Suara jantung berdetak begitu keras,
Cukup keras hingga membuatku salting berharap ia tak mendengarnya,
Sepanjang lorong tak terlihat seorangpun serasa dunia ini hanya diisi oleh kami berdua, setiap suara langkah kaki kami menusuk langsung kejiwaku karena keheningan dan kecanggungan ini.
Ingin sekali ku buka sesi QnA bersamanya namun pikiranku kosong bersih sebersih lembar jawaban ujian matematikaku. Hanya terdengar suara angin sepoy sepoy dari luar jendela lorong dan iringan langkah kaki kita berdua yang bergema, sambil mengunyah roti dengan keringat yang terus bercucuran ku berharap dengan sangat semoga Artia tak mendengar suara dag-dig-dug jantungku. Wajah bisa di usahakan se cool mungkin, langkah bisa ku atur se irama mungkin dengannya, gerakan bisa ku paksakan se natural mungkin, namun hanya hati, otak dan jantung yang tak bisa ku bohongi.
Gua harus ngomong sesuatu!
Gua harus ngomong sesuatu!
Gua harus ngomong sesuatu!
TAPI APAAN?!
BENTAR LAGI ROTI GUA HABIS G ADA LAGI ALIBI BUAT DIAM!
MIKIR!
MIKIR!
APA YANG BIASANYA DISUKAI CWE?!
Saat otakku sedang berputar dengan keras tiba-tiba mataku memberikan solusi, sebuah roti krim yang masih tersisa satu gigitan di tanganku menyelamatkan diriku dari kanker otak akibat berfikir di luar batas.
Dion :”Makanan favorit kamu apa, Tia?”
Artia :”Lah?”
Langkah Artia terhenti
Dion :”Lah?”
Langkahku ikut terhenti setelah menyadari betapa bodohnya pertanyaan.
GOBLOK! BARU INGAT, KAN DIA SUKA PERMEN KAPAS DAN ITU DAH JELAS SEJAK DARI SMP!
KELIATAN BANGET GUA MAKSA BUAT BUKA PEMBICARAAN SAMPE BAHAS HAL YANG DAH PASTI!
ARRRRRGGGHHHHH!!!!
SIAPA AJA TOLONG BUNUH GUA!!!!
Dion :”Enggk gitu, maksudku kamu suka roti macam apa? Kalau aku suka roti krim, kalau kamu?” dengan wajah panik ku mengelak sekuat tenaga
Artia :”Oh roti, jadi kamu suka roti krim, krim, krim, krim....” Tia mengulang-ulang perkataannya dengan gumamnya seakan mencoba berbicara dengan dirinya sendiri dengan terus semakin menundukkan kepalanya dan mengabaikanku sepenuhnya.
Dion :”Tia?”
Sebelum ujung jari telunjukku menyentuhnya tiba-tiba ia kembali tersadar dan memandang ke depan.
Artia :”Oh iya! Krim! Untung saja kau ingatkan, Dion. Makasih!” dengan bergegas ia berlari seakan baru mengingat sesuatu yang begitu penting,
Dion :”Ti- Ah, sudahlah mungkin lain kali saja kutanyakannya.”
Artia :”Dion! Tangkap!” Teriak Artia dari kejauhan dan sebelum ku melihatnya tanganku langsung reflek menangkap barang yang terbang ke arahku.
Artia :” Anggap saja permintaan maafku.”
Ku buka genggaman tanganku dan melihat sebuah petasan dan korak api,
Dion :”Permintaan maaf untuk ap-“ Ku hentikan pertanyaanku saat menyadari Tia sudah tak lagi terlihat
Permintaan maaf?Eh bentar, maksudnya tadi itu ulah Artia?
Kok perasaan gua g enak ya?
*Tap*
Terasa sebuah tangan memegang bahu sebelah kananku dari belakang, ku lirik dengan perlahan dan terlihat pegulat professional dengan urat-urat ditangannya terlihat begitu kekar memeras bahuku dengan sangat kuat.
Dion :”Eh, Vista sahabat gua yang paling baik dan murah hati, kenapa kok lu keliatan marah gitu?”
Vista :”!!!!!!!”
Dion :”Damai, pak! Damai!” Ku keluarkan uang dari sakuku dan menggulungnya, ku balikkan badanku dan memasukkan uangnya ke saku seragamnya lalu menepuknya dengan perlahan.
Dion :”Udh ya. Damai.” Ku ambil satu langkah mundur, dua langkah mundur, tiga langkah mundur dan ketika Vista melihat ke arah sakunya ku tancap gas memakai teknik langkah seribu.
*DUAR!*
Sekujur tubuh Vista tertutup oleh asap ledakan hingga memicu alat pemadam kebakaran otomatis dan membuatnya terguyur oleh air sampai basah kuyup dengan seragamnya yang berlubang dibagian dadanya.
5 menit kemudian,
Di kelas,
Pak guru :” Apakah semua sudah hadir buat ikutin ulangan matematikanya?”
*Cekreeeek*
Pintu kelas terbuka dan muncul Artia dengan nafas terengah-engah, keringat bercucuran dan juga kantong plastik di tangan kanannya, Setelah meminta maaf atas keterlambatannya ia langsung duduk. Untung saja guru ini di kenal sebagai kemurahan hatinya yang pemaaf tak pernah marah jika tidak, Artia tak mungkin bisa kembali duduk dengan wajah leganya itu.
Pak guru :” Baiklah sudah semuakan sekarang kita mul-“
*Cekreeeeek*
Pintu kelas kembali terbuka dan kali ini muncul Vista mengenakan seragam olahraga,
Pak Guru :” Ganti seragammu!”
Vista :”Tidak bisa...”
Pak Guru itu berjalan ke arah Vista dan menutup pintunya dengan Vista yang masih berada diluar.
Tanpa memastikan sekali lagi, Guru itu langsung membagikan kertas ulangan matematikanya ke semua murid di kelas. Sebuah 10 menit yang begitu menyiksa, tapi kalau sekedar level ini tak mungkin bisa membuat otakku beruap atau membuatku pusing, bukan karena terlalu gampang, tapi justru memang karena aku sama sekali tak mengerti secuilpun soal yang ada.
Ini matematika atau sastra? kok banyakan huruf dari pada angka sih.... Gimana cara hitung huruf?!
15 menit neraka telah berlalu, Saat si Guru sedang sibuk mengumpulkan lembar jawaban jiwaku tiada henti bergetar merasa bersalah kepada Vista.
Keknya gua udh kelewatan deh.
Akupun pergi ke Vista dengan alibi izin ke toilet dengan tujuan meminta maaf dan membantunya menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada sang guru.
*Cekreeek*
Dion :”Vi-“ Suaraku terhenti, seketika semua rasa bersalahku langsung sirna tak tersisa saat melihat Vista duduk dibawah jendela kelas sambil bermesraan dengan pacar nomor 3 nya.
Hmmmmm.......
Kututup kembali pintu kelas dan menempati posisi semula tanpa komentar apapun.
Pak Guru :”Oh iya, ngomong-ngomong tugas lembaran yang bapak kasih kemarin silahkan dikumpulkan ke depan.” Teriaknya sambil menghitung lembar jawaban ulangan di depannya.
Tanpa ragu dan rasa bersalah ku berjalan ke arah tas Vista dan mengambil lembar Tugasnya lalu mengganti hak patennya menjadi milikku.
Dion :”Heh...” Senyumku memandang lembaran itu,
Ku kumpulkan lembar tugas ke pak guru tanpa kendala.
Pak Guru :” Ada yang tidak mengumpulkan?”
Dion :”Vista, pak!”
Sebelum guru itu meninggalkan kelas ia memanggil kembali Vista untuk mengumpulkan tugasnya namun vista tak menemukan lembar tugas yang sudah ia kerjakan itu. Saat sepersekian detik mata kami bertemu dan saat itu juga aku memandang Vista dengan senyuman jahat lebar ia pun langsung mengerti apa yang terjadi namun tak ada hal yang bisa ia perbuat dengan pasrah Vista berkata,
Vista :”Saya akan kembali berdiri di lorong lagi, pak.” Sebelum membuka pintu Vista di hentikan,
Pak Guru :”Bawa ini!” Ia menyerahkan dua ember penuh air dan memenuhi kedua tangan Vista, aku tak punya kemampuan indra ke enam ataupun membaca pikiran orang namun dalam momen singkat itu aku yakin bahwa seisi kelas memikirkan hal yang sama.
Seisi kelas : (Itu ember keluar dari mana?)
Setelah memberikan ember guru itu berjalan menuju pintu kelas, disaat yang sama aku baru teringat tips dari Vista, tips pertamanya,
[Flashback]
Vista :”g pake trik sama akal bulus lagi, pake ketulusan doang, bilang aja ke dia pas ada banyak orang klo ‘Gua cinta sama lu’ gitu. Klo dia nerima ya bagus klo dia nolak setidaknya dia bakal ngomong kekurangan lu jadi lu bisa berubah dan coba nembak dia lagi.”
[Akhir dari Flashback]
Makasih banyak, Vista. Kalo berhasil gua bayar lu 2x lipat dari perjanjian.
Ku kepalkan kedua tangan, menggigit bibir dan mempersiapkan mental dan langsung meledakkannya sambil tiba-tiba berdiri dan berteriak di tengah-tengah kelas hingga Pak Guru menghentikan langkahnya,
Dion :"ARTIA! GUA MAU JUJUR, SEBENARNYA......" Teriakku sambil memejamkan mata menghadap kebawah,
Seisi menatapku namun Vista tanpa menatapku hanya tersenyum dengan bangga dengan kedua ember berisi air yang masih ditangannya.
Dion :"...... VISTA SUKA SAMA GUA!!"
Semua orang langsung menatap Vista, sebelum Vista bersuara tiba-tiba bahunya di sentuh oleh Pak guru yang belum meninggalkan kelas.
Pak Guru :"Ikut ke ruangan bapak, sekarang." Bisiknya ke telinga Vista lalu menyeretnya.
Dilain sisi setelah melaksanakan sesuai perintah Vista kubuka kedua mata dan perlahan mengangkap kepalaku melihat hasilnya, kulirik ke sekitar namun tak melihat adanya Artia, Saat ku bertanya ke berbagai orang tak ada yang mengetahui kemana perginya Artia dan yang jelas dari informasi mereka, saat aku berteriak semua orang sudah tak melihat Artia di kelas itu. Tak ada yang tau dimana dia berada, tak ada jejak ataupun petunjuk, ia langsung menghilang bagai tak pernah ada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Achi
👍🏻👍🏻
2022-07-13
0
🎀ᵀᵗᵇ'ˢnadyan
sama2....🙂
2022-03-21
1
Lee
My ice girl saranghae balik lgi say..
2022-03-10
1