Mentari telah lama berganti, angin lembut nan hangat sudah berubah menjadi angin yang hanya diisi oleh kedinginan tanpa kehangatan yang tersisa sedikitpun, begitu dingin dan lembab, sama seperti jasad itu. Apa maksud dari takdir ini? Kemanakah ia akan membawa kami? Akhir bahagia? Aku bahkan ragu didunia ini masih memiliki akhir bahagia.
Jika....Jika jasad itu benar-benar bukan Artia, lalu kemana perginya dia?
Pertanyaan itu memberontak ingin keluar dari mulutku yang tak bisa ku gerakkan. Dengan segala yang kupunya ku berjuang begitu keras untuk menerima kepergiannya walau jauh didalam diriku menolaknya begitu keras dan kini aku di berikan kesempatan sekali lagi untuk berharap dan hal itu membuat tubuhku membatu.
Yang mana yang harus ku percaya?
*Bluh!*
Vista meludahkan sesuatu dari mulutnya ke depanku,
Sebuah memori Hp terbungkus dengan plastik kecil bercampur darah.
Vista :”Itu adalah petunjuk terakhir kita tentang Artia.”
Dion :”Dari mana lu dapat-” tanyaku dengan kebingunan namun terhenti saat sudah menyadari jawabannya setelah melihat mulut Vista,
Vista melirik ke arah jasad yang organ perutnya keluar semua,
Vista :”Itu Cuma tebakan gua sih, kalo itu bener-bener dari Artia bisa di simpulkan kalo dia udah nyangka kejadian kayak gini bakal terjadi.” Vista mengusap wajahnya dengan seragamnya dan pakaiannya yang berlumur darah.
Ku ulurkan tangan menggapai memori itu namun tiba-tiba terhenti dan menarik kembali tanganku. Vista sama sekali tak mengomentari pemandangan yang tepat di depan matanya itu, seorang pengecut menyedihkan yang
tak bisa melakukan dan menjawab segala ekspetasi semua orang. Vista mencabut kembali tombak yang menembus tubuh jasad itu hingga tertancap ke tembok dibelakangnya dan keluar kamar, ia melewati ku begitu saja tanpa kata.
Ini adalah petunjuk terakhir kita menemukan Artia,
Tapi mengapa?
Mengapa aku sama sekali tak bisa mengambilnya? Saat hampir mengambilnya seluruh sel dalam tubuhku se akan menolaknya, tak peduli seberapa keras ku mencoba namun tanganku tak bisa menggapainya.
Sial! Vista sudah menemukan alamat Artia, menyadari jasad yang salah kukenali sampai seharian, tak hanya itu ia bahkan menemukan petunjuk seperti ini. Sedangkan aku, apa yang sudah kulakukan? Duduk dan menangis tak berdaya dan tak berguna.
Ku ulurkan tanganku sekali lagi dan terhenti lagi sebelum ku mencapai memori itu, menatap tangan yang tak berhenti gemetaran itu membuatku tertawa kecil.
Dion :”Sudah 10 tahun lebih tapi tak ada yang berubah dariku. Lucu sekali.”
Pada akhirnya sampah hanya akan berakhir menjadi sampah, perjuanganku selama 10 tahun lebih ini, pengorbanan, ketekunan, keyakinan, keinginan dan ambisi, semua itu bagai gula yang larut didalam air panas,
menghilang tak tersisa begitu saja.
Sebenarnya aku menyadarinya, aku bukanlah tak bisa menggapai memori itu, tapi aku tak ingin menggapainya atau lebih tepatnya, Aku takut menggapainya.
Apa yang terjadi jika itu ternyata bukan petunjuk tentang Artia?
Jika seperti itu artinya Dia sudah mati.
Namun bagaimana jika aku tak perlu membukanya?
Walau Cuma sekedar imajinasiku sendir tapi setidaknya dia sudah dipastikan masih hidup.
Disaat keraguan menguasai tubuhku Vista kembali masuk ke kamar dan menyentuh pundakku, ketika ku melihatnya ia memberikan isyarat untuk tak bersuara dengan jari telunjuknya yang berdiri di depan mulutnya.
Huh?!
Vista mengambil memori itu dan menarikku paksa untuk bersembunyi dibawah tempat tidur bersamanya.
Dion :”Ada ap-“ bisikku dan di hentikan oleh tangan Vista yang gemetaran bersama wajah pucatnya,
Sebelum pertanyaan baru tercipta tiba-tiba jawaban itu muncul dengan sendirinya.
*Tap*
*Tap*
*Tap*
Terdengar suara langkah kaki yang berjalan lurus ke arah sini. Semakin lama suara itu terdengar semakin keras dan jelas hingga akhirnya sampai didepan pintu. Dari lubang yang cukup untuk kita lalui berdua kita hanya melihat kedua kaki besarnya, dari ukuran kakinya sudah jelas dia bukanlah anak-anak atau remaja namun orang dewasa.
*Krek......krek,krek,Krek*
Orang itu mencoba memutar gagang pintu dan menyadari kalau dikunci,
Ku keluarkan nafas lega,
Itu adalah pintu yang sangat kuat, bahkan dengan kapak saja sangat susah untuk melubanginya. Dengan ini setidaknya kita punya waktu unt-
*BRUAK!*
Hampir ku berteriak karena kaget dan lagi-lagi dihentikan oleh Vista, ia menutup dan menggenggam erat mulutku, wajahnya memucat dan semakin terlihat ketakutan,tak hanya Vista ku lihat diriku sendiri juga di selimuti rasa takut setelah melihat orang itu menghancurkan pintu itu dengan satu kakinya,
Setelah pintu itu menghilang kamar ini di penuhi oleh kabut debu dimana-mana, tak bisa kulihat apapun hanya sebuah bayangan samar-samar dan suara langkah kaki yang bertambah banyak. Sebelum kabut itu menghilang terlihat bayangan kaki yang begitu banyak.
1....
4.....
5.....
6.......
Terlihat 6 pasang kaki di tambah 1 pasang milik orang yang pertama, mereka semua berjaga disetiap sudut kamar membuat jalan kepada orang itu.
*Tap*
*Tap*
*Tap*
Orang itu berjalan lurus ke arah kami berdua dan berhenti.
*Cit...Cit...*
Sebuah tikus di sampingku terkejut saat melihat kami berdua dan langsung berlari ketakukan keluar dari bawah ranjang.
Semua terjadi begitu cepat, aku bahkan tak mengedipkan mataku dan masih tak mengetahui apa yang terjadi....
Tepat setelah tikus itu keluar dari bawah tempat tidur dan sebuah cahaya secepat kilat lewat begitu saja seperti gemuruh petir hanya kilatan cahaya namun tak bersuara di waktu itulah ku menemukan kepala tikus itu terpisah dari tubuhnya.
Sesaat melihatnya membuatku semakin ketakutan, jantungku berdetak kencang, tubuhku tak bisa berhenti gemetar, mataku tak bisa berkedip sedikitpun, keringat terus bercucuran tiada henti, nafasku tak beraturan dan
tak bisa kukendalikan lagi.
Tenang!
Tenang!
Atur nafasmu!
Jika aku ketahuan nasibku akan sama seperti tikus itu!
Tenang!
Ku pegang tangan Vista yang menutup mulutku mencoba untuk menenangkannya dan mengatur jalur nafasku agar tak mengeluarkan suara.
??? :”Tugas yang membosankan, jauh-jauh hanya disuruh melihat mayat saja.” Suara pria yang begitu dingin, Setelah mendengarnya bicara dengan normal tanpa jeda dan nada yang begitu stabil membuat ku semakin yakin,
Mereka bukanlah orang biasa.... mana ada orang biasa yang bisa tetap tenang melihat mayat seperti itu?........ aku pun melihat mayat itu untuk kedua kalinya masih merasa mual dari dalam diriku, dan untuk bisa tetap tenang melihatnya hanya ada satu jawabannya,
........ mereka pasti sudah terbiasa melihatnya.
*Jleb*
Terdengar suara pedang yang menusuk mayat itu dengan keras, diwaktu yang sama tangan Vista bereaksi, mungkin ia kaget, ku pegang erat tangannya untuk menenagkannya sekali lagi untuk mencegahnya mengeluarkan suara sampai mereka semua pergi.
Pria yang berjaga :”A-Apa yang Tuan lakukan?!” Salah satu orang yang berjaga di samping pria itu terkejut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
hadir dr li xiao feng
2022-03-29
1
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
tegang loh aku thor 😅😅
2022-03-25
1
Win
deg deg gan thor, ngeriii
2022-03-24
1