Arc 2, Artia : Untuk apa aku berdiri?

Manusia itu, semuanya diperbudak oleh sesuatu.

Harta,

Ambisi,

Dendam,

Tahta,

Dan juga,

Cinta....

Kita adalah makhluk yang lemah, kita hidup hanya menjadi budak dari idealisme kita sendiri. Dengan adanya Idealisme itu manusia tak ragu untuk berbohong, mengorbankan hingga membunuh hanya untuk kepuasan individu.

Namun ironinya dengan adanya idealisme itu manusia merasa hidup, mengenal apa itu bahagia, kepuasan serta hasrat. Tak ada seorangpun didunia ini yang bisa lepas dari ikatan rantai idealisme mereka sendiri.

Lantas dengan apa aku terikat? Harta? Ambisi? Dendam? Tahta? Atau Cinta? Pada awalnya aku sangat yakin kalau hidupku tertuju pada satu orang, dia yang membuatku memiliki tujuan, dia yang membuatku tersenyum, dia

yang membuat jantungku berdetak dengan kencang setiap melihat ataupun memikirkannya.

Iya benar.....

ini adalah Cinta, aku takkan menyangkalnya.

Dion :”AKU MENCINTAINYA! AKU, ASTERIT DIONA MENCINTAI ARTIA! JIKA MENYANGKUT ORANG YANG KU CINTA MAKA SUDAH JELAS AKU AKAN MELINDUNGINYA!” Teriak kerasku di hadapannya dan juga seisi kelas, sambil menghadang pintu keluar,

Kupikir aku di perbudak oleh cinta, namun apa-apaan ini?

Tanpa kusadari aku sudah mengepalkan kedua tanganku, mata tak berkedip sedikitpun menatap pria sebaya didepanku dengan tatapan tajam. Bukan tatapan yang seharusnya seperti orang yang pertama kali bertemu.

Ingin,

Ingin sekali,

Ingin sekali ku hantam wajah mulus itu dengan tanganku, terus, terus, terus sampai hancur,

Jauh di dalam diriku berisik,

‘Bunuh!.’

Saat  aku tersadar pria itu sudah tersungkur di bawahku, menggeliat kesakitan memegangi wajahnya sambil menjerit kesakitan, aku hanya kebingungan dengan apa yang terjadi sampai ku lihat tangan kananku yang sudah berlumuran darah pria itu, perban bersih yang sudah ditata dengan rapi dan bersih oleh Artia kini telah berubah menjadi merah dan kotor.

Ku terdiam dalam teriakan pria yang menahan rasa sakit itu dan mulai mengerti

Oh, jadi ini yang namanya Dendam......

Tubuhku terasa ringan, perasaanku begitu bahagia, tak bisa kututupi senyuman lebar yang terlukis di wajahku.

Dion :”RASAKAN ITU! DASAR BANGSAWAN!”

Ku injak-injak tubuhnya yang terbaring di lantai dengan raut wajah menyeramkan hingga tak ada seorangpun yang berani menghentikanku, aku bahkan lupa kalau seisi kelas sedang melihatku. Namun semua orang langsung tercengang, saat kakiku di hentikan oleh pria itu.

Kupikir semua itu hanya dongeng......

Kupikir semua itu hanya kebohongan belaka agar kita tak menentang para bangsawan....

Mereka menjadi bangsawan bukan karena mereka dibedakan dari rakyat biasa namun karena memang mereka

benar-benar berbeda, bukan dengan rakyat biasa bahkan setelah melihat hal ini

aku masih bertanya-tanya......

Apakah dia benar-benar manusia?

Apakah kita benar-benar dari spesies yang sama?

Mereka menjadi bangsawan karena mereka memang berbeda dari kita,yang hanya manusia biasa.

Sekujur tubuhnya bersinar menyala seperti layaknya sinar mentari,

Pria bangsawan :”Seekor budak takkan pernah bisa mengalahkan kami para bangsawan. Seharusnya kau sudah tau itu, atau otak kecilmu tak mengetahui posisimu saat ini?” Ia kembali berdiri tegak dan menatapku dengan tajam, semua luka di tubuhnya menghilang tak ada bekasnya sedikitpun,gigi-giginya pun utuh kembali bahkan pakaiannya yang ternodai oleh bekas darahnya semuanya hilang bersama cahaya itu.

Tubuhku terhenti tak bisa kugerakkan tak peduli seberapa keras kumencoba aku tak bisa menggerakkannya bahkan satu jaripun tak bisa, kulirik kebawah, kaki pria itu bersinar dan menginjak kakiku menggunakan kakinya yang bersinar itu.

Wajah pria itu perlahan mulai mendekat, semakin dekat wajahnya semakin besar hasratku ingin menghajarnya lagi tanpa mempedulikan kekuatannya.

*GRAP!*

Ia menggenggam wajahku dengan tangannya kanannya, perlahan demi perlahan tangannya mulai bersinar semakin terang dan terang, tak ada rasa panas ataupun dingin, aku tak merasakan apapun, terlalu fokus mewaspadainya tanpa kusadari aku sudah tak bisa lagi berfikir ataupun bernafas.

???? :”Tuan Theodor, sudah waktunya.”

Tiba-tiba muncul seorang pelayan pria paruh baya di samping bangsawan itu yang seharusnya tak ada siapa-siapa sejak tadi, padahal aku sudah menghadang pintu tempat satu-satunya keluar masuk ke dalam kelas ini.

Theodor :”Tck...”

Bangsawan itu melepaskan tangannya dan ketika ia menarik kembali kakinya tubuhku sudah bisa kembali kugerakkan.  Tanpa melakukan apapun seluruh energiku serasa terkuras habis dan membuatku berlutut di lantai dengan nafas terengah-engah dan berkeringat cukup banyak hingga menetes ke lantai.

Theodor :”Nampaknya kau cukup beruntung, dasar budak rendahan.”

Dion :”J-JANGAN LARI KAU, DASAR BANGSAWAN BUSUK!”

Saat ku angkat wajahku kedua orang itu sudah menghilang dari hadapanku dan seisi kelas.

Datang masuk ke kelas dengan tiba-tiba tanpa sepatah katapun dan tak menganggap kehadiran kita sama sekali, Membalikkan meja dan kursi kami dengan kakinya tanpa alasan apapun yang keluar dari mulutnya, dilihat dari

manapun dia adalah orang sebaya dengan kita semua yang membedakan hanyalah lencana bangsawan di dadanya saja. Dari yang ku dengar dari gumamam kecilnya ia sedang mencari Artia, tanpa aku tau apa tujuannya mencari Artia tapi aku bisa merasakan,

Kalau Artia bertemu orang ini, pasti akan terjadi hal yang ttidak bagus.

Namun kenapa dia mencari Artia?

Apa hubungan dia dengan Artia?

Kenapa dia terlihat begitu buru-buru?

Dan yang paling penting, walaupun dia bangsawan kenapa ia segitunya ketika mencari rakyat biasa seperti Artia?

Semakin banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku membuatku semakin menyadarinya.

Aku sama sekali tak mengetahui apapun tentang Artia, walaupun kita sudah bersama sejak SMP,

Dimana rumahnya?

Siapa orang tuanya?

Dan kalau di pikir-pikir aku juga tidak tau marga keluarganya atau nama lengkapnya apa....

Namun yang jelas Artia bukanlah bangsawan, karena ia tidak memiliki lencana itu....

Kesampingkan semua itu, dia pasti takkan datang dengan alasan baik, aku tidak boleh membiarkan mereka bertemu.

Dengan alibi kecil melindungi Artia itu lagi-lagi ku bohongi diriku sendiri sekali lagi, dan membuatku terlindungi dari rasa bersalah ataupun keraguan akan kebencianku terhadap bangsawan yang amat mendalam.

Dan semua itu berakhir dengan aku yang berlutut di lantai kehabisan nafas.

Sial!.......

Berkubang dalam kekecewaan serta emosi yang meluap-luap ku pukul lantai berkali-kali melepaskan stres, sampai ada satu orang yang menghentikan ayunan tanganku yang berlumur darah dan membekas dilantai.

Dion :”Lepaskan, Vista..” ancamku dengan emosi,

Vista :”Gua tau apa yang udah para bangsawan lakuin ke lu, gua juga g punya hak ngehakimi lu, tapi.....”

*BRUAK!*

Aku terhempas dan menghantam pintu karena tendangan keras Vista yang mengarah ke pipiku secara langsung.

Vista :”NGAPAIN LU MASIH  DIEM DISINI?!”

Untuk Sesaat kutatap wajah Vista yang terlihat begitu marah itu dan membuatku ingat kembali...

TIA?!

Dengan bergegas ku bangkit dengan energi yang begitu tipis hingga kedua kakiku gemetaran menopang tubuhku dan berlari keluar kelas,

Dion :”TIA!!”

Suara teriakanku bergema di sepanjang lorong, sekolah telah usai oleh karena itu banyak murid yang berada di lorong tak menyisahkan tempat untuk suaraku, suara kerumunan menghadang panggilanku, namun walau begitu aku tak berhenti memanggilnya hingga semua mata tertuju padaku, seorang pria yang berlari dengan sempoyongan meneriakkan nama seorang gadis tiada henti membuat mereka berhenti bicara.

Dion :”TIA! TIA! TIAAA!!!”

Pandanganku mulai kabur, perlahan kumulai tak merasakan lagi beban tubuhku, rasanya seperti aku bisa kehilangan kesadaranku kapan saja dan setiap hal itu hampir terjadi kugigit dengan kuat bibirku hingga berdarah, hanya rasa sakit yang bisa membuatku tetap sadar dan jika ini bisa membuatku menemukan Artia maka ini adalah harga yang cukup murah.

Ku terjan gerombolan murid yang memenuhi lorong itu, melawan arus dan memotongnya begitu saja dengan kesadaran yang sudah diambang batas. Lari, lari, lari, ku terus berlari dan meneriakkan namanya sambil terus

menggigit bibir ketika hampir pingsan karena terlalu sering ku gigit hingga aku bisa merasakan darah masuk ke dalam mulutku dan meminumnya.

Tanpa memikirkan apapun selain Artia kuterus maju dan tiba-tiba sebuah bayang-bayang terlihat kabur menghentikan langkahku,

Menatap kedalam ruangan yang biasa dipakai untuk praktek memasak dari jendela dan melihat seorang gadis dengan wajah yang belepotan oleh coklat, tiba-tiba terlukis sebuah senyuman diwajahku. Ia terlihat begitu serius

mengaduk adonan di depannya. Melihat wajahnya membuatku kembali lega, ku buka perlahan pintu itu dan mendekatinya, cukup pelan dan berhati-hati sampai ia tak menyadari kehadiranku yang sudah duduk manis menatapnya sambil senyum-senyum sendiri.

Wajah itu, senyuman itu, sangat layak untuk dilindungi....

Momen damai seperti inilah yang ku harapkan.....

Semoga kita bisa terus bersama seperti ini dan selamanya, Tia....

Jauh dari lubuk hatiku yang terdalam.........

.......Aku mencintaimu.

Terpopuler

Comments

Tulusdewi Asola

Tulusdewi Asola

Aku sudah mampir membaca, ceritanya bagus walau pakai sedikit mikir. maaf ya aku gak boomlike balik karena aku benar-benar baca satu-satu episode. Dalam kepalaku ini ide cerita datang dari mana ???
Semangat, bakalan aku baca sampai episode akhir 🤗

2022-07-05

0

Bennu

Bennu

salam dari 🔥dendamku terbalas cinta❤️

udah mampir dan membooommlike karya mu tor. 😉👍 semangat 💪😉👍

2022-03-29

1

Zahmaa

Zahmaa

harta, tahta, wanita🙃

2022-03-13

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog : Tempatku berpijak
2 Arc 1, Kita : Akhir dari Kita
3 Arc 1, Kita : 2 dari 3
4 Arc 1, Kita : Aku & Sahabat
5 Arc 1, Kita : Aku bukanlah Dia!
6 Arc 1, Kita : Artia
7 Arc 2, Artia : Keseharian bertiga
8 Arc 2, Artia : Menghilang
9 Arc 2, Artia : Untuk apa aku berdiri?
10 Arc 2, Artia : Pengakuan Dion
11 Arc 2, Artia : 3 Menjadi 2
12 Arc 3, Jalan bercabang : Sosok yang di dambakan
13 Arc 3, Jalan bercabang : Harapan terkubur darah
14 Arc 3, Jalan Bercabang : Kemunculan mereka
15 Arc 3, Jalan Bercabang : Janji Vista
16 Arc 4, 3 Of Us : Janjiku dan Janjimu
17 Arc 4, 3 Of Us : Inikah kematian?
18 Arc 4, 3 Of Us : Harapan Egois Tia
19 Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu
20 Pengumuman! baca ini dulu sebelum [Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu]
21 Arc 4, 3 Of Us : Hilangnya Dion dari Dunia part 1
22 HIlangnya Asterit Diona dari Dunia part 2
23 Chapter 1 : Runtuhnya kerajaan Celestia
24 Chapter 2 : Celestia Ren
25 Chapter 3 : Game
26 Chapter 4 : Apa itu manusia?
27 Chapter 5 : Kehampaan sempurna
28 Chapter 6 : Satu Lawan Semua!
29 Chapter 7 : Game termudah yang pernaha ada!
30 [Update] laporan pencapaian kita! [Pengumuman]
31 Chapter 8 Pertemuan yang tidak ditakdirkan
32 Chapter 9 : Sisi lain dari Cinta
33 Chapter 10 : Kerajaan Dimeria
34 Chapter 11 : Hidup Elit bagi penghutang handal
35 Chapter 12 : Andai Tolol Ada Obatnya
36 Chapter 13 : Rapat Darurat pertama Top Class
37 Prolog Dimeria Elsie : Bagian 1
38 Prolog Dimeria Elsie : Bagian 2
39 Chapter 14 : Sekutu
40 Chapter 15 : Ren
41 Chapter 16 : Pertemuan para Pemimpin
42 Chapter 17 : King & Queen
43 Chapter 18 : Apa yang ia lihat
44 Chapter 19 : Visi dan Misi
45 Chapter 20 : Ren & Elsie
46 Chapter 21 : Suara hati Sang Sampah
47 Chapter 22 : Pergerakan Misteltein
48 Chapter 23 : Kebangkitan sang Dewa
49 Chapter 24 : Celestia Aktifia
50 Chapter 25 : Tombak Surgawi
51 Chapter 26 : Final Battle!
52 Chapter 27 : Dion Vs Dion
53 Chapter 28 : Terlemah yang tak Terkalahkan [END]
54 [Ex - Chapter] Story Explanation!
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Tempatku berpijak
2
Arc 1, Kita : Akhir dari Kita
3
Arc 1, Kita : 2 dari 3
4
Arc 1, Kita : Aku & Sahabat
5
Arc 1, Kita : Aku bukanlah Dia!
6
Arc 1, Kita : Artia
7
Arc 2, Artia : Keseharian bertiga
8
Arc 2, Artia : Menghilang
9
Arc 2, Artia : Untuk apa aku berdiri?
10
Arc 2, Artia : Pengakuan Dion
11
Arc 2, Artia : 3 Menjadi 2
12
Arc 3, Jalan bercabang : Sosok yang di dambakan
13
Arc 3, Jalan bercabang : Harapan terkubur darah
14
Arc 3, Jalan Bercabang : Kemunculan mereka
15
Arc 3, Jalan Bercabang : Janji Vista
16
Arc 4, 3 Of Us : Janjiku dan Janjimu
17
Arc 4, 3 Of Us : Inikah kematian?
18
Arc 4, 3 Of Us : Harapan Egois Tia
19
Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu
20
Pengumuman! baca ini dulu sebelum [Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu]
21
Arc 4, 3 Of Us : Hilangnya Dion dari Dunia part 1
22
HIlangnya Asterit Diona dari Dunia part 2
23
Chapter 1 : Runtuhnya kerajaan Celestia
24
Chapter 2 : Celestia Ren
25
Chapter 3 : Game
26
Chapter 4 : Apa itu manusia?
27
Chapter 5 : Kehampaan sempurna
28
Chapter 6 : Satu Lawan Semua!
29
Chapter 7 : Game termudah yang pernaha ada!
30
[Update] laporan pencapaian kita! [Pengumuman]
31
Chapter 8 Pertemuan yang tidak ditakdirkan
32
Chapter 9 : Sisi lain dari Cinta
33
Chapter 10 : Kerajaan Dimeria
34
Chapter 11 : Hidup Elit bagi penghutang handal
35
Chapter 12 : Andai Tolol Ada Obatnya
36
Chapter 13 : Rapat Darurat pertama Top Class
37
Prolog Dimeria Elsie : Bagian 1
38
Prolog Dimeria Elsie : Bagian 2
39
Chapter 14 : Sekutu
40
Chapter 15 : Ren
41
Chapter 16 : Pertemuan para Pemimpin
42
Chapter 17 : King & Queen
43
Chapter 18 : Apa yang ia lihat
44
Chapter 19 : Visi dan Misi
45
Chapter 20 : Ren & Elsie
46
Chapter 21 : Suara hati Sang Sampah
47
Chapter 22 : Pergerakan Misteltein
48
Chapter 23 : Kebangkitan sang Dewa
49
Chapter 24 : Celestia Aktifia
50
Chapter 25 : Tombak Surgawi
51
Chapter 26 : Final Battle!
52
Chapter 27 : Dion Vs Dion
53
Chapter 28 : Terlemah yang tak Terkalahkan [END]
54
[Ex - Chapter] Story Explanation!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!