~Kata paksu (pak suami),
"motor adalah cinta pertama seorang lelaki."
hmm..iya kah?
menurutmu, dear?🤨~
***
Di kantor Daffa.
Daffa menekan tombol dial fast di interkom yang ada di mejanya. Tak lama terdengar suara Eva, sekretarisnya.
"Ya, Pak Daffa?"
"Jam berapa perwakilan Sinar Grup akan datang?" Daffa bertanya.
"Jam 4 sore ini, Pak."
"...oke. Buat singkat pertemuan jadi setengah jam. Setelahnya, cancel semua schedule. Saya ada keperluan."
"..." Sekretaris Eva terdiam.
"Paham?"
"Paham, Pak! Mm.."
"Apa lagi?"
"Tentang dinner dengan Jenderal Sihombing, apa harus saya cancel juga, Pak?" Tanya sekretaris Eva.
"Jam berapa itu?" Tanya Daffa.
"Jam 8, Pak."
"Di mana?"
"Restaurant Allstar, Pak."
"...keep. Saya akan hadir. Kamu ke sana lebih dulu. Nanti notify saya kalau Jenderal Sihombing sudah datang," Ujar Daffa.
"Baik, Pak. Ada lagi, Pak Daffa?"
"Sudah."
Klik. Sambungan interkom pun terputus.
Daffa menengok jam di tangannya. 'masih ada sepuluh menit sebelum jam 4,' Daffa bermonolog.
Daffa menengadahkan kepalanya ke atas. Sejenak menyandarkan seluruh tubuh dan kepalanya ke kursi besar yang didudukinya. Pikirannya nyalang ke sosok Anna.
Belum apa-apa Daffa sudah merindukan gadis itu. Padahal baru hitungan hari ia bertemu dengan gadis itu. Tapi Daffa merasa sudah mengenal gadis itu lama. 'ia mirip sekali dengan Tasya,' Daffa membatin.
Sosok Anna pun tiba-tiba terpatri di benaknya.
Wajah oval berkulit putih bening. Mata bening bak buah badam. Hidung mancung namun terkesan mungil. Kedua alis hitam yang hampir saling bertautan. Bibir pink mungil namun penuh. Cantik.
Dalam tiga pertemuan Daffa dengan Anna, gadis itu selalu menguncir sedang rambut hitamnya. Ia nampak tak suka bersolek seperti gadis pada umumnya. Karena Daffa tak melihat jejak make up di wajah gadis itu.
Anna pun tak memakai dress atau baju ketat. Ia selalu terlihat mengenakan kaos lengan pendek berukuran lebar, serta rok panjang atau celana jin yang juga tak terlalu menonjolkan lekuk tubuhnya.
Sekilas Daffa membayangkan Anna dalam balutan dress seperti wanita yang pernah dijodohkan ayahnya untuknya. Seperti wanita yang tadi siang baru ditemuinya di restaurant Amaro.
Ia pun membayangkan Anna dalam balutan dress selutut, dengan bentuk bukaan atas yang menyamping hingga menampakkan satu sisi lengan putih dari gadis itu. Juga rambut yang disanggul ke atas, dengan beberapa helaian yang tertinggal di samping wajahnya.
'Pasti Anna akan terlihat sangat cantik,' Daffa tersenyum dalam hayalannya tentang Anna.
Tok. Tok. Tok.
Suara ketukan pintu membangunkan Daffa dari lamunannya.
Ia menegakkan kembali posisi duduknya. Dan mempersilahkan masuk siapa pun yang berada di depan pintu kantornya.
"Masuk!"
***
Pada pukul 3 kurang seperempat, Anna dan Karina berpisah. Karina memutuskan untuk pulang ke rumahnya, sementara Anna kembali ke kampus untuk mengikuti mata kuliah Listening.
Sekitar jam 5 kurang seperempat perkuliahan terakhir di hari itu pun akhirnya usai. Dan Anna bergegas ke lantai 1 untuk mengantarkan uang setoran donat di hari itu kepada Melvi. Sebelum menemui Daffa, Anna juga menyempatkan diri untuk shalat ashar terlebih dahulu.
Usai shalat, Anna langsung menunggu di depan gerbang kampus, tempat ia janji bertemu dengan Daffa. Dan sekitar 10 menit kemudian, tiba-tiba saja sebuah motor Honda dengan body besar berwarna hitam metalik berhenti di depannya. Pengendaranya lalu membuka helm yang dikenakannya. Membuat Anna jadi terkejut saat melihat identitas pengendara itu.
"Daffa?"
"Sorry, lama. Saya tadi ada meeting darurat," Daffa menjelaskan.
Pemuda itu masih menggunakan kemeja yang sama seperti saat mereka bertemu siang tadi. Hanya ada tambahan jas biru gelap yang kini juga dikenakannya.
Daffa lalu menyodorkan helm pink kepada Anna.
"Pakai ini."
Dengan ragu Anna menerima helm dari Daffa.
"Apa tempatnya jauh?" Anna bertanya.
"Dekat. Tapi pakai helm itu untuk keamanan, bukan?" Daffa berkilah.
"Ya.."
Ketika dilihatnya Anna hendak menaiki motor, Daffa kembali bertanya.
"Kamu gak ada sweater atau jaket?"
"Kalau naik motor sih biasanya aku bawa. Tapi motorku lagi rusak. Jadi beberapa hari ini aku naik angkot. Dan kupikir gak bawa jaket pun gak apa-apa," Anna menjelaskan.
"Tunggu!" Sergah Daffa saat dilihatnya Anna kembali hendak menaiki motornya.
Pemuda itu lalu melepaskan jas kantornya. Dan dengan santainya diberikannya kepada Anna.
"Kalau begitu, sementara pakai jas saya dulu."
Anna diam tergugu. Kali ini ia tak langsung menerima tawaran Daffa.
Menyadari keraguan Anna, Daffa pun menjelaskan.
"Anginnya dingin. Pakailah."
Masih dengan perasaan ragu, Anna mengambil jas Daffa lalu mengenakannya.
Serta merta aroma mint segar memenuhi indera penciuman Anna. Rasa hangat dari tubuh pemakai jas sebelumnya pun mengalir ke tubuh Anna. Membuatnya merasakan malu yang sulit tuk dijelaskan.
Anna bergegas menaiki motor.
"Pegangan yang erat!" Daffa memperingatkan.
Walau mulanya Anna agak kebingungan juga hendak berpegangan pada apa. Akhirnya Anna memutuskan untuk berpegangan pada pinggang celana Daffa.
Detik berikutnya, keduanya pun melaju. Meninggalkan bisikan-bisikan orang yang mereka tinggalkan di sisi jalanan tadi.
"Gila! Tadi itu motor Honda Gold Wing 1800 bukan sih? Mata gua gak buta kan?" Seru seorang mahasiswa berkepala botak pada teman di sampingnya.
"Kalo lu buta lha gua apa? Pecak? Iya bro. Tadi emang motor Gold Wing. Gak nyangka gua bisa ngelihat langsung motor termahalnya Honda itu. 1 M woy harganya!" Ujar mahasiswa berambut cepak.
"Iya. Iya. Gua juga tahu itu motor 1 M. Duh. Tadi kenapa gua gak minta foto aja ya naik motor itu!" Sesal mahasiswa botak.
"Ya ampun. Iya ya. Gua juga lupa, bro. Eh, cewek tadi siapa ya? Lu kenal gak?"
"Enggak. Emang napa?"
"Kalo cewek tadi pacarnya cowok tadi, berarti kesempatan kita tuk ketemu motor Gold Wing bisa lagi dong!" Seru mahasiswa cepak berapi-api.
"Wah! Iya, ya! Bener lu, Zen. Tapi kayaknya tuh cewek anak Airlangga juga deh."
"Sok tahu, lo!"
"Lha, emang anak mana lagi kalo bukan anak kampus kita, kalo dia nunggu di depan kampus kita?"
"Hmm.. iya juga sih. Tapi kan bisa juga dia anak kampus lain yang lagi mampir."
"Ah. Pesimis amat sih lo! Udah. Percaya ma gua deh. Tuh cewek emang anak Airlangga!" Seru mahasiswa berkepala botak dengan yakinnya.
"Moga bisa ketemu lagi ya kita sama Gold Wing." Mahasiswa botak kembali berhayal.
"Aamiin.."
"Entar klo gua bisa foto naik motor Gold Wing, gua bakal upload di fb gua. Lumayan buat bikin ngiri orang. Hahaha!" Seru mahasiswa botak.
"Pamer mulu dah, kerjaan lo!" Tegur mahasiswa cepak.
"Lha emang lo gak sama kayak gua? Kampret!"
Dan percakapan kedua mahasiswa itu terus berlanjut. Mereka mendoakan agar kedua pengendara motor Gold Wing yang mereka idamkan itu bisa langgeng bersama. Agar mereka bisa berkesempatan untuk berfoto dengan motor mewahnya Honda yang mereka mimpi-mimpikan itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Wini aulia 08
ini penulis paling rajin deh q suka banget tiap komen dibalesin thanks
2023-05-07
1
Baihaqi Sabani
keren crtay...lbh keren lgi klw ad visualyaaa thor
2022-07-23
2
verlyn nymphaea
bener kayaknya deh... hehehe
2022-06-04
1