Afnan sedang berolahraga di pinggir pantai, Ia tidak bisa berhenti memikirkan kekasih - Nathalia. Ia berhenti sejenak untuk memeriksa handphone miliknya. Ia ingin melihat apakah sudah ada kabar dari Nathalia. Tetapi hingga detik ini, Nathalia belum memberikannya kabar. Hal itu membuat Afnan semakin khawatir dengan keadaan Nathalia.
"Nat, kamu kemana sih sayang? Kenapa kamu tidak bisa untuk dihubungi? Aku harap tidak terjadi apapun denganmu saat ini,"
****
Cafe pinggir Pantai.
Irene sedang bersantai di sebuah cafe pinggir pantai - tempat dimana Afnan sedang berolahraga. Ia menelepon Shindy - sahabatnya sembari melihat indahnya pemandangan pantai dan juga Afnan yang berada di bawah sana.
"Shin, Lo harus bantu gue,"
"Bantu apaan sih, Ren. Lo itu harus bersyukur dapat Afnan sebagai suami Lo. Secara kan dia itu seorang pemilik sekaligus CEO perusahaan Gradien Company,"
"Semua itu memang impianku menjadi istri dari anak konglomerat kaya raya. Tapi bukan dengan cara dijodohkan seperti ini,"
"Terus sekarang Lo itu maunya apa?,"
"Gue mau secepatnya cerai dari Afnan. Gue lebih rela jadi janda daripada harus selamanya terjebak dalam pernikahan palsu ini bersama dengan pria mesum menyebalkan anak dakjal seperti dia,"
"Lo harus ingat Ren, Lo itu menikah dengan Afnan agar bokap Lo itu gak tambah sakit. Terus, kalau Lo cerai dari Afnan. Lo kira bokap Lo gak akan syok. Pernikahan Lo sama Afnan itu belum genap satu minggu Irene,"
"Gue gak peduli, gue udah gak tahan lagi hidup bersama dengan pria gila itu. Gue mohon bantu gue Shindy. Lo datang kesini ya buat bantuin gue biar cepat pisah sama pria mesum menyebalkan itu,"
"Oke, baiklah. Gue bakalan bantuin Lo. Tapi gak sekarang karena gue harus minta izin sama cowok gue dulu untuk bisa kesana,"
"Yah kok gitu sih, Shin,"
"Karena cowok gue itu orangnya posesif, Ren. Jadi mohon untuk bersabar ya. Untuk kali ini, Lo pikirkan aja sendiri caranya supaya Afnan gak betah hidup berdua sama Lo,"
"Gak betah hidup berdua sama gue?,"
Karena ucapan dari Shindy, Irene jadi dapat ide untuk membuat Afnan sendiri yang menceraikan dirinya.
****
Waktunya makan malam pun tiba, malam ini Irene tidak seperti biasanya bersikap baik pada Afnan. Ia membuatkan makan malam untuk mereka makan berdua.
"Suamiku tercinta, makan malam sudah siap. Ini untuk kamu dan ini untuk aku," Ucap Irene sembari meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan Afnan.
"Nasi goreng?!,"
"Iya, kenapa? Kamu gak suka. Yaudah sini biar aku buatkan makanan yang lain saja,"
"Oh tidak, tidak, bukan itu maksudku. Tapi ada sedikit yang aneh sama kamu hari ini. Kamu gak lagi merencanakan sesuatu kan,"
"Hahahaha, Lo itu ya gak baik curigaan Mulu sama istri sendiri. Lagipula ya walaupun pernikahan kita ini terpaksa. Tapi gak ada salahnya kan kita berdua mulai berbaikan dan berteman,"
"Iya juga sih, gue juga males ribut Mulu sama Lu,"
"Yaudah cobain dong nasi goreng buatan gue. Enak loh, gue jamin. Karena gue belajar masaknya dari internet gitu,"
"Kenapa perasaanku gak enak ya sama kebaikan Irene malam ini?," Batin Afnan.
Afnan pun mencoba sesuap nasi goreng buatan Irene. Awalnya sih baik - baik saja, Nasi goreng itu terasa enak. Tetapi setelah beberapa suapan masuk kedalam mulutnya, Afnan baru merasa perutnya terasa sakit.
"Kok perutku tiba - tiba sakit ya," Afnan menatap Irene dengan tatapan curiga. Lalu karena sakit yang tak tertahankan, Afnan pun langsung berlari ke toilet untuk buang air besar.
"Hahahaha...Ya ampun lucu juga ya dia kalau lagi sakit perut seperti itu,"
Saat Irene sedang mengibarkan bendera kemenangan karena ia telah berhasil menjahili Afnan, tiba - tiba saja terdengar suara notifikasi pesan dari handphone Afnan.
Ting...Ting...Ting...
"Pesan dari siapa sih? Berisik banget. Aku kok jadi penasaran ya? Lihat aja deh,"
Irene dengan jiwa keponya yang membara - bara pun langsung mengambil handphone milik Afnan yang belum terkunci sehingga dirinya bisa dengan mudah membuka apapun yang ada di dalam handphone milik Afnan.
"Mari kita buka pesan online dari siapa ini? Nathalia Eliza?! Kayak pernah dengar tapi dimana ya? Oh ini kan kekasihnya sih pria mesum itu,"
****
Nathalia Eliza
Maaf karena aku tidak memberikanmu kabar beberapa hari ini. Aku sedang berada di rumah sakit saat ini. Apakah kamu bisa kesini sekarang untuk menemuiku.
"Perempuan ini sangat tidak tau malu ya. Dia mengirimkan pesan seperti ini pada suamiku. Gimana kalau kita jawab saja sekarang pesannya sekarang seolah - olah Afnan sedang sibuk. Lalu, aku hapus aja pesannya biar Afnan tidak membaca pesan dari wanita gatal ini,"
Afnan Atmaja
Maaf aku sedang sibuk akhir - akhir ini. Jadi aku mungkin tidak akan bisa menemuimu. Semoga cepat sembuh.
"Beres, sekarang tinggal kita hapus saja riwayat pesannya. Tapi tunggu dulu deh, kenapa aku jadi kesal begini ya saat tau pria mesum itu ternyata masih berhubungan dengan kekasihnya. Ah tau deh, bodoamat. Aku gak cemburu kok, aku hanya sedang menjaga harga diriku saja sebagai seorang istri. Iya aku pasti tidak cemburu dan hanya berusaha menjaga harga diriku sebagai seorang istri,"
*****
London, Inggris.
Nathalia terlihat masih terduduk diranjang rumah sakit dengan kepalanya yang dibalut perban dan tangannya yang diinfus.
"Afnan tidak seperti biasanya seperti ini. Dia biasanya selalu memiliki waktu untukku dan dia juga selalu ingin kesini untuk menemuiku. Apakah saat ini posisiku dihati Afnan sudah mulai tergantikan?,"
****
Afnan baru saja keluar dari toilet setelah bolak - balik masuk ke dalam toilet sebanyak 25 kali. Afnan yang sudah sangat lelah pun hanya bisa terduduk di depan pintu toilet sambil memegangi perutnya yang masih terasa sangat sakit. Irene yang kasihan melihat Afnan pun langsung datang menghampirinya sembari membawakan segelas air putih dan obat penawar dari obat sakit perut yang ia taburkan didalam makanan Afnan.
"Nih aku masih berbaik hati padamu. Minumlah obat ini, obat ini adalah obat penawarnya,"
"Enggak, gue gak percaya sama Lo. Jangan - jangan ini adalah racun. Lo sengaja kan mau buat gue mati biar Lo bisa terbebas dari pernikahan palsu ini,"
"Jika aku bisa melakukan semua itu. Maka sejak tadi malam, aku sudah membunuhmu. Minumlah, jangan banyak bicara. Aku memang ingin terbebas dari pernikahan palsu ini. Tapi aku juga tidak mau terjebak dalam jeruji besi,"
"Ini beneran obat penawar kan bukan racun,"
"Udah minum aja, mau sembuh gak? Kalau gak mau yasudah aku bawa lagi,"
"Eittssss, tunggu dulu. Iya ya aku minum, ini berikan padaku,"
"Nih,"
Irene pun memberikan obat penawar sakit perut itu pada Afnan. Dan, Afnan dengan rasa perasaan ragu terpaksa untuk meminumnya karena ia benar - benar merasa tersiksa saat ini. Tetapi ternyata setelah Afnan meminumnya, Obat itu beneran adalah obat penawar. Ia merasa lebih baikan saat ini.
"Sudah baikan?,"
"Ya agak lumayan,"
"Baguslah, udah malam aku mau tidur dulu,"
"Eh, tunggu dulu. Lo tidurlah di kamar biar gue tidur di ruang tamu,"
"Oke, baiklah. Terimakasih,"
****
Jakarta, 22:00.
Salman sedang berada di supermarket dekat dengan Apartemen - tempat ia tinggal.
"Dingin, dingin begini kayaknya enak jika makan mie ramen instan,"
Tangan Salman menyentuh sebungkus mie ramen instan itu bersamaan dengan tangan seorang wanita yang menyentuh sebungkus mie ramen instan itu. Mata Salman melirik ke arah wanita yang berada disampingnya dan betapa terkejutnya, ia saat mendapati mantan kekasihnya - Ivanna berada dihadapannya saat ini.
"Ivanna?!,"
"Ah, bukan. Mungkin kamu salah lihat. Saya permisi,"
"Ivanna, tunggu," Langkah kaki Ivanna tiba - tiba saja terhenti saat Salman berteriak memanggil namanya.
"Aku sangat mengenalmu. Kamu Ivanna, aku tidak mungkin salah mengenali seseorang yang masih aku cintai hingga saat ini,"
Ivanna berbalik dengan kepalanya yang menunduk tidak berani menatap mata Salman.
"Tatap aku, jika kamu memang benar bukan Ivanna,"
Ivanna pun menatap wajah Salman dengan mata yang berkaca - kaca.
****
Salman dan Ivanna pun akhirnya berjalan berkeliling kota sembari bercerita tentang kisah masa lalu mereka berdua. Dan, disaat Salman menanyakan mengapa Ivanna meninggalkan dirinya dulu. Ivanna hanya terdiam karena ia tidak bagaimana harus menjawab pertanyaan itu.
"Kenapa kamu meninggalkanku? Kenapa kamu menghindarku? Jawab aku Ivanna,"
*Ivanna terdiam*
"Kenapa kamu diam? Kamu tau kan kalau aku sangat mencintaimu. Bahkan hingga saat ini aku masih belum bisa melupakanmu,"
"Salman, ada hal yang tidak bisa aku gantikan dengan cinta untukmu. Hal itulah yang memaksaku untuk meninggalkanmu. Aku rela dan ikhlas saat aku harus kehilanganmu demi satu hal berharga itu,"
"Hal yang sangat berharga apa itu? Cepat beritahukan padaku,"
"Maaf, aku tidak bisa Salman. Kamu adalah pria baik. Kamu pasti bisa mencari wanita yang lebih baik dariku. Jadi lupakan aku ya,"
Ivanna pun pergi meninggalkan Salman yang saat ini hanya bisa memendam rasa kecewanya pada keputusan sepihak yang Ivanna pilih. Bahkan, Seorang wanita yang paling ia cintai memintanya untuk melupakan dirinya.
****
Ivanna berjalan meninggalkan Salman sembari menangis tersedu - sedu. Bahkan, ia yang tidak sanggup berjalan lagi memutuskan untuk duduk di kursi taman kota. Ia menangis disana sambil terus mengatakan "Maafkan aku Salman, aku sudah tidak pantas untukmu. Kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih dariku,".
****
*Ivanna POV*
Salman memanglah seorang pria yang aku cintai. Aku menerimanya disaat aku tidak tau bahwa sahabatku - Irene juga menyukai dirimu. Bagiku sahabatku adalah hal berharga yang tidak bisa aku tukarkan dengan apapun. Dan saat ini aku bukanlah wanita yang sempurna. Aku tidak pantas untukmu. Aku harap kau bisa melupakan diriku, Salman.
*Salman POV*
Aku tidak tau apa yang terjadi padamu. Aku juga tidak tau hal berharga apakah yang membuatmu tidak bisa menukarkan hal itu dengan cinta kita berdua. Tapi sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa melupakan dirimu. Kamu akan tetap menjadi cinta pertama dan terakhirku, Ivanna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments