BAB 4#KAGET NIKAH

Irene yang telah berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris dari Afnan pun langsung diberikan ruangan kerja sendiri. Ruangan kerjanya dan juga Afnan hanya dibatasi oleh dinding kaca. Afnan sengaja memberikan ruangan itu untuk Irene agar ia bisa terus mengawasi gerak - gerik Irene dan bisa menyuruh Irene kapan saja untuk datang ke ruangannya.

"Wah ruangannya bagus banget. Gak sia - sia aku ngelamar pekerjaan di perusahaan ini. Walaupun Boss - nya agak nyebelin tapi sudahlah biarkan saja. Anggap saja dia tidak ada dan yang terpenting dengan bekerja disini aku bisa terus dekat dengan kak Salman,"

*****

Ruangan Afnan.

"Lihatlah betapa noraknya wanita itu saat mendapatkan ruangan kerja yang sangat mewah," Ucap Afnan sambil tersenyum kecil.

*****

Rumah Keluarga Bratanio.

Rayyan sedang asik membaca koran sambil menikmati segelas kopi di ruang tamu. Lalita yang masih khawatir dengan keadaan putri kesayangannya itu pun langsung berjalan menghampiri Rayyan dan duduk di sebelahnya. Lalita berniat ingin membujuk Rayyan agar Rayyan mau mencabut hukuman yang ia berikan pada Irene.

"Pa, Mama itu khawatir tau sama keadaannya anak kita - Irene. Papa gak ada niatan gitu buat mencabut hukuman Papa untuk anak kita. Kasihan tau anak kita, Pa. Dia itu kan gak pernah hidup susah,"

"Mama ini terlalu memanjakan dia. Biarkan saja anak kita hidup mandiri. Papa mau tau sampai berlama dia bisa hidup tanpa bantuan dari kita,"

"Tapi, Pa. Apakah kita gak terlalu keras sama Irene? Menurut mama, jika dia tidak mau dijodohkan juga tidak apa - apa, Pa. Lagipula yang namanya cinta kan tidak boleh dipaksakan,"

"Ah, Mama terlalu sayang dengan anak pembangkang itu. Mama dengerin Papa ya, Papa itu juga sayang sama Irene. Dia putri kecil Papa satu - satunya dan Papa mau menjodohkan dia dengan anak dari sahabat Papa agar dia tidak salah memilih laki - laki,"

"Kalau gitu gimana kita bertindak nekad saja, Pa. Biar anak kita langsung setuju dan mau untuk dijodohkan,"

"Caranya gimana, Ma,"

"Mama ada ide tapi Papa harus janji sama Mama kalau ide ini berhasil. Papa harus memperbolehkan Irene kembali ke rumah ini,"

"Oke, jika perjodohan Irene dengan laki - laki pilihan Papa itu berhasil. Maka Papa akan mengizinkan Irene kembali tinggal disini,"

*****

Ruangan kerja Afnan.

Afnan yang masih Boss muda merasa sangat bosan dengan pekerjaan - pekerjaannya.

"Ah, rasanya bosan sekali. Lagian ngapain sih Papa menyuruhku untuk menggantikan dirinya bekerja seperti ini. Pekerjaan yang hanya duduk diam dan menunggu seseorang mengantarkan dokumen untuk aku tandatangani,"

Saat melihat Irene yang sibuk dengan pekerjaannya, Afnan menjadi memiliki ide jahil untuk mengerjai Irene.

"Apa aku kerjain dia aja ya, kayaknya bakalan seru juga nih kalau ngerjain sekretaris baru,"

Afnan menelepon Irene dengan menggunakan telepon kantor yang ada di dalam ruangannya.

****

Triiiing....Triiing...Triiing ( Suara telepon kantor yang ada di ruangan Irene pun berbunyi )

Irene dengan sigap langsung mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Iya halo, ini dengan saya Irene Bratarini - Sekretaris baru dari Pak Afnan. Apakah ada yang bisa saya bantu?,"

"Formal sekali sih kamu berbicaranya,"

"Pak Afnan?!,"

"Kenapa kamu terkejut seperti itu? Saya butuh bantuanmu. Jadi cepatlah datang ke ruangan saya,"

"Sekarang, Pak,"

"Enggak tahun depan kamu baru datang kesini,"

"Oh tahun depan, masa lama kok Pak. Jadi bapak gak usah telepon saya sekarang,"

"Sekarang, Irene. Cepat kesini,"

"Baik, Pak,"

Irene pun mengakhiri pembicaraannya dengan Afnan dan langsung bergegas pergi menuju ke ruang kerja Afnan sambil menggerutu di dalam hatinya karena sedikit kesal dengan Afnan.

"Padahal ruangan dia denganku hanya berjarak 5 langkah saja. Tapi pakai acara telepon - telepon segala gitu bicaranya kasar lagi. Kenapa sih aku gak jadi sekretarisnya Kak Salman saja,"

****

Ceklek..

Pintu ruangan Afnan pun terbuka. Irene pun masuk ke dalam ruangan itu. Tidak lupa ia juga menutupnya kembali. Irene berjalan perlahan menghampiri Afnan yang terlihat berpura - pura fokus dengan pekerjaannya.

"Maaf Pak Afnan, apakah ada yang bisa saya bantu?,"

"Iya, saya ingin kamu membuatkan segelas kopi untuk saya soalnya saya tadi malam begadang jadi agak mengantuk dan itu semua membuat saya tidak semangat untuk bekerja,"

"Sekarang, Pak,"

"Irene sekali lagi kamu bertanya kapan kamu harus buatkan saya kopi. Saya getok kepala kamu nanti pakai Hp mahal saya ini,"

"Ih sombong banget nih Boss. Dia gak tau aja kalau gue juga punya Hp kayak gitu cuma memang lagi disita aja sama Papa. Jadinya harus beli Hp baru yang lebih murah deh. Secara gue kan dulu pernah juga ngerasain jadi anak tunggal kaya raya sebelum jadi anak sebatang kara yang harus bekerja untuk menghidupi kebutuhan sehari - hari," - Batin Irene.

Klik...Klik...Klik..

Afnan menjentikkan jarinya untuk menyadarkan Irene dari lamunannya.

"Hey, Lu ngapa jadi melamun. Cepetan sana buatin gue segelas kopi,"

"Ba-Baik Pak Afnan. Saya akan segera membuatkan segelas kopi untuk bapak,"

"Gitu dong dari tadi kenapa kamu cepat gitu nangkap kata - kata saya,"

"Iya, Pak. Maaf,"

"Yaudah sana cepetan pergi. Saya udah ngantuk banget nih,"

"Iya, Baik Pak,"

Irene pun dengan sangat tergesa - gesa langsung keluar meninggalkan ruang kerja Afnan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!