Terlemah Yang Tak Terkalahkan

Terlemah Yang Tak Terkalahkan

Prolog : Tempatku berpijak

|Peringatan|

|Novel ini tidak diperuntukkan pembaca dibawah 17 tahun dan yang mudah mengalami gangguan, seluruh kisah ini hanyalah fiksi tidak boleh meniru atau membawanya ke dunia nyata. Cukup nikmati dan ambil hikmahnya saja (jika ada), sekali lagi ini bukan novel untuk dibawah umur kalian udah gede semua tindakan kalian silahkan ditanggung sendiri jangan coba niruin adegan kayak di film atau novel dan berakhir konyol truss nyalahin penciptanya, sekali lagi jangan konyol. Sekian Terima kasih.|

Kasta...

Sebuah jurang yang tercipta diantara perbedaan, miskin dan kaya, berbakat dan tanpa bakat, pintar dan bodoh. Sebuah dunia kelam tanpa mimpi ataupun harapan, mereka yang terbaik akan ditakdirkan mendapat yang terbaik sedangkan kita yang terbuang akan senantiasa memperebutkan sisanya. Kenyataan itulah yang kusadari saat aku berusia 8 tahun.

Tap... Tap... Tap

Ku hentikan langkahku saat mendengar suara rintihan kecil,

“To-tolong...”

Ku lirik sekitar tak ada apa pun selain kegelapan. halusinasi? Atau salah dengar? Ku lepaskan headset yang menyumbat telingaku untuk memastikannya. Namun, hanya kesunyian dan suara angin malam yang terdengar. Jam menunjukkan pukul 8 malam di layar ponselku yang mulai redup.

Hening.....

Setelah yakin tak ada apa pun dan hanya suara angin yang terdengar akhirnya ku pasang kembali headsetku dan memutar kembali lagu sambil melanjutkan perjalanan pulang dari toko buku.

Tap... Tap... Cplek... Cplek...

Tiba-tiba sepatuku menjadi basah setelah melewati genangan air yang tak terlihat. “Yah, sial sekali aku. Inilah kenapa lampu jalanan harus segera diperbaiki, haduh... semoga aja besok bisa kering buat sekola-“

Tik! Tik! Tik!

Tetesan air yang menetes di atas kepalaku menghentikan kalimatku dan menyadarkanku akan kejanggalan yang ada. Hujan? Ditengah musim panas ini? Ku amankan ponselku ke dalam tas bersama headsetku dan bergegas berlari pulang.

“To..long...” Suara rintihan yang semakin lemah itu tak sampai ketelingaku yang terus berlari tanpa menoleh kebelakang.

Keesokan harinya aku terdiam membatu saat mengikat sepatu hendak berangkat sekolah. Keringat terus bercucuran dari kepalaku tanpa henti dengan kedua tanganku yang terus gemetaran.

“Eh, lu tau enggk? Tadi pagi gua nemu mayat pak Erno tertancap di pohon pinggir jalan," ucap salah satu warga dari luar pintu.

“Sudah dibilangin masih aja keras kepala si tua bangka itu, itulah hasilnya biar kapok,” saut temannya senang.

Tadi malam Itu bukanlah tetesan air hujan. Sejak awal memang tidak mungkin ada hujan di tengah musim panas seperti ini. Semua sudah jelas, jawaban sudah terpampang di depanku.

Itu juga bukanlah air, itu bukanlah genangan air dan itu juga bukanlah halusinasi ataupun salah dengar. Seluruh tanda tanya yang membanjiriku di malam itu terjawab. Kepingan demi kepingan yang samar menjadi jelas, rintihan lemah yang kupikir halusinasi dan hampir tak terdengar itu menjadi jelas saat ku ingat kembali.

‘Tolong...'

Dan yang ku lewati itu bukanlah genangan air, itulah yang dikatakan sepatuku yang bercampur dengan darah. Kubuang sepatuku dan berlari ke wastafel kamar mandi dengan cermin yang sudah retak.

Huekk....

Seluruh sarapanku dan energiku langsung keluar hingga membuat sekujur badanku lemas. Wajah yang memucat dan tubuh yang gemetaran.

"Terjadi lagi." Setiap aku melihat darah aku langsung teringat kejadian itu, "Aku adalah Dion, Aku adalah Dion, Aku adalah Dion, Aku adalah Dion, Aku bukanlah Dia!"

Dengan sepatu cadanganku ku tinggalkan rumahku untuk berangkat sekolah. Namun, langkahku terhenti, tanpa kusadari tiba-tiba dunia menjadi gelap. Kulihat jam masih menunjukkan pukul 7 pagi tapi suasana jalan begitu gelap seperti malam hari.

Ku pandang sekitar tapi tak terlihat apa pun kecuali kegelapan, tanpa suara, tanpa ada tanda-tanda kehidupan, semuanya begitu sunyi....

"A - Ada apa ini!" Ku coba bergumam tapi mulutku sama sekali tak mengeluarkan suara apa pun. Lampu jalan satu persatu menyala berurutan dari kejauhan. Setiap cahaya redup itu menerangi rasa takut dalam tubuhku yang semakin memuncak.

Jalan raya yang setiap pagi kulewati kini tertutupi oleh bercak darah dimana-mana. Aku terdiam dengan kedua kaki gemetaranku memandang ke arah cahaya yang menuntunku.

Klip!

Suara lampu jalan di atas kepalaku bersinar dan mengusir secuil kegelapan disekitarku dan memperlihatkan sepasang kaki seorang gadis menghadap ke arahku.

Tik... Tik... Tik...

Darah terus menetes di samping kakinya hingga membentuk genangan kecil.

"Lari!"

"Aku harus lari!"

Seluruh sel dalam tubuhku meneriakkan peringatan bahaya untuk segera pergi dari sana. Namun, kakiku tak mau mendengarkan kemauanku. Keringat bercucuran dengan deras, jantung berdetak dengan kencang, aku langsung panik dan memukul-mukul kedua kakiku agar bisa kugerakkan saat melihat kedua kaki gadis itu mulai melangkah mendekatiku.

"Hey, apa kau tau dimana kak Artia berada?" tanya gadis itu dengan seram.

Tubuhku dikuasai rasa takut dan panik hingga tak menghiraukan pertanyaannya.

"BERGERAK!"

"BERGERAK!!!"

"BERGERAKLAH!!!"

Semakin ia mendekat, tubuhnya perlahan mulai terlihat dari sinar lampu jalan di atasku.

Tap!

Tap!

Tap!

Suara langkah kakinya semakin dekat dan jelas.

Klip!

Lampu rambu penyebrangan menyala menyinari jalan dan menciptakan bayangan gadis itu di bawah kakiku,

"AKU AKAN DIBUNUH!!!"

"AKU AKAN DIBUNUH!!!"

"AKU AKAN DIBUNUH!!!"

"AKU AKAN DIBUNUH!!!"

"AKU AKAN DIBUNUH!!!"

"AKU AKAN DIBUNUH!!!"

*"LARI! AKU HARUS****LARI***!"

Berteriak tak bisa, bergerak juga tak bisa, yang kupunya hanya kedua tangan yang gemetar ketakutan, melawannya adalah tindakan bunuh diri apa yang bisa bocah 8 tahun lakukan untuk melawannya?

"AYOLAH!!!!!"

"BERGERAK!!!!!!"

Kupukul-pukul terus kedua pahaku. Namun, tak ada hasilnya. Perlahan demi perlahan gadis itu semakin mendekat dengan pisaunya yang berlumuran darah.

Tap!

Tap!

Jleb!

Bayangan gadis itu terhenti dan tiba-tiba muncul sebuah darah membanjiri bayangannya. Ku angkat wajahku dan melihat sosok pria tinggi bertopeng berdiri di belakang gadis itu dengan tangannya yang menembus dada gadis itu.

Pria itu mencabut tangannya dengan jantung gadis itu berada di dalam genggamannya,

*Brak***!

Gadis itu tersungkur dan di waktu yang sama dunia kembali menjadi terang normal kembali. Aku hanya tercengang melihat pria itu yang berdiri disana tanpa memiliki bayangan dan tak lama kemudian muncul wanita sebaya dengannya berjalan dari belakangku dan melewatiku begitu saja.

"Waktu sudah habis, kita harus segera kembali, Tuan Dion." Kata wanita itu dengan hormat. Wanita itu melirikku dan langsung membalikkan badannya dan menghampiriku dengan wajah antusias, "Hey, lihat Tuan. Dia keliatan mirip banget dengan anda." Tunjuk wanita itu ke arahku yang tengah membatu syok.

"Bukan mirip, tapi dia memang diriku 20 tahun yang lalu," jawabnya pria bertopeng itu dengan cuek.

"Hmm... kebetulan yang luar biasa sekali kalau gitu bisa ketemu Tuan saat masih naif." Ia membalikkan badan dan kembali menghampiri pria itu.

Tiba-tiba tubuh mereka berdua mulai bersinar, "Hey, bocah... ingat pesanku ini, apapun yang terjadi lindungilah Artia!" peringat orang yang mengaku sebagai diriku dari masa depan itu.

Sebelum ku jawab perkataannya mereka berdua langsung menghilang bersama cahaya terang itu. Namun, mayat gadis bersimbah darah dan semuanya masih tetap tertinggal, dengan pikiran yang dipenuhi pertanyaan ku tinggalkan tempat itu.

Melaporkan semua hal yang baru saja terjadi ke pihak keamanan juga tak ada artinya. Hukum takkan bergerak untuk orang-orang kaum bawah seperti kita (Seed), tak ada yang namanya keamanan, keadilan ataupun kepercayaan. Menipu atau ditipu, berkhianat atau dikhianati, membunuh atau dibunuh, semua hanya demi berebut sisa kursi dari kalangan atas untuk meraih masa depan yang sedikit lebih baik.

Yang kuat akan bertahan, yang cerdas akan bergerak, yang bijaksana akan terdiam. Itulah dunia yang ku kenal saat aku berusia 8 tahun. Itulah dunia yang ku tinggali, itulah takdir yang harus ku jalani, kuterima dan ku hadapi. Tak ada yang bisa kulakukan untuk merubah semua ini, aku bukanlah seorang Exceed yang terlahir memiliki kemampuan super, aku hanyalah seorang Seed atau dengan kata lain tanpa kekuatan. kehidupanku hanyalah seperti kerikil kecil ditepi jalan raya. Ada atau tidak adanya diriku, berjuang ataupun berdiam dirinya diriku takkan membawa perubahan apa pun pada dunia.

Namun, walau begitu aku masih ingin terus hidup. Ada hal yang ingin ku raih, ada hal yang ingin ku gapai, ada hal yang ingin ku lindungi, sebuah kenyamanan yang muncul diantara kita yang terus tumbuh. 10 Tahun tak terasa sudah berlalu dan akhirnya aku menemukan jawabannya dari perasaanku...

"Aku mencintaimu, Artia."

Terpopuler

Comments

Fatkhur Kevin

Fatkhur Kevin

lanjut thor

2023-06-05

0

Inru

Inru

Serrrrreeemm..

2022-07-24

0

vheindie19

vheindie19

saya mampir thor, tapi nggak boomlike kayak anda, dan jangan pernah boomlike karya orang lain karena itu berpengaruhi pada karyanya, salam dari Novel ASA DI UJUNG LEMBAYUNG

2022-07-13

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog : Tempatku berpijak
2 Arc 1, Kita : Akhir dari Kita
3 Arc 1, Kita : 2 dari 3
4 Arc 1, Kita : Aku & Sahabat
5 Arc 1, Kita : Aku bukanlah Dia!
6 Arc 1, Kita : Artia
7 Arc 2, Artia : Keseharian bertiga
8 Arc 2, Artia : Menghilang
9 Arc 2, Artia : Untuk apa aku berdiri?
10 Arc 2, Artia : Pengakuan Dion
11 Arc 2, Artia : 3 Menjadi 2
12 Arc 3, Jalan bercabang : Sosok yang di dambakan
13 Arc 3, Jalan bercabang : Harapan terkubur darah
14 Arc 3, Jalan Bercabang : Kemunculan mereka
15 Arc 3, Jalan Bercabang : Janji Vista
16 Arc 4, 3 Of Us : Janjiku dan Janjimu
17 Arc 4, 3 Of Us : Inikah kematian?
18 Arc 4, 3 Of Us : Harapan Egois Tia
19 Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu
20 Pengumuman! baca ini dulu sebelum [Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu]
21 Arc 4, 3 Of Us : Hilangnya Dion dari Dunia part 1
22 HIlangnya Asterit Diona dari Dunia part 2
23 Chapter 1 : Runtuhnya kerajaan Celestia
24 Chapter 2 : Celestia Ren
25 Chapter 3 : Game
26 Chapter 4 : Apa itu manusia?
27 Chapter 5 : Kehampaan sempurna
28 Chapter 6 : Satu Lawan Semua!
29 Chapter 7 : Game termudah yang pernaha ada!
30 [Update] laporan pencapaian kita! [Pengumuman]
31 Chapter 8 Pertemuan yang tidak ditakdirkan
32 Chapter 9 : Sisi lain dari Cinta
33 Chapter 10 : Kerajaan Dimeria
34 Chapter 11 : Hidup Elit bagi penghutang handal
35 Chapter 12 : Andai Tolol Ada Obatnya
36 Chapter 13 : Rapat Darurat pertama Top Class
37 Prolog Dimeria Elsie : Bagian 1
38 Prolog Dimeria Elsie : Bagian 2
39 Chapter 14 : Sekutu
40 Chapter 15 : Ren
41 Chapter 16 : Pertemuan para Pemimpin
42 Chapter 17 : King & Queen
43 Chapter 18 : Apa yang ia lihat
44 Chapter 19 : Visi dan Misi
45 Chapter 20 : Ren & Elsie
46 Chapter 21 : Suara hati Sang Sampah
47 Chapter 22 : Pergerakan Misteltein
48 Chapter 23 : Kebangkitan sang Dewa
49 Chapter 24 : Celestia Aktifia
50 Chapter 25 : Tombak Surgawi
51 Chapter 26 : Final Battle!
52 Chapter 27 : Dion Vs Dion
53 Chapter 28 : Terlemah yang tak Terkalahkan [END]
54 [Ex - Chapter] Story Explanation!
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Tempatku berpijak
2
Arc 1, Kita : Akhir dari Kita
3
Arc 1, Kita : 2 dari 3
4
Arc 1, Kita : Aku & Sahabat
5
Arc 1, Kita : Aku bukanlah Dia!
6
Arc 1, Kita : Artia
7
Arc 2, Artia : Keseharian bertiga
8
Arc 2, Artia : Menghilang
9
Arc 2, Artia : Untuk apa aku berdiri?
10
Arc 2, Artia : Pengakuan Dion
11
Arc 2, Artia : 3 Menjadi 2
12
Arc 3, Jalan bercabang : Sosok yang di dambakan
13
Arc 3, Jalan bercabang : Harapan terkubur darah
14
Arc 3, Jalan Bercabang : Kemunculan mereka
15
Arc 3, Jalan Bercabang : Janji Vista
16
Arc 4, 3 Of Us : Janjiku dan Janjimu
17
Arc 4, 3 Of Us : Inikah kematian?
18
Arc 4, 3 Of Us : Harapan Egois Tia
19
Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu
20
Pengumuman! baca ini dulu sebelum [Arc 4, 3 Of Us : Theodor sang Penguasa Waktu]
21
Arc 4, 3 Of Us : Hilangnya Dion dari Dunia part 1
22
HIlangnya Asterit Diona dari Dunia part 2
23
Chapter 1 : Runtuhnya kerajaan Celestia
24
Chapter 2 : Celestia Ren
25
Chapter 3 : Game
26
Chapter 4 : Apa itu manusia?
27
Chapter 5 : Kehampaan sempurna
28
Chapter 6 : Satu Lawan Semua!
29
Chapter 7 : Game termudah yang pernaha ada!
30
[Update] laporan pencapaian kita! [Pengumuman]
31
Chapter 8 Pertemuan yang tidak ditakdirkan
32
Chapter 9 : Sisi lain dari Cinta
33
Chapter 10 : Kerajaan Dimeria
34
Chapter 11 : Hidup Elit bagi penghutang handal
35
Chapter 12 : Andai Tolol Ada Obatnya
36
Chapter 13 : Rapat Darurat pertama Top Class
37
Prolog Dimeria Elsie : Bagian 1
38
Prolog Dimeria Elsie : Bagian 2
39
Chapter 14 : Sekutu
40
Chapter 15 : Ren
41
Chapter 16 : Pertemuan para Pemimpin
42
Chapter 17 : King & Queen
43
Chapter 18 : Apa yang ia lihat
44
Chapter 19 : Visi dan Misi
45
Chapter 20 : Ren & Elsie
46
Chapter 21 : Suara hati Sang Sampah
47
Chapter 22 : Pergerakan Misteltein
48
Chapter 23 : Kebangkitan sang Dewa
49
Chapter 24 : Celestia Aktifia
50
Chapter 25 : Tombak Surgawi
51
Chapter 26 : Final Battle!
52
Chapter 27 : Dion Vs Dion
53
Chapter 28 : Terlemah yang tak Terkalahkan [END]
54
[Ex - Chapter] Story Explanation!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!