~Kata Pak Ustadz,
kalau lelaki gajian, maka ada hak istri pada uang yang dihasilkannya.
Tapi kalau istri yg gajian, maka itu jadi sepenuhnya milik sang istri.
...
...
Tapi kalau istrinya memakai uang hasil kerjanya untuk membantu kebutuhan keluarga,
maka itu akan menjadi bentuk sedekahnya yg paling baik...🥰🥰~
***
Anna kini berada dalam mobil Daffa. Keduanya langsung pergi setelah Daffa membeli semua donat yang dijual Melvi. Daffa membiarkan Melvi untuk membagi-bagikan donat itu secara gratis.
'Tak apalah sesekali berderma. Jika Anna bisa tersenyum bebas seperti tadi,' batin Daffa bermonolog.
"Daff, kamu gak marah kan karena tadi aku...jebak.. untuk borong donatnya Melvi?" Tanya Anna tiba-tiba.
Daffa melihat Anna. Ia mendapati ada penyesalan di wajah wanita itu.
Ketika Daffa tak segera menjawabnya, Anna pun merasa cemas jika prank-nya tadi agak kelewatan. Apalagi donat yang dibeli oleh Daffa cukup banyak. Sekitar hampir 5 boks.
Anna mengerutkan kening. "Mm.. dipikir-pikir lagi, kayaknya tadi aku udah kelewatan ya, Daff.. aku minta maaf," Sesal Anna kembali.
Daffa masih diam. Mulanya ia ingin membalas balik prank Anna. Tapi setelah dilihatnya wajah Anna yang penuh rasa bersalah, Daffa pun jadi merasa tak tega.
"Hushh. Gak masalah kok. Sesekali bersedekah kan bagus ya. Saya cuma ngerasa sedikit menyesal sih. Soalnya saya sendiri belum pernah ngerasain donatnya," Aku Daffa pada akhirnya.
"Oh! Kalo gitu besok aku sisain deh ya buat kamu!" Seru Anna secara spontan.
"Besok?"
"Iya. Besok."
Daffa tersenyum geli. Sebelum akhirnya menjawab, "Besok kan hari Minggu, Anna. Memangnya kampus buka?" Daffa terkekeh pelan menertawakan kekonyolan Anna.
"Oh iya, ya. Kalau gitu besok lusa gimana?" Tawar Anna kembali.
"Hmm.. boleh. Tapi kalo besok kamu mau ngajakin makan donat juga boleh," Ucap Daffa sambil tersenyum jahil.
"Hmm? Ada yang lucu?" Tanya Anna merasa bingung.
"Gak apa-apa." Daffa langsung menahan tawanya. "Cuma pingin ketawa aja tadi."
Dan mobil Bentley yang dikendarai mereka pun terus melaju. Meninggalkan bangunan kampus Airlangga jauh di belakang mereka.
***
Anna dan Daffa tiba di depan sebuah toko baju. Keduanya lalu masuk ke dalam toko.
Memasuki toko, seorang pelayan segera menghampiri keduanya.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Tanya pelayan toko itu kepada Daffa.
'Sepertinya pelayan pun tahu siapa diantara aku dan Daffa yang lebih punya uang,' pikir Anna dalam hati, saat menyadari kalau pelayan toko tampak mengacuhkan kehadirannya.
Anna melirik penampilan Daffa hari itu. Sekilas, Anna menilai penampilan Daffa tampak kasual.
Pemuda itu mengenakan kaos turtle neck hijau botol dengan celana denim panjang motif army. Rambut Daffa disisir seperti biasa, belah tengah. Dengan hanya sebuah arloji berwarna gold di pergelangan tangan kanannya.
Tapi melihat kilauan mata sang pelayan, sepertinya outfit Daffa hari ini cukup mengesankan pelayan itu.
"Saya sudah ada appointment dengan Yan Chen," Jawab Daffa dengan santai.
"Oh! Baik. Mari saya antar, Tuan!" Ucap pelayan itu. Terlihat pelayan tadi tampak gugup saat menyadari pengakuan Daffa soal appointment-nya.
Merasa penasaran, Anna pun bertanya. "Siapa itu Yan Chen?"
"Kenalan saya. Dia desainer sekaligus owner butik ini," Jawab Daffa.
Tiba-tiba saja Anna terpeleset sesuatu. Ia hampir saja terjatuh jika Daffa tak bersegera menangkap lengannya.
"Hati-hati!" Tegur Daffa.
Anna mengangguk malu. Kemudian ia melihat benda yang tadi hampir membuatnya terjatuh.
Sebuah bola bekel yang menyala kedip seukuran genggaman tangannya masih menggelinding pelan. Mungkin akibat tadi tertendang kakinya.
"Bola itu.."
Tak lama, terlihat seorang bocah perempuan berusia sekitar 5 tahun mengambil bola bekel itu.
Rambut anak perempuan itu ikal kecokelatan dan sepanjang bahu. Melihatnya, mengingatkan Anna pada barbie doll. Cantik sekali. Anna tersenyum pada anak perempuan itu yang lalu dibalas dengan sikap acuh.
'Hm. Sayang banget. Cantik tapi kurang senyum,' nilai Anna.
Kemudian Anak perempuan itu melihat ke arah Daffa. Seketika, ekspresinya berubah 180 derajat.
"Uncle Daff!" Seru anak perempuan itu dengan ceria.
Anak perempuan itu lalu menghampiri dan memeluk kaki Daff. Sikap selanjutnya Daffa membuat Anna terkejut. Karena Daffa kemudian duduk jongkok untuk mensejajarkan pandangannya dengan wajah anak perempuan cantik itu.
"Catherine," Sapa Daffa. Ia menepuk pelan kepala anak yang bernama Catherine itu dengan tatapan sayang.
"Uncle mau main sama Cathy?" Tanya Catherine.
"No, Catherine. Uncle mau beli baju," Jawab Daffa. "Catherine ke sini dengan siapa?"
"Mommy. Mommy juga beli baju," Jawab Catherine seraya menunjuk ke belakang Daff.
Anna dan Daffa menengok ke arah yang ditunjuk oleh Catherine. Pandangan mereka terhenti pada sosok wanita usia awal empat puluhan yang kini berjalan menghampiri mereka.
Wanita itu berpenampilan elegan dalam seragam kantor berwarna merah. Wajahnya cukup cantik, dengan rambut yang disanggul rapih cukup tinggi. Seulas senyum terbentuk pada bibirnya yang merah.
Mulanya pandangan wanita itu hanya tertuju pada Daffa. Yang dibalas dengan senyuman dingin oleh pemuda itu. Tapi lalu wanita itu menangkap sosok Anna yang berdiri di dekat Daffa.
Ada keterkejutan yang Anna tangkap di mata sipit wanita itu. Lalu pandangan matanya nampak menilai penampilan Anna. Membuat Anna merasa tak nyaman.
Maklum saja. Saat itu Anna hanya mengenakan kemeja kotak ukuran L yang cukup longgar serta celana jins yang agak lusuh. Sepatu kets yang dikenakannya pun nampak tak berharga dibanding sepatu pantofel dengan heel 5cm yang dikenakan wanita itu.
Benar saja. Beberapa detik setelah menilai penampilan Anna, wanita itu memberikannya senyuman sinis. Membuat Anna mengepalkan tangannya dan langsung menundukkan pandangan.
Tak lama kemudian sebuah tangan menggenggam kepalan tangan Anna. Anna menengadah untuk melihat Daffa yang memberikan senyuman padanya. Seolah-olah pemuda itu ingin mengatakan pada Anna untuk tidak takut menghadapi wanita yang memberinya pandangan sinis tadi.
Melihat interaksi Daffa dan Anna, wanita di hadapan mereka terlihat menaikkan satu alisnya.
"Mommy.. Cathy found the ball! (Mama, Cathy menemukan bolanya!)" Seru Catherine seraya menunjukkan bolanya kepada ibunya.
"Good. Keep your ball, child (Bagus. Jaga bolanya, Nak)!" wanita itu yang juga adalah ibu Catherine lalu menyapa Daffa.
"Daffa. I don't expect to meet you here. Especially today. I though you have appointment with Mr. Cheng from Everstone," Sapa wanita itu pada Daffa.
(Daffa, aku tak menyangka bisa bertemu denganmu di sini. Terlebih hari ini. Kukira kamu ada pertemuan dengan Tuan Cheng dari Everstone)
"No. I'm free today.. sis," (Tidak. Aku libur hari ini... Kak) Ucap Daffa dengan nada dingin.
Anna terkejut. Dalam hatinya ia menduga-duga. 'Wanita ini tak mirip dengan Daffa. Tapi Daffa memanggilnya Sis. Kakak perempuan. Keduanya pun nampaknya tak akur. Sebenarnya siapa wanita ini?' Anna bertanya-tanya.
"And who is this lady here?" (Dan siapa Nona ini?) Tanya wanita itu lagi.
Kini semua pandangan tertuju pada Anna. Membuat Anna tiba-tiba jadi merasa gugup.
Lalu tangan Daffa memeluk bahu Anna. Dengan nada santai, ia memperkenalkan Anna pada kakak perempuannya itu.
"Anna. Kenalkan. Dia kakak saya. Marine.." Daffa berhenti sejenak.
Lalu ia melanjutkan ucapannya lagi. "Kak, perkenalkan. Ini Anna... Calon istri Daff."
Anna terkejut. Ditatapnya langsung wajah Daffa.
Tak menyangka kalau pemuda itu akan memperkenalkan dirinya pada keluarganya secepat ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Endang Winarsih
Daffa istebes
2022-07-11
2
🎮 ⏤͟͟͞ROcthie ଓε⚽🏚€
Daffa... kusuka gayamu 😊😊😊
2022-05-05
4
Author yang kece dong
ayo lanjutkan mataku mau mengatup tapi tak baca aja 🤗✌
2022-05-03
3