Arc 2, Artia : Menghilang

Suara jantung berdetak begitu keras,

Cukup keras hingga membuatku salting berharap ia tak mendengarnya,

Sepanjang lorong tak terlihat seorangpun serasa dunia ini hanya diisi oleh kami berdua, setiap suara langkah kaki kami menusuk langsung kejiwaku karena keheningan dan kecanggungan ini.

Ingin sekali ku buka sesi QnA bersamanya namun pikiranku kosong bersih sebersih lembar jawaban ujian matematikaku. Hanya terdengar suara angin sepoy sepoy dari luar jendela lorong dan iringan langkah kaki kita berdua yang bergema, sambil mengunyah roti dengan keringat yang terus bercucuran ku berharap dengan sangat semoga Artia tak mendengar suara dag-dig-dug jantungku. Wajah bisa di usahakan se cool mungkin, langkah bisa ku atur se irama mungkin dengannya, gerakan bisa ku paksakan se natural mungkin, namun hanya hati, otak dan jantung yang tak bisa ku bohongi.

Gua harus ngomong sesuatu!

Gua harus ngomong sesuatu!

Gua harus ngomong sesuatu!

TAPI APAAN?!

BENTAR LAGI ROTI GUA HABIS G ADA LAGI ALIBI BUAT DIAM!

MIKIR!

MIKIR!

APA YANG BIASANYA DISUKAI CWE?!

Saat otakku sedang berputar dengan keras tiba-tiba mataku memberikan solusi, sebuah roti krim yang masih tersisa satu gigitan di tanganku menyelamatkan diriku dari kanker otak akibat berfikir di luar batas.

Dion :”Makanan favorit kamu apa, Tia?”

Artia :”Lah?”

Langkah Artia terhenti

Dion :”Lah?”

Langkahku ikut terhenti setelah menyadari betapa bodohnya pertanyaan.

GOBLOK! BARU INGAT, KAN DIA SUKA PERMEN KAPAS DAN ITU DAH JELAS SEJAK DARI SMP!

KELIATAN BANGET GUA MAKSA BUAT BUKA PEMBICARAAN SAMPE BAHAS HAL YANG DAH PASTI!

ARRRRRGGGHHHHH!!!!

SIAPA AJA TOLONG BUNUH GUA!!!!

Dion :”Enggk gitu, maksudku kamu suka roti macam apa? Kalau aku suka roti krim, kalau kamu?” dengan wajah panik ku mengelak sekuat tenaga

Artia :”Oh roti, jadi kamu suka roti krim, krim, krim, krim....” Tia mengulang-ulang perkataannya dengan gumamnya seakan mencoba berbicara dengan dirinya sendiri dengan terus semakin menundukkan kepalanya dan mengabaikanku sepenuhnya.

Dion :”Tia?”

Sebelum ujung jari telunjukku menyentuhnya tiba-tiba ia kembali tersadar dan memandang ke depan.

Artia :”Oh iya! Krim! Untung saja kau ingatkan, Dion. Makasih!” dengan bergegas ia berlari seakan baru mengingat sesuatu yang begitu penting,

Dion :”Ti- Ah, sudahlah mungkin lain kali saja kutanyakannya.”

Artia :”Dion! Tangkap!” Teriak Artia dari kejauhan dan sebelum ku melihatnya tanganku langsung reflek menangkap barang yang terbang ke arahku.

Artia :” Anggap saja permintaan maafku.”

Ku buka genggaman tanganku dan melihat sebuah petasan dan korak api,

Dion :”Permintaan maaf untuk ap-“ Ku hentikan pertanyaanku saat menyadari Tia sudah tak lagi terlihat

Permintaan maaf?Eh bentar, maksudnya tadi itu ulah Artia?

Kok perasaan gua g enak ya?

*Tap*

Terasa sebuah tangan memegang bahu sebelah kananku dari belakang, ku lirik dengan perlahan dan  terlihat pegulat professional dengan urat-urat ditangannya terlihat begitu kekar memeras bahuku dengan sangat kuat.

Dion :”Eh, Vista sahabat gua yang paling baik dan murah hati, kenapa kok lu keliatan marah gitu?”

Vista :”!!!!!!!”

Dion :”Damai, pak! Damai!” Ku keluarkan uang dari sakuku dan menggulungnya, ku balikkan badanku dan memasukkan uangnya ke saku seragamnya lalu menepuknya dengan perlahan.

Dion :”Udh ya. Damai.” Ku ambil satu langkah mundur, dua langkah mundur, tiga langkah mundur dan ketika Vista melihat ke arah sakunya ku tancap gas memakai teknik langkah seribu.

*DUAR!*

Sekujur tubuh Vista tertutup oleh asap ledakan hingga memicu alat pemadam kebakaran otomatis dan membuatnya terguyur oleh air sampai basah kuyup dengan seragamnya yang berlubang dibagian dadanya.

5 menit kemudian,

Di kelas,

Pak guru :” Apakah semua sudah hadir buat ikutin ulangan matematikanya?”

*Cekreeeek*

Pintu kelas terbuka dan muncul Artia dengan nafas terengah-engah, keringat bercucuran dan juga kantong plastik di tangan kanannya, Setelah meminta maaf atas keterlambatannya ia langsung duduk. Untung saja guru ini di kenal sebagai kemurahan hatinya yang pemaaf tak pernah marah jika tidak, Artia tak mungkin bisa kembali duduk dengan wajah leganya itu.

Pak guru :” Baiklah sudah semuakan sekarang kita mul-“

*Cekreeeeek*

Pintu kelas kembali terbuka dan kali ini muncul Vista mengenakan seragam olahraga,

Pak Guru :” Ganti seragammu!”

Vista :”Tidak bisa...”

Pak Guru itu berjalan ke arah Vista dan menutup pintunya dengan Vista yang masih berada diluar.

Tanpa memastikan sekali lagi, Guru itu langsung membagikan kertas ulangan matematikanya ke semua murid di kelas. Sebuah 10 menit yang begitu menyiksa, tapi kalau sekedar level ini tak mungkin bisa membuat otakku beruap atau membuatku pusing, bukan karena terlalu gampang, tapi justru memang karena aku sama sekali tak mengerti secuilpun soal yang ada.

Ini matematika atau sastra? kok banyakan huruf dari pada angka sih.... Gimana cara hitung huruf?!

15 menit neraka telah berlalu, Saat si Guru sedang sibuk mengumpulkan lembar jawaban jiwaku tiada henti bergetar merasa bersalah kepada Vista.

Keknya gua udh kelewatan deh.

Akupun pergi ke Vista dengan alibi izin ke toilet dengan tujuan meminta maaf dan membantunya menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada sang guru.

*Cekreeek*

Dion :”Vi-“ Suaraku terhenti, seketika semua rasa bersalahku langsung sirna tak tersisa saat melihat Vista duduk dibawah jendela kelas sambil bermesraan dengan pacar nomor 3 nya.

Hmmmmm.......

Kututup kembali pintu kelas dan menempati posisi semula tanpa komentar apapun.

Pak Guru :”Oh iya, ngomong-ngomong tugas lembaran yang bapak kasih kemarin silahkan dikumpulkan ke depan.” Teriaknya sambil menghitung lembar jawaban ulangan di depannya.

Tanpa ragu dan rasa bersalah ku berjalan ke arah tas Vista dan mengambil lembar Tugasnya lalu mengganti hak patennya menjadi milikku.

Dion :”Heh...”  Senyumku memandang lembaran itu,

Ku kumpulkan lembar tugas ke pak guru tanpa kendala.

Pak Guru :” Ada yang tidak mengumpulkan?”

Dion :”Vista, pak!”

Sebelum guru itu meninggalkan kelas ia memanggil kembali Vista untuk mengumpulkan tugasnya namun vista tak menemukan lembar tugas yang sudah ia kerjakan itu. Saat sepersekian detik mata kami bertemu dan saat itu juga aku memandang Vista dengan senyuman jahat lebar ia pun langsung mengerti apa yang terjadi namun tak ada hal yang bisa ia perbuat dengan pasrah Vista berkata,

Vista :”Saya akan kembali berdiri di lorong lagi, pak.” Sebelum membuka pintu Vista di hentikan,

Pak Guru :”Bawa ini!” Ia menyerahkan dua ember penuh air dan memenuhi kedua tangan Vista, aku tak punya kemampuan indra ke enam ataupun membaca pikiran orang namun dalam momen singkat itu aku yakin bahwa seisi kelas memikirkan hal yang sama.

Seisi kelas : (Itu ember keluar dari mana?)

Setelah memberikan ember guru itu berjalan menuju pintu kelas, disaat yang sama aku baru teringat tips dari Vista, tips pertamanya,

[Flashback]

Vista :”g pake trik sama akal bulus lagi, pake ketulusan doang,  bilang aja ke dia pas ada banyak orang klo ‘Gua cinta sama lu’ gitu. Klo  dia nerima ya bagus klo dia nolak setidaknya dia bakal ngomong  kekurangan lu jadi lu bisa berubah dan coba nembak dia lagi.”

[Akhir dari Flashback]

Makasih banyak, Vista. Kalo berhasil gua bayar lu 2x lipat dari perjanjian.

Ku kepalkan kedua tangan, menggigit bibir dan mempersiapkan mental dan langsung meledakkannya sambil tiba-tiba berdiri dan berteriak di tengah-tengah kelas hingga Pak Guru menghentikan langkahnya,

Dion :"ARTIA! GUA MAU JUJUR, SEBENARNYA......" Teriakku sambil memejamkan mata menghadap kebawah,

Seisi menatapku namun Vista tanpa menatapku hanya tersenyum dengan bangga dengan kedua ember berisi air yang masih ditangannya.

Dion :"...... VISTA SUKA SAMA GUA!!"

Semua orang langsung menatap Vista, sebelum Vista bersuara tiba-tiba bahunya di sentuh oleh Pak guru yang belum meninggalkan kelas.

Pak Guru :"Ikut ke ruangan bapak, sekarang." Bisiknya ke telinga Vista lalu menyeretnya.

Dilain sisi setelah melaksanakan sesuai perintah Vista kubuka kedua mata dan perlahan mengangkap kepalaku melihat hasilnya, kulirik ke sekitar namun tak melihat adanya Artia, Saat ku bertanya ke berbagai orang tak ada yang mengetahui kemana perginya Artia dan yang jelas dari informasi mereka, saat aku berteriak semua orang sudah tak melihat Artia di kelas itu. Tak ada yang tau dimana dia berada, tak ada jejak ataupun petunjuk, ia langsung menghilang bagai tak pernah ada.

Terpopuler

Comments

Achi

Achi

👍🏻👍🏻

2022-07-13

0

🎀ᵀᵗᵇ'ˢnadyan

🎀ᵀᵗᵇ'ˢnadyan

sama2....🙂

2022-03-21

1

Lee

Lee

My ice girl saranghae balik lgi say..

2022-03-10

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog : Tempatku berpijak
2 Arc 1, Kita : Akhir dari Kita
3 Arc 1, Kita : 2 dari 3
4 Arc 1, Kita : Aku & Sahabat
5 Arc 1, Kita : Aku bukanlah Dia!
6 Arc 1, Kita : Artia
7 Arc 2, Artia : Keseharian bertiga
8 Arc 2, Artia : Menghilang
9 Arc 2, Artia : Untuk apa aku berdiri?
10 Arc 2, Artia : Pengakuan Dion
11 Arc 2, Artia : 3 Menjadi 2
12 Arc 3, Jalan bercabang : Sosok yang di dambakan
13 Arc 3, Jalan bercabang : Harapan terkubur darah
14 Arc 3, Jalan Bercabang : Kemunculan mereka
15 Arc 3, Jalan Bercabang : Janji Vista
16 Arc 4, 3 Of Us : Janjiku dan Janjimu
17 Arc 4, 3 Of Us : Inikah kematian?
18 Arc 4, 3 Of Us : Harapan Egois Tia
19 Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu
20 Pengumuman! baca ini dulu sebelum [Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu]
21 Arc 4, 3 Of Us : Hilangnya Dion dari Dunia part 1
22 HIlangnya Asterit Diona dari Dunia part 2
23 Chapter 1 : Runtuhnya kerajaan Celestia
24 Chapter 2 : Celestia Ren
25 Chapter 3 : Game
26 Chapter 4 : Apa itu manusia?
27 Chapter 5 : Kehampaan sempurna
28 Chapter 6 : Satu Lawan Semua!
29 Chapter 7 : Game termudah yang pernaha ada!
30 [Update] laporan pencapaian kita! [Pengumuman]
31 Chapter 8 Pertemuan yang tidak ditakdirkan
32 Chapter 9 : Sisi lain dari Cinta
33 Chapter 10 : Kerajaan Dimeria
34 Chapter 11 : Hidup Elit bagi penghutang handal
35 Chapter 12 : Andai Tolol Ada Obatnya
36 Chapter 13 : Rapat Darurat pertama Top Class
37 Prolog Dimeria Elsie : Bagian 1
38 Prolog Dimeria Elsie : Bagian 2
39 Chapter 14 : Sekutu
40 Chapter 15 : Ren
41 Chapter 16 : Pertemuan para Pemimpin
42 Chapter 17 : King & Queen
43 Chapter 18 : Apa yang ia lihat
44 Chapter 19 : Visi dan Misi
45 Chapter 20 : Ren & Elsie
46 Chapter 21 : Suara hati Sang Sampah
47 Chapter 22 : Pergerakan Misteltein
48 Chapter 23 : Kebangkitan sang Dewa
49 Chapter 24 : Celestia Aktifia
50 Chapter 25 : Tombak Surgawi
51 Chapter 26 : Final Battle!
52 Chapter 27 : Dion Vs Dion
53 Chapter 28 : Terlemah yang tak Terkalahkan [END]
54 [Ex - Chapter] Story Explanation!
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Tempatku berpijak
2
Arc 1, Kita : Akhir dari Kita
3
Arc 1, Kita : 2 dari 3
4
Arc 1, Kita : Aku & Sahabat
5
Arc 1, Kita : Aku bukanlah Dia!
6
Arc 1, Kita : Artia
7
Arc 2, Artia : Keseharian bertiga
8
Arc 2, Artia : Menghilang
9
Arc 2, Artia : Untuk apa aku berdiri?
10
Arc 2, Artia : Pengakuan Dion
11
Arc 2, Artia : 3 Menjadi 2
12
Arc 3, Jalan bercabang : Sosok yang di dambakan
13
Arc 3, Jalan bercabang : Harapan terkubur darah
14
Arc 3, Jalan Bercabang : Kemunculan mereka
15
Arc 3, Jalan Bercabang : Janji Vista
16
Arc 4, 3 Of Us : Janjiku dan Janjimu
17
Arc 4, 3 Of Us : Inikah kematian?
18
Arc 4, 3 Of Us : Harapan Egois Tia
19
Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu
20
Pengumuman! baca ini dulu sebelum [Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu]
21
Arc 4, 3 Of Us : Hilangnya Dion dari Dunia part 1
22
HIlangnya Asterit Diona dari Dunia part 2
23
Chapter 1 : Runtuhnya kerajaan Celestia
24
Chapter 2 : Celestia Ren
25
Chapter 3 : Game
26
Chapter 4 : Apa itu manusia?
27
Chapter 5 : Kehampaan sempurna
28
Chapter 6 : Satu Lawan Semua!
29
Chapter 7 : Game termudah yang pernaha ada!
30
[Update] laporan pencapaian kita! [Pengumuman]
31
Chapter 8 Pertemuan yang tidak ditakdirkan
32
Chapter 9 : Sisi lain dari Cinta
33
Chapter 10 : Kerajaan Dimeria
34
Chapter 11 : Hidup Elit bagi penghutang handal
35
Chapter 12 : Andai Tolol Ada Obatnya
36
Chapter 13 : Rapat Darurat pertama Top Class
37
Prolog Dimeria Elsie : Bagian 1
38
Prolog Dimeria Elsie : Bagian 2
39
Chapter 14 : Sekutu
40
Chapter 15 : Ren
41
Chapter 16 : Pertemuan para Pemimpin
42
Chapter 17 : King & Queen
43
Chapter 18 : Apa yang ia lihat
44
Chapter 19 : Visi dan Misi
45
Chapter 20 : Ren & Elsie
46
Chapter 21 : Suara hati Sang Sampah
47
Chapter 22 : Pergerakan Misteltein
48
Chapter 23 : Kebangkitan sang Dewa
49
Chapter 24 : Celestia Aktifia
50
Chapter 25 : Tombak Surgawi
51
Chapter 26 : Final Battle!
52
Chapter 27 : Dion Vs Dion
53
Chapter 28 : Terlemah yang tak Terkalahkan [END]
54
[Ex - Chapter] Story Explanation!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!