~Kalau berdiri di tepi tebing bersama pasangan,
inginnya sih aku meneriakkan,
"K U AAAAAAAAAA!!"
...
...
Tanya kenapa? tanya kenapa?
Karena KUA itu singkatan dari:
"Kau untuk Aku"~
***
Anna terkejut mendengar jawaban lugas yang dilontarkan Daffa.
"Sekarang? Tapi ini udah mau maghrib. Kantor KUA pasti udah tutup."
Daffa tersenyum lebar. Dengan santai, ia menjawab keraguan Anna. "Buat pernikahan kita, KUA akan selalu buka. Tunggu sebentar!"
Daffa lalu mengambil smartphone di sakunya. Ia lalu menelpon seseorang.
"Bawa surat-suratnya ke sini," Ucap Daffa pada seseorang di seberang telpon.
Lalu, ia langsung mematikan sambungan telpon itu.
"Tunggu sebentar. Seharusnya dia ada di dekat sini," Ucap Daffa kembali.
"Siapa?" Tanya Anna kebingungan.
"Pak Kiman. Dia sekretaris pribadi saya. Dia akan membawa surat-surat yang diperlukan untuk pernikahan kita," Jelas Daffa.
Anna yang masih kebingungan dengan paparan Daffa pun lalu mengambil botol mineral dan menenggak isinya.
Anna mulai tak yakin dengan apa yang sudah diputuskannya terkait pernikahan ini.
Sekitar lima menit kemudian, Anna mulai tak sabar.
"Setengah jam lagi maghrib. Bagaimana kalau kita pulang dulu? Besok kita bisa membicarakannya lagi," Rayu Anna.
"Sebentar lagi. Dia akan datang."
Tak lama, seorang bapak berusia paruh baya datang dan berdiri di hadapan Daffa. Ia lalu menyerahkan sebuah file map kepada Daffa.
"Ini Tuan Muda. Nona Anna."
Anna mengangguk, membalas sapaan bapak itu. Ia lalu menyaksikan interaksi keduanya dan merasa heran.
Anna tak tahu dengan apa yang sedang terjadi kini. Lalu dilihatnya Daffa menaruh file map itu di pangkuannya.
"Baca ini baik-baik. Isinya sesuai dengan semua syarat yang kamu ajukan. Dan ini adalah lembaran pengajuan pernikahan kita. Kamu cukup tanda tangan di sini dan di sini. Sisanya biar aku yang proses," Daffa menjelaskan dengan cepat.
"Apa ini?" Anna masih merasa kebingungan.
"Surat perjanjian nikah. Seperti yang kamu inginkan. Bacalah," Ujar Daffa menjelaskan.
Masih dengan rasa heran, Anna pun membaca kertas-kertas di pangkuannya.
Dan benar. Membaca judulnya juga sudah menjelaskan apa isi kertas itu. Yang membuat Anna tak habis pikir adalah semua syarat yang 'baru saja' mereka bicarakan tadi telah tertulis dalam lembaran kertas di tangannya. Semuanya.
"Bagaimana kamu bisa melakukannya? Bukankah kita baru membicarakannya tadi? Atau.. apa kamu juga bisa menebak semua syarat yang akan kuajukan dalam surat ini?" Tanya Anna bertubi-tubi.
Daffa hanya tersenyum menang. Ia nampak tak bermaksud untuk menjawab pertanyaan Anna itu.
"Jelaskan padaku. Atau aku akan benar-benar berpikir kamu bisa membaca pikiranku. Kalau begitu, aku harus berpikir ulang untuk menandatangani surat-surat ini," Ucap Anna dengan nada mengancam.
Kali ini senyum di wajah Daffa menipis. Dan, dengan enggan ia pun menceritakan rahasianya. Ia lalu memberi isyarat pada Pak Kiman untuk pergi menjauh.
Setelah pria paruh baya itu pergi, barulah Daffa menunjukkan sesuatu ke Anna. Ia menunjukkan ear com di telinganya dan berkata.
"Sedari kamu mulai mengajukan syarat, Pak Kiman mendengar semua percakapan kita dan langsung menyiapkan surat-surat ini. Ia juga berada tak jauh dari sini, sesuai perintah saya, agar semuanya bisa cepat diselesaikan. Jadi, ini surat-suratnya. Sekarang, kamu tinggal menandatanganinya," Jelas Daffa panjang lebar.
Anna melongo mendengarnya. Terjawab sudah rasa bingungnya. Tapi kemudian ia malah ganti merasa malu.
'Jadi bapak tadi mendengar semua percakapan kami?' gerutu Anna dalam hati.
"Anna? Ayo tanda tangan. Ini sudah mau maghrib." Tuntut Daffa.
Anna tersadar dari lamunannya. Ia membaca kembali surat-surat di tangannya itu sekilas. Setelah dirasanya tak ada yang salah, ia pun membubuhkan tanda tangannya pada tiap baris yang ditunjuk oleh Daffa.
Setelah semua surat tertanda tangani, Daffa langsung membubuhkan tanda tangannya sendiri. Ia lalu memberikan satu lembar surat perjanjian kontrak kepada Anna dan memegang yang lainnya untuk dirinya.
"Pegang ini. Untuk pengajuan di KUA, biar saya yang mengurus semuanya. Kita hanya tinggal mengabarkan pada keluarga kamu saja tentang pernikahan kita," Ujar Daffa dengan bersemangat.
Masih merasa linglung, Anna menjawab asal. "Oke."
"Sekarang, ayo saya antar kamu pulang!" Ajak Daffa.
Keduanya pun bangkit berdiri lalu berjalan menuju moge milik Daffa. Anna melangkah dengan kaki yang terasa sangat ringan. Ia masih cukup bingung dengan apa yang baru saja dialaminya hari ini. Sementara Daffa terus tersenyum dengan mata yang memancarkan kemenangan.
Setibanya di dekat moge, Daffa kembali menyodorkan jasnya untuk dikenakan Anna. Yang kemudian langsung diterima Anna tanpa bertanya atau berucap apa.
Daffa juga berinisiatif memakaikan helm ke kepala Anna. Membuat Anna makin merasa seperti sedang bermimpi.
Di dalam hatinya, Anna terus-terusan bergumam. 'Jadi, sekarang aku sudah menikah?'
"Tunggu sebentar. Ada yang ketinggalan!" Ucap Daffa tiba-tiba.
Lelaki itu lalu pergi kembali ke bangku yang tadi mereka tempati. Dan begitu ia kembali, Anna mendapati botol mineralnya ada di tangan Daffa.
Pandangan Anna menusuk, penuh tanya pada Daffa.
"Sayang banget. Masih ada isinya. Ini buat saya aja ya. Saya gampang haus," Kilah Daffa berusaha menjelaskan.
Walau merasa ada yang mengganjal dari jawaban Daffa, tapi Anna tak mengacuhkan rasa penasarannya.
Keduanya pun bersegera naik ke atas moge. Meninggalkan Situ yang airnya mulai menampakkan bayang matahari yang kemerahan. Pertanda senja yang mulai merayap menuju malam.
***
Setibanya di depan rumah Anna, keduanya turun. Saat Anna hendak mengembalikan helm kepada Daffa, lelaki itu menolaknya.
"Biar kamu simpan helm nya. Buat kita naik motor lagi kapan-kapan," Daffa membujuk Anna.
Dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan, Anna memandang lurus pada Daffa. Ia mencoba mencari sesuatu ke dalam mata Daffa. Kepalsuan. Atau yang sejenisnya. Tapi ia tak mendapati apa yang dicarinya.
Dalam mata bening lelaki itu, Anna hanya menangkap rasa 'terima kasih'? Anna menggelengkan kepala. Berusaha menjernihkan isi kepalanya.
"Kalau begitu, kita jumpa besok ya. Kamu besok cuma ada satu mata kuliah kan?" Serbu Daffa.
Anna menjawab dengan kedipan disusul anggukan ragu.
"Bagus. Kalau begitu, besok kita jumpa lagi setelah kuliahmu selesai. Saya mau ajak kamu ke suatu tempat," Ujar Daffa.
"... Ke mana?" Tanya Anna pelan-pelan.
Daffa mengawali jawabannya dengan senyuman. "Kamu akan tahu nanti. Oke. Saya pamit dulu. Kamu masuk sana!" Daffa menyuruh.
Dengan perasaan masih linglung, Anna mengikuti perintah Daffa. Tak lama, terdengar suara adzan masjid komplek yang menggema.
'Allahu Akbar.. Allaahu Akbar..."
Setibanya Anna di depan pintu, terdengar suara Daffa memanggilnya kembali.
"Anna!"
Anna menoleh. Lalu mendapati Daffa mengucapkan sesuatu. Sayangnya suara Daffa tenggelam dalam gema suara adzan. Jadi Anna tak mendengar keseluruhan kalimat yang diucapkan oleh lelaki itu. Hanya satu kalimat saja yang jelas di pendengarannya.
"Terima kasih..."
Dan Daffa pun kembali menaiki moge nya. Tak lama sosok pemuda itu pun hilang di tikungan jalan. Meninggalkan Anna yang masih mencermati semua yang dialaminya seharian ini.
'hayya 'alash sholaahh.. hayya 'alash sholaaahhh...
Hayya 'alal falaahh.. hayya 'alal falaahhh..
Allahu Akbar.. Allaahu Akbar. Laa ilaaha illallaah..'
Gema adzan pun berhenti. Membuat Anna kemudian tersadar pada waktu. Ia pun bergegas masuk ke dalam rumah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Endang Winarsih
penasaran yg dikatakan Daffa
2022-07-11
2
Ulfa Zahra
Apa yang Daffa katakan Thor, koh aku ngga dengar ya
2022-05-14
2
Ulfa Zahra
Bisa di ikutin kelakuan sih Daffa kalau mau mencuri ciuman secara diam-diam
2022-05-14
1