itu harus turun bareng biar dikatain pasangan suami istri yang kelihatan bahagia,"
"Ah, yaudahlah ayo kita turun berdua. Tapi ini karena terpaksa ya bukan karena gue mulai suka sama Lu,"
"Iya ya gue juga tau lah,"
Afnan dan Irene pun keluar dari kamar dengan saling bergandengan dan tersenyum pura - pura bahagia layaknya pasangan pengantin baru yang sedang berbahagia.
****
Irene dan Afnan terus berpura - pura hingga berjalan mendekat ke arah meja makan. Dan duduk di kursi makan saling bersebelahan.
"Wah, lihat anak - anak kita berdua yang sekarang tengah berbahagia," - Lalita
"Iya, Persis kayak kita waktu masih jadi pengantin baru," - Rayyan
"Ehem, Kalian berdua habis keramas ya," - Rania.
Semua mata pun menjadi tertuju pada Irene dan juga Afnan.
"Nan, Lo ngapain sih ikut - ikutan keramas,"
"Heh, gue itu yang mandi duluan jadi ya Lo lah yang ikut - ikutan keramas rambut,"
"Kok gue yang ikut - ikutan sih? Gue aja ya gak tau kalau Lo itu keramas rambut,"
"Ya makanya kalau gue keluar dari kamar mandi tadi itu Lo perhatian rambut gue. Lo tau gak sih kan kita jadi dikira melakukan hal yang tidak di duga - duga semalam,"
"Hey, Hey, kok jadi pada berantem sih," - Rania
"Iya lagipula kalau kalian berdua melakukan hal yang tidak kami semua duga pun juga tidak apa - apa karena kalian kan sudah resmi menikah cuma memang belum ada resepsi saja. Rencananya Papa dan juga Papanya Irene bakalan mengadakan pesta besar - besaran untuk pernikahan kalian berdua," - Anwar.
"Apa?!," Teriak Afnan dan Irene karena terkejut.
"Sudah gak usah kaget begitu, besok kalian berdua sudah boleh kembali ke Jakarta karena rumah baru kalian sudah selesai dibangun dan Papa kamu juga sudah menyiapkan semuanya di rumah itu termasuk perabotan dan juga barang - barang kalian sudah dipindahkan kesana," - Rania.
"Loh bukannya katanya kami harus disini selama 3 bulan,"
"Irene, kamu dan Afnan pernah membuat kesalahpahaman di desa ini. Jadi hingga saat ini ada sebagian dari warga sekitar yang tidak percaya dan mengatakan bahwa buku nikah kalian itu palsu karena sebagai orangtua, kami semua pasti akan menyelamatkan anak kami dari tuduhan yang bisa mencemarkan nama baik keluarga. Jadi kami semua selaku orangtua memutuskan untuk segera memindahkan kalian berdua kembali ke Jakarta dengan rumah kalian yang baru disana. Hanya berdua saja," - Rania.
Afnan dan Irene pun hanya saling bertatapan tajam satu sama lain seakan - akan mereka berdua menunjukkan bahwa mereka berdua sampai kapanpun tidak akan pernah bisa jadi Sepasang suami - istri yang akur dan bahagia.
****
2 hari kemudian...
Sebuah mobil mewah melaju kencang masuk ke dalam halaman sebuah rumah mewah. Ya mobil itu adalah mobil yang dikendarai oleh Afnan. Mobil itu berhenti tepat di depan rumah baru mereka. Afnan dan Irene pun turun dari mobil. Mereka sangat kagum dengan hasil desain rumah dari arsitek ternama Di Indonesia.
"Wow, bagus banget hasilnya,"
"Iya, gue gak nyangka bokap dan nyokap kita berdua memiliki selera desain rumah yang bagus,"
"Ayo masuk, gue penasaran dengan hasil desain interior sesuai dengan selera kedua orangtua kita,"
Afnan pun masuk ke dalam rumah terlebih dahulu baru diikuti dengan Irene yang berjalan di belakangnya.
"Wow, keren sih. Cukup bagus untuk anak muda seperti kita dengan desain interior berwarna netral seperti ini,"
"Afnan,"
"Ada apa?,"
"Kita kan udah gak tinggal di Villa lagi. Dan kamar di rumah juga banyak banget kayaknya. Pokoknya gue gak mau kita tidur bareng walaupun kita udah nikah. Harus tidur di kamar masing - masing, gue mau pilih kamar yang ada di lantai atas aja,"
"Gue juga gak mau tidur sama Lo. Lo kira gue mau gitu tidur berdua sama Lo. Sorry ya Nathalia kekasih gue itu lebih cantik dan seksi daripada Lo,"
"Ih yaudah sana Lo nikahin aja itu sih siapa itu, Oh ya Nathalia itu. Nama aja Nathalia udah kayak Hero mobile legend gitu. Sukanya nyakar ya pasti cewek Lo itu,"
"Memang itu rencana gue. Dan gue 3 bulan lagi baru akan menemui dia untuk melamar dia. Udah deh males gue berdebat sama Lo. Gue mau istirahat. Gue mau kamar yang ada di bawah aja kalau Lo mau kamar yang di atas silahkan sana,"
Afnan pun berjalan pergi meninggalkan Irene yang terlihat kesal dengan ucapan yang dilontarkan Afnan padanya.
"Dasar suami gak ada akhlak, gak ada otak, gak punya hati,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments