*Jleb*
Terdengar suara pedang yang menusuk mayat itu dengan keras, diwaktu yang sama tangan Vista bereaksi, mungkin ia kaget, ku pegang erat tangannya untuk menenagkannya sekali lagi untuk mencegahnya mengeluarkan suara sampai mereka semua pergi.
Pria yang berjaga :”A-Apa yang Tuan lakukan?!” Salah satu orang yang berjaga di samping pria itu terkejut
??? :”Apanya? Oh iya, kalian tidak pernah punya pengalaman melawan mayat ya? Dunia ini sudah tidak normal lagi, jika kalian masih menggunakan logika kalian, kalian takkan bisa bertahan hidup di dunia ini. Jangan khawatir aku hanya melakukan pengecekan kecil saja, nampaknya aku terlalu waspada.”
*Sreeetttt*
Suara pedang yang dimasukkan kembali ke sarung pedangnya.
Pria yang berjaga :”Oh.....b-baiklah?” jawabnya kebingungan
??? :”Abaikan saja, atau kau akan bermimpi buruk malam ini, mari kembali sebelum kopiku dingin. Tugas kita sudah selesai.”
Pria itu membalikkan badannya dan berjalan keluar dari kamar dan di ikuti ke enam pengikutnya di belakangnya.
*Tap*
*Tap*
*Tap*
Langkah kaki mereka perlahan mulai tak terdengar lagi, setelah benar-benar sunyi ku beranjak keluar dari persembunyian dan mengintip keluar kamar, setelah memastikan mereka sudah benar-benar pergi aku kembali masuk dan menarik Vista keluar.
Dengan nafas yang terengah-engah Vista bertanya,
Vista :”H-Hey, mana HP lu?”
Ku raba semua kantong dan saku milikku dan tak menemukannya, kututup kedua mataku dan mengingat kembali.
Dion :”Lantai 1! Tepat di bawah ruangan ini, Gua ngambil kapak dan disitu barang-barang gua tertinggal.”
Vista :”Sip, ayok kesana!” Vista menarik tanganku dan membawaku bergegas ke bawah, dengan, ditangan yang sama juga ia sambil membawa pedang yang tadi sempat ia ambil sebelum sembunyi.
Dion :”G usah buru-buru juga lah! Gua udh kehabisan nafas!”
Vista :”Gua juga sama, Tapii lu liat sendiri kan? Orang itu tadi bener-bener ngincar nyawa Artia, gua g yakin jasad itu bisa ngecoh dia cukup lama, oleh karena itu kita mesti harus nemuin Artia sebelum dia.” Jelas Vista tanpa menghentikan ataupun memperlambat laju kakinya walaupun nafasnya tak beraturan juga.
Dion :”Disana! Di kamar itu!” Tunjuk ku ke arah kamar tempat ku mendapatkan kapak
Vista menambahkan kecepatannya dan terpaksa ku ikuti iramanya walaupun sangat berat. Vista melemparkan tangannya dan menyuruhku masuk,
Vista :” Cepat ambil Hp lu gua berjaga disini.”
Tanpa ragu ku turuti perintahnya dan memasuki ruangan gelap gulita itu, berbeda dengan sebelumnya ku datang menggunakan cahaya HP namun kali ini aku datang dengan tangan kosong dan hanya mengandalkan mata telanjang yang perlahan mulai terbiasa dengan kegelapan ini. Namun walau begitu hal ini tak membuatku bisa menemukan Hpku dengan mudah, merayap dan meraba lantai mencoba mencari keberadaan benda itu.
Basah dan lembab, tanpa ku melihatnya aku sudah mengetahuinya apa ini, apa mungkin karena terlalu lama di rumah ini membuatku sedikit terbiasa dengan darah? Tidak, tidak mungkin hal itu terjadi. Ku abaikan darah itu dan melanjutkan pencarian.
*Klak*
Tanganku tak sengaja mendorong sesuatu dan saat ku ikuti arahnya akhirnya kutemukan Hp ku,
Dion :”Sip, ketemu.”
Dengan sigap ku hidupkan Hp itu dan melihat baterainya tersisa 5%, dalam selang waktu yang sedikit itu cahaya dari Hp menyinari salah satu benda yang sedang kucari, sebuah kotak kado di atas ranjang.
Setidaknya aku harus ngasih kado ini ke Artia...
Ku balikkan badan dan hendak memanggil Vista,
Dion :”Hey, Vis-“
Sebelum ku selesaikan panggilanku Vista berlari masuk ke kamar dengan wajah panik. Ia menutup pintu dengan cepat dan menggeser lemari dengan tubuhnya ke arah pintu.
Vista :”Cepat bantu, goblok!”
Dengan kekuatan kita berdua, kita berhasil merobohkan lemari itu dan menghadang pintu, perlahan Vista mundur dan mendorongku ikut mundur dengan kedua matanya yang tak lepas menatap pintu itu.
Dion :”Ada apa, Vis?” Bisik kecilku,
Vista :”Kita terlalu naif.”
Dion :”Hah?”
??? :”Harusnya kalian terus sembunyi di bawah tempat tidur itu sampai pagi, dengan begitu kalian pasti akan selamat. Dasar, anak-anak zaman sekarang sangat nekat sekali.”
*Grak!*
Sebuah pedang menembus pintu dan juga lemari hanya dengan sekali coba, dengan kekuatan seperti itu ia tak membutuhkan banyak waktu untuk masuk kedalam.
Vista :”SIAL!”
Vista membalikkan badannya dan bergerak mendekati sebuah tirai hitam yang menempel di dinding, dengan sekali tebasan amatir pedangnya ia memotong tirai itu dan terlihat sebuah jendela 2 pintu yang terkunci, Tanpa banyak kata Vista memasukkan pedangnya ke tengah-tengah sela jendela itu dan menendang gagang pedang itu dan membuka jendela itu.
Vista :”Cepat Dion!”
Dengan cepat aku langsung melompat keluar lewat jendela dan berbalik mengulurkan tangan,
Dion :”Ayo, Vis.......?”
Sedari tadi aku tak menyadarinya karena terlalu gelap, dan kini saat cahaya bulan mulai menerangi ruangan tempat Vista berada aku melihatnya dan terkejut.
Vista :”Tangkap! (Vista melemparkan memori card itu ke tanganku saat aku terdiam syok.) Gua akan mengulur waktu, Lu kabur aja duluan nanti gua nyusul!”
Dion :”Lu ngomong apaan? Ayo kita cepetan keburu dia masuk!”
Vista :”Jangan goblok! Kalo berdua kita g bakal bisa kabur!”
Dion :”Mengulur waktu? JANGAN NEKAT! MEMANGNYA BISA APA KAU DENGAN SATU TANGAN?!”
Ku lihat seorang pemuda yang sudah kesusahan untuk berdiri itu dengan satu tangan, tubuh berlumuran darah, kehabisan nafas, darah tak berhenti keluar dari bekas lengannya yang putus dan wajahnya yang semakin memucat.
Walau begitu ia masih berusaha menyelamatkanku, sebelum ku lompat masuk kembali ke dalam ruangan itu Vista menutup jendelanya dan menguncinya dari dalam lalu menggeser tirai yang tersisa dan menutupnya.
Vista :”Jika Tia mencariku, katakan padanya aku sudah menepati janjiku.”
Kupukul-pukul kaca jendela itu dengan tangan kosongku mencoba menghancurkannya,
*Bak!*
*Bak!*
*Bak!*
Kuabaikan rasa sakit yang menjalar dari tanganku disetiap pukulan yang ku lontarkan kekaca itu, tanpa henti ku terus berusaha memukulinya walaupun tak ada secuilpun retakan yang tercipta disana.
Dion :”Lu harus kabur bareng gua, Vis! Lu g bakal bisa lawan dia!” Air mata mulai menetes saat kusadari betapa lemahnya diriku yang bahkan tak bisa memberikan goresan di kaca jendela itu,
Dengan kondisi sempurnapun aku tau kalau Vista takkan bisa melawan orang itu, apalagi dengan tersisa 1 tangan bersama darah yang terus bercucuran tanpa henti itu takkan ada kesempatan untuknya bertahan hidup.
Vista :”PERGI SEKARANG DASAR BODOH!”
Dion :”GAK TANPA LU!”
Vista :”KALO LU TETEP DISINI KITA BERTIGA AKAN MATI! APA ITU YANG LU MAU?! Tenang saja, aku berjanji takkan mati disini dan segera menyusulmu lalu nagih bayaranku atas semua tipsku di hari itu.”
*Tik!*
*Tik!*
*Tik!*
Air mata menetes membasahi tanah, cahaya rembulan menyinariku yang tengah duduk bertekuk lutut dibawah jendela meratari betapa lemahnya diriku, aku takkan bisa berbuat apapun jika disini.
Benar apa yang ia katakan, ada atau tidaknya aku disini takkan membuat kita semua selamat. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah mempercayai Vista dan segera menemukan Tia sebelum mereka.
*BRUAK!*
Suara sesuatu yang hancur dari ruangan Vista dan diwaktu
yang sama Vista berteriak,
Vista :”PERGI SEKARANG!”
Dengan terkejut kedua kakiku langsung bergerak dengan sendirinya mengangkat tubuhku dan membelakangi jendela,
Dion :”Tepati Janjimu!” Ucapku dengan nada gemetaran menahan tangisan lalu mulai berlari sekencang dan sekuat mungkin yang kubisa.
Disisi lain Vista bergumam dengan suara yang begitu lemah hingga tak ada satupun yang mendengarkannya,
Vista :”Maaf, pada akhirnya aku hanya akan dikenang sebagai pembohong besar, olehmu.” Gumamnya sambil tersenyum tanpa penyesalan,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Junaedi
ngerti
2022-04-06
0
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
imajinasimu keren thor..
tetapi ngeri ya😅😅
2022-03-25
1
Bunga Kering
Vista keren bangetttt..tapi ngeri juga ceritanya ya Thor....semoga Dion selamat ya
2022-03-21
1