BAB 18#KAGET NIKAH

Rumah Afnan & Irene.

Pukul 20:00.

Irene yang terlihat masih kesal dengan Afnan soal kejadian di kantor tadi pun berusaha untuk tetap menutupi perasaannya dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan santai mendahului Afnan. Afnan yang merasa aneh dengan sikap Irene pun langsung mengejarnya dan menghentikannya untuk terus berjalan masuk ke dalam rumah menghindari dirinya.

"Ren, Lo kenapa sih? Kok kayak ngehindarin gue gitu dari tadi,"

"Gue gak kenapa - kenapa, gue juga gak lagi ngehindarin Lo kok,"

"Terus kenapa Lo gak kayak biasanya,"

"Memangnya biasanya gue kayakmana. Gue selalu bersikap kayak gini,"

"Lo cemburu ngeliat gue sama Nathalia tadi,"

"Idih, siapa yang cemburu? Lo mau sama siapa aja juga gue gak peduli. Udah ah gue capek, gue mau ke kamar dulu,"

Irene pun pergi meninggalkan Afnan begitu saja.

"Sebenarnya tuh cewek kenapa sih? Lagi haid kali ya makanya jadi sensitif banget hari ini,"

****

Kamar Irene.

Irene masuk ke dalam kamarnya. Ia melampiaskan kekesalannya itu dengan melemparkan tas dan sepatu yang ia pakai ke sembarang tempat. Lalu, dirinya pun membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Perasaan apa sih sebenarnya ini? Gue kan nikah sama Afnan karena dipaksa. Ya kali gue tiba - tiba jadi suka sama dia. Kalau gue suka sama dia, terus perasaan gue sama Salman itu namanya apa dong,"

"Aaaaahhhhh, tau ah pusing gue mendingan tidur,"

****

Apartemen Ivanna.

Ting...Ting...Ting...

Terdengar suara sendok dan gelas yang sedang beradu. Salman membuatkan segelas susu hangat untuk Ivanna. Setelah selesai, ia pun langsung berjalan menghampiri Ivanna sembari membawa segelas susu hangat yang telah ia buat tadi.

"Kamu gak pulang? Udah malam loh,"

"Memangnya aku tidak boleh menginap disini,"

"Boleh saja sih, tapi tidak baik kalau dilihat orang kamu menginap disini. Kita kan bukan suami istri,"

"Baiklah, yaudah nih diminum dulu susunya biar bayi yang ada di kandungan kamu sehat,"

"Terimakasih, Man. Kamu selalu baik seperti biasanya,"

"Van, bolehkah aku berbicara sesuatu padamu,"

"Silahkan saja, Man. Tidak akan ada yang melarangmu untuk berbicara denganku disini,"

"Maukah kamu menikah denganku?,"

"Kamu sedang bercanda ya, Man,"

"Tidak, aku tidak sedang bercanda. Aku serius dengan perkataanku ini,"

"Tapi kamu tau kan Man kalau aku ini sedang mengandung anak Imran. Aku gak bisa biarkan kamu bertanggung jawab atas apa yang tidak kamu lakukan. Anak ini bukan anak kamu, Man,"

"Tapi aku siap menjadi ayahnya. Aku siap menjaga kamu dan juga anak yang ada di dalam kandungan kamu itu,"

"Sebegitu cintanya kamu sama aku sampai kamu mau melakukan ini semua,"

"Iya, aku sangat cinta sama kamu. Aku gak bisa kehilangan kamu untuk kedua kalinya,"

"Maaf, Man. Aku sangat lelah hari ini. Sebaiknya kamu pulang saja. Ini sudah sangat malam, mari kita bicarakan ini lagi besok saja saat di perusahaan,"

Ivanna beranjak dari sofa - tempat ia duduk dan langsung berjalan masuk menuju ke dalam kamarnya. Salman hanya terdiam dan tidak bisa berkata apa - apa lagi saat ia tau bahwa Ivanna sudah menolak tawarannya secara halus.

*****

Di sebuah restoran, Imran dan Shindy sedang menikmati makan malam bersama layaknya semua pasangan. Dan, disinilah ketegangan terjadi saat Shindy mendapatkan notifikasi pesan dari nomor yang tidak kenal dan bahkan tidak ada di dalam kontak teleponnya.

"Siapa sayang?,"

"Enggak tau, nomornya sangat asing,"

Shindy membuka pesan dari nomor yang tak dikenal itu. Kebahagiaan Shindy seketika hilang saat ia melihat beberapa foto dan video dari Imran dan juga Ivanna. Imran yang menyadari perubahan ekspresi wajah Shindy pun menjadi bertanya - tanya tentang apa yang terjadi pada Shindy.

"Kamu kenapa sayang?,"

"Gak apa - apa kok, aku sepertinya tiba - tiba kurang enak badan. Kita pulang aja yuk,"

"Oh gitu, yaudah ayo kita pulang sekarang biar kamu bisa segera istirahat,"

Imran pun langsung mengantarkan Shindy pulang ke rumah.

*****

Pagi hari pun tiba, Irene berjalan keluar rumah terlebih dahulu. Afnan yang merasa ada yang berbeda dengan Irene pagi itu pun langsung mempercepat langkah kakinya dan menarik tangan Irene.

"Tunggu, Ren. Lo kenapa sih? Kok kayak lagi ngehindarin gue gitu,"

"Enggak, perasaan Lo aja kali. Gue cuma lagi gak mood aja hari ini. Jadi tolong jangan ganggu gue,"

"Gue ini suami Lo ya Ren, gimana bisa gue gak ganggu istri gue sendiri,"

"Istri?! Sejak kapan Lo anggap gue sebagai istri Lo. Kita ini cuma suami istri di atas kertas,"

"Oke, kalau gitu gue gak bakalan ganggu Lo hari ini. Tapi Lo harus tetap berangkat ke kantor sama gue,"

"Enggak perlu, gue lagi pengen nyetir mobil sendiri. Terimakasih atas tawarannya. Gue pergi duluan ya, Lo hati - hati dijalan. Kita akan ketemu di perusahaan nanti,"

Irene pun pergi meninggalkan Afnan yang masih bingung dengan sikap dingin Irene padanya.

"Sebenarnya Irene kenapa sih? Dia kok jadi dingin gitu biasanya dia kan cewek yang bawel dan cerewet banget,"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!