Arc 1, Kita : Artia

Berjalan kembali menuju kelas dengan tangan kanan berbalut sapu tangan,  begitu hening, hingga disetiap langkahku terdengar begitu jelas. Sejauh lorong yang kupandang tak terlihat satu orangpun.

Menghela nafas,

Haaahhhhh, jadi telat masuk, apalagi jamnya pak Haza si guru killer, mampus dh gua.....

Satu persatu kelas terlewati melihat setiap orang belajar begitu keras, mungkin para guru dan orang tua akan bangga dan senang akan pemandangan ini namun terlihat berbeda dimataku. Kita bekerja keras bukan karena kemauan kita, tapi karena hanya ini yang bisa kita lakukan, kita bukanlah keturunan keluarga bangsawan, Status, Masa depan, Peluang, Kesuksesan dan kebahagiaan semua itu telah telah direnggut habis oleh para keluarga

bangsawan, kita sebagai rakyat jelata hanya bisa berjuang sekuat tenaga untuk mengambil sisa-sisa dari mereka. Kesenjangan ini memaksa kami untuk bersaing dengan sesama rakyat jelata demi berebut peluang yang begitu kecil itu.

Kita bukanlah bangsawan, jika kita lengah posisi kita akan tergeser, Selagi kita tertidur diluar sana ada orang yang merelakan tidurnya untuk melewati kita, selagi ada waktu gunakan untuk menggapai ranking tertinggi, selagi ada kesempatan gunakan untuk mencapai penghargaan sebanyak mungkin, dengan mengorbankan dan menjadikan kerja keras orang lain sebagai batu loncatan menuju posisi lebih tinggi hal itu sudah biasa.

Tak peduli seberapa banyak perhargaan yang kau raih atau seberapa tinggi ranking yang kau raih jika kau melakukan satu kesalahan saja posisimu bisa langsung terbalik. Begitulah dunia yang sedang kutinggali ini.

Kita melakukan semua ini bukan karena kita menyukainya, tapi kita tak diberi kesempatan untuk mencari pilihan

lain.

Namun apa yang bisa kulakukan? Aku hanyalah anak biasa, Aku tak punya apapun, kekuatan? Kecerdasan? Kesempatan? Kehadiranku di kerajaan Celestia ini bagaikan sebuah kerikil kecil di pinggir jalan, ada atau tidaknya

diriku sama sekali tak membawa perubahan, sebuah kerikil kecil takkan bisa merubah arah laju jalanan yang begitu besar tak peduli seberapa besar ku membecinya dan menolaknya akan pada akhirnya aku hanya bisa melihatnya. Rakyat jelata pada akhirnya hanyalah rakyat jelata, sudah di  takdirkan hidup dibawah bayang-bayang bangsawan.

Ku buka pintu kelas dan menghadap ke arah Pak Haza yang sudah menatapku dengan tajam akan keterlambatanku 15 menit.

Pak Haza memberikan tugas ke seisi kelas kecuali diriku yang berdiri menghadapnya,

Kalo  dia ngomel tinggal gua dengerin, kalo dia mukul tinggal gua rasain, kalo dia ngasih hukuman  tinggal di lakuin aja, membantah hanya nambah kesalahan doang, seburuk-buruknya kemungkinan g bakal juga bikin nyawa gua melayang.

Hanya dengan pemikiran simple itulah yang membuatku cukup tangguh menghadapi setiap guru disekolah.  Mendengar omelan dan kata-kata pedas dari mereka tak membuatku takut atau menyesal sedikitpun.

Pak Haza :”Gimana masa depanmu kalo perilaku mu gini terus?! nilai terus turun, penghargaan ataupun pencapaian juga g ada, mau jadi apa kau?”

Dion : (Tak peduli seberapa keras dan cerdas juga pasti endingnya cma jadi anjing bangsawan doang, dari awal g ada masa depan indah buat orang kayak kita. )

Pak Haza :”Woy! Kau denger enggk!”

Dion :”Iya, iya, iya, gua denger kok, pak.” Jawabku sambil melirik keluar jendela

Pak Haza :”Dasar murid kurang ajar!” Pak Haza mengangkat kepalan tangannya dan mengayunkannya langsung ke arah wajahku

*Wushhh*

Pukulannya terhenti saat tiba-tiba muncul orang ketiga diantara kami berdua,

Artia :”.......”

Artia berdiri tepat didepanku menghadang pukulan Pak Haza, jika saja Pak Haza telat menghentikan tangannya sedetik saja, Artia mungkin saja sudah terpental kelantai, menerima pukulan dari Pak Haza, sudah bukanlah pengalaman yang baru bagiku dan semua orang juga tau betapa kerasnya Pak Haza dan tentu saja Artia pasti memahaminya juga, Tapi dia tetap berdiri dengan tegar melindungiku.

Pak Haza :”Apa yang kau lakukan, Artia?”

Artia :”Harusnya itu pertanyaanku, Apa yang pak Haza lakukan?”

Pak Haza :”Apa yang kulakukan? Sudah keliatan jelas aku sedang mendidik Dion agar dia tidak menjadi orang tidak berguna saat dia dewasa.”

Artia :”Dari yang kulihat bapak hanya memaksakan kehendak pada Dion dan melakukan kekerasan saat ia tak menjadi seperti yang bapak harapkan. Dion bukanlah boneka, tugas seorang guru adalah membimbing murid menuju jalan yang ingin mereka lalui bukan memaksanya pergi ke jalan yang bapak mau, masa depan baik tidaknya bukan bapak yang memutuskan, Sudah berapa kali bapak melakukan kekerasan terhadap Dion? Dan lihatlah apakah dia sekarang dia menjadi lebih baik? Jika bapak hanya bisa melakukan kekerasan disetiap  hal yang tak bapak suka kenapa bapak menjadi guru? lebih baik bapak berhenti saja.”

*Brak!*

Artia membanting sebuah lembar tugas ke meja pak Haza,

Artia :”Aku sudah selesai,  Tak perlu di check aku yakin semuanya benar. Sebagai Anggota kesehatan aku mau mengantar murid yang ‘terluka’ ke UKS. Aku izin permisi dulu.” Artia meninggalkan kelas dengan memegang pergelangan tanganku saat melewati bangkunya ia menggapai botol minumnya juga.

Di UKS,

Artia membuatku duduk melihatnya membuka lemari obat-obatan. Memandang seorang gadis berambut hitam panjang di terpa angin lembut membuat setiap gerakan dan langkahnya terlihat begitu indah nan anggun, Bulu mata

panjang, bola mata bersinar ungu cerah membuatnya semakin menarik.

Artia :”Ketemu!” Gumamnya lalu berjalan ke arahku dengan membawa sebuah perban, kasa dan povidon iodin setelah menutup lemari obat-obatan.

(Catatan : Povidon iodin adalah obat merah atau betadine, perlu diketahui betadine itu merk dan obat merah sebutan saja, nama aslinya adalah povidon iodin, harap diingat trima kasih.)

Setelah ia duduk di depanku ia menarik tangan kananku dan membuka balutan sapu tanganku yang sudah basah dan berubah warna karena darah. Tanpa ragu ia membersihkan luka ku dengan air dari botol minumannya setelah

sudah bersih ia menutupnya dengan kasa yang sudah di beri tetesan povidon iodin dan membalutnya dengan perban secara perlahan.

Dion :”Kenap- Ugh!” ku buang wajahku saat baru tersadar melihat bentuk dadanya yang  memantul mantul menggoda tepat di depan tanganku,

Artia :”Hayo, lihat kemana tadi.” Artia terus menggulungkan perban ke tanganku dengan tenang sambil menggodaku,,

Dion :”E-Enggk kok!” Jawabku dengan wajah memerah

Artia :”Hmmm..... “ Ia melirikku dengan senyuman kecil

Beberapa saat kemudian Artia akhirnya selesai dan mengembalikkan kembali tangan kananku yang sudah diperban rapi. ku coba menggerakkan beberapa jari jemariku dan rasa sakitnya sudah berkurang dari sebelumnya.

Dion :”Kenapa?” tanya kecilku pada gadis yang menatapku dengan penuh akan rasa kepuasan dan lega itu.

Artia :”Karena kau terluka, sudah sewajarnya aku sebagai anggota kesehatan bertindak dong.”

Dion :”Bukan, maksudnya pas dikelas tadi.”

Artia :”Oh yang itu, g ush mikirin detailnya, pokoknya dengan ini kau berhutang padaku!”

Akupun sadar akan betapa bodohnya pertanyaanku, Sejak SMP Artia adalah sosok yang tak tergantikan bagiku ,kebaikannya saat melindungiku, Kepekaannya saat menolongku, Kejailannya demi menghiburku, sifatnya yang ke

kanak-kanakan membuatku tertawa setiap bersamanya, menghabiskan hari-hari bersamanya dari dulu hingga sekarang tak ada bosannya, hingga tanpa sadar perasaan ini mulai tumbuh.

Dion :*Tersenyum* “Benar juga\, jadi bagaimana aku harus membayar hutangku ini?”

Artia :”Tanggal 25, pas natal, Traktir aku permen kapas, kita ketemuan di tempat biasa jam 8 malam. Deal?”

Dion :*Haaahhh* “Udh gua duga ending-endingnya juga permen kapas.iya\, iya deal.” Jawabku dengan pasrah sambil memegang kotak cincin di dalam saku celanaku.

Dibawah cahaya mentari gadis itu bersenandu dengan bahagia sambil melompat-lompat kecil disetiap langkahnya, melihat tingkahnya membuat seluruh amarahku yang sebelumnya menghilang begitu saja.

Artia :”Janji loh ya!” ia menghilang bersatu dengan silaunya cahaya meninggalkan UKS

Kenapa aku tidak menembaknya waktu itu?

Kenapa aku tidak memberikan cincin ini waktu itu?

Itu adalah penyesalan terbesarku, jika saja aku tau hal ini akan terjadi pasti saat itu juga aku takkan membiarkannya pergi dan menggenggamnya erat, sangat erat sampai aku bisa merasakan kehangatannya dan meyakinkan diriku bahwa semua itu bukanlah mimpi dan dia bukanlah sebuah ilusi.

Terpopuler

Comments

Achi

Achi

🤗🤗 Hay ka author

2022-07-13

2

Putri Handayani

Putri Handayani

semangat 💪💪💪

2022-03-30

0

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

semangat favorit

2022-03-25

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog : Tempatku berpijak
2 Arc 1, Kita : Akhir dari Kita
3 Arc 1, Kita : 2 dari 3
4 Arc 1, Kita : Aku & Sahabat
5 Arc 1, Kita : Aku bukanlah Dia!
6 Arc 1, Kita : Artia
7 Arc 2, Artia : Keseharian bertiga
8 Arc 2, Artia : Menghilang
9 Arc 2, Artia : Untuk apa aku berdiri?
10 Arc 2, Artia : Pengakuan Dion
11 Arc 2, Artia : 3 Menjadi 2
12 Arc 3, Jalan bercabang : Sosok yang di dambakan
13 Arc 3, Jalan bercabang : Harapan terkubur darah
14 Arc 3, Jalan Bercabang : Kemunculan mereka
15 Arc 3, Jalan Bercabang : Janji Vista
16 Arc 4, 3 Of Us : Janjiku dan Janjimu
17 Arc 4, 3 Of Us : Inikah kematian?
18 Arc 4, 3 Of Us : Harapan Egois Tia
19 Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu
20 Pengumuman! baca ini dulu sebelum [Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu]
21 Arc 4, 3 Of Us : Hilangnya Dion dari Dunia part 1
22 HIlangnya Asterit Diona dari Dunia part 2
23 Chapter 1 : Runtuhnya kerajaan Celestia
24 Chapter 2 : Celestia Ren
25 Chapter 3 : Game
26 Chapter 4 : Apa itu manusia?
27 Chapter 5 : Kehampaan sempurna
28 Chapter 6 : Satu Lawan Semua!
29 Chapter 7 : Game termudah yang pernaha ada!
30 [Update] laporan pencapaian kita! [Pengumuman]
31 Chapter 8 Pertemuan yang tidak ditakdirkan
32 Chapter 9 : Sisi lain dari Cinta
33 Chapter 10 : Kerajaan Dimeria
34 Chapter 11 : Hidup Elit bagi penghutang handal
35 Chapter 12 : Andai Tolol Ada Obatnya
36 Chapter 13 : Rapat Darurat pertama Top Class
37 Prolog Dimeria Elsie : Bagian 1
38 Prolog Dimeria Elsie : Bagian 2
39 Chapter 14 : Sekutu
40 Chapter 15 : Ren
41 Chapter 16 : Pertemuan para Pemimpin
42 Chapter 17 : King & Queen
43 Chapter 18 : Apa yang ia lihat
44 Chapter 19 : Visi dan Misi
45 Chapter 20 : Ren & Elsie
46 Chapter 21 : Suara hati Sang Sampah
47 Chapter 22 : Pergerakan Misteltein
48 Chapter 23 : Kebangkitan sang Dewa
49 Chapter 24 : Celestia Aktifia
50 Chapter 25 : Tombak Surgawi
51 Chapter 26 : Final Battle!
52 Chapter 27 : Dion Vs Dion
53 Chapter 28 : Terlemah yang tak Terkalahkan [END]
54 [Ex - Chapter] Story Explanation!
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Tempatku berpijak
2
Arc 1, Kita : Akhir dari Kita
3
Arc 1, Kita : 2 dari 3
4
Arc 1, Kita : Aku & Sahabat
5
Arc 1, Kita : Aku bukanlah Dia!
6
Arc 1, Kita : Artia
7
Arc 2, Artia : Keseharian bertiga
8
Arc 2, Artia : Menghilang
9
Arc 2, Artia : Untuk apa aku berdiri?
10
Arc 2, Artia : Pengakuan Dion
11
Arc 2, Artia : 3 Menjadi 2
12
Arc 3, Jalan bercabang : Sosok yang di dambakan
13
Arc 3, Jalan bercabang : Harapan terkubur darah
14
Arc 3, Jalan Bercabang : Kemunculan mereka
15
Arc 3, Jalan Bercabang : Janji Vista
16
Arc 4, 3 Of Us : Janjiku dan Janjimu
17
Arc 4, 3 Of Us : Inikah kematian?
18
Arc 4, 3 Of Us : Harapan Egois Tia
19
Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu
20
Pengumuman! baca ini dulu sebelum [Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu]
21
Arc 4, 3 Of Us : Hilangnya Dion dari Dunia part 1
22
HIlangnya Asterit Diona dari Dunia part 2
23
Chapter 1 : Runtuhnya kerajaan Celestia
24
Chapter 2 : Celestia Ren
25
Chapter 3 : Game
26
Chapter 4 : Apa itu manusia?
27
Chapter 5 : Kehampaan sempurna
28
Chapter 6 : Satu Lawan Semua!
29
Chapter 7 : Game termudah yang pernaha ada!
30
[Update] laporan pencapaian kita! [Pengumuman]
31
Chapter 8 Pertemuan yang tidak ditakdirkan
32
Chapter 9 : Sisi lain dari Cinta
33
Chapter 10 : Kerajaan Dimeria
34
Chapter 11 : Hidup Elit bagi penghutang handal
35
Chapter 12 : Andai Tolol Ada Obatnya
36
Chapter 13 : Rapat Darurat pertama Top Class
37
Prolog Dimeria Elsie : Bagian 1
38
Prolog Dimeria Elsie : Bagian 2
39
Chapter 14 : Sekutu
40
Chapter 15 : Ren
41
Chapter 16 : Pertemuan para Pemimpin
42
Chapter 17 : King & Queen
43
Chapter 18 : Apa yang ia lihat
44
Chapter 19 : Visi dan Misi
45
Chapter 20 : Ren & Elsie
46
Chapter 21 : Suara hati Sang Sampah
47
Chapter 22 : Pergerakan Misteltein
48
Chapter 23 : Kebangkitan sang Dewa
49
Chapter 24 : Celestia Aktifia
50
Chapter 25 : Tombak Surgawi
51
Chapter 26 : Final Battle!
52
Chapter 27 : Dion Vs Dion
53
Chapter 28 : Terlemah yang tak Terkalahkan [END]
54
[Ex - Chapter] Story Explanation!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!