~Setiap perjumpaan adalah sebuah kesempatan.
Pandanganmu terhadap setiap perjumpaan akan mempengaruhi hasil akhir dari kesempatan yang kau miliki.
Jika pandanganmu baik terhadap perjumpaan itu, maka kesempatan yang datang kpadamu akan mjd sesuatu yang baik pula.
Begitupun sebaliknya~
***
Memasuki butik, Anna langsung mengantarkan pesanan Mama Ira ke salah satu pelayan di sana. Anehnya, setelah menyebutkan namanya, pelayan itu tak langsung membuat nota untuk tanda bukti pesanan Anna dan malah mempersilahkan Anna untuk duduk menunggu di ruang tunggu.
Tak lama datang pelayan lain yang mengukur panjang badan, lengan dan kaki Anna. Lalu ia kembali diminta untuk menunggu kembali.
Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, barulah Anna menyadari sebab keanehan sikap pelayan yang menyambutnya tadi. Itu disadarinya ketika ia melihat Frans masuk ke dalam butik dan langsung menghampirinya di ruang tunggu.
"Hello, Anna. Udah lama nunggu Aku ya?" Ucap Frans dengan gaya angkuhnya.
"Kenapa kamu di sini?" Tanya Anna dengan perasaan was-was.
Anna menebak kalau permintaan Mama Ira agar ia ke butik Sphera ini hanyalah jebakan sehingga ia bisa berjumpa dengan Frans di sini.
"Ya untuk beli baju lah, Cantik. Ke butik buat apalagi coba?" Seloroh Frans sambil terkekeh.
Tak lama, pelayan yang tadi mengukur badan Anna kembali masuk. Kali ini ia mengukur pula panjang badan, lengan dan kaki Frans. Perasaan Anna mulai semakin tak enak.
"Jadi, kamu suka warna apa? Putih, krem atau baby pink?" Tanya Frans tiba-tiba.
Pertanyaan itu membuat Anna memicingkan matanya.
"Aku di sini tidak untuk membuat baju. Jadi tak perlu menanyakan warna kesukaanku," Jawab Anna dengan ketus.
"Ishk..ishk..ishk.. taringnya disimpen dulu dong, Cantik. Nunggu kita sampe di rumah ya Sayang, baru boleh main gulet-guletan."
Anna merasa mual. Ia langsung berdiri dan hendak menanyakan nota pesanannya pada pelayan di kasir.
Ia sudah tak tahan bersama dengan Frans dalam satu ruangan itu. Tapi Frans langsung mencegat dan menahan pergelangan tangannya.
"Eits. Tunggu dulu dong, Cantik. Kamu belum ngasih pilihanmu. Jadi mau putih, krem atau baby pink buat acara pertunangan kita nanti?"
"Lepasin tanganku, Frans! Siapa juga yang mau tunangan sama kamu. Jangan gila deh!"
"Soal cinta ke kamu sih kayaknya aku emang udah gila beneran deh. Mau gimana lagi dong. Hmm.. ngelihat bibir kamu yang pink itu kayaknya aku tahu warna yang cocok untuk kamu." Frans tiba-tiba menyentuh bibir Anna dengan ujung telunjuknya.
Anna bergidik. Dengan agak keras, ia menampik tangan Frans dan melangkah mundur sejauh mungkin.
"Jaga tanganmu, Frans! Jangan kira karena kita ada di tempat umum, bikin aku segan tuk ngelakuin hal yang terakhir kali aku lakuin ke kamu. Kalo kamu masih kurang ajar, aku tetap akan melakukannya lagi!" Ancam Anna sambil tetap melangkah mundur.
Sampai di detik itu, Frans memicingkan mata. Ia masih mengingat jelas rasa sakit yang dirasakan Mr. P nya oleh sebab tendangan Anna di kesempatan yang lalu.
Mengingat kejadian itu membuat Frans jadi kesal dan ingin membalas Anna dengan perbuatan yang lebih kejam. Ia harus memiliki Anna bagaimanapun caranya. Dan setelah ia mendapatkan gadis itu, ia akan menunjukkan pada gadis itu, siapa yang sebenarnya berkuasa di antara mereka.
Frans perlahan melangkah maju mendekati Anna. Ini membuat Anna semakin was-was. Apalagi Anna melihat kilat hasrat di mata Frans.
'Ini cowok gila banget! Apa aku harus teriak ya, di sini?' Anna membatin.
"Frans. Jangan gila ya, kamu. Kita di tempat umum. Jangan macem-macem ya Kamu!" Ancam Anna sambil berjalan mundur.
Anna memperkirakan ia masih cukup jauh dengan pintu keluar. Jadi ia takut jika ia berbalik badan dan lari, Frans masih cukup dekat untuk menariknya lagi ke dalam ruangan ini.
'Duh. Pelayan pada kemana sih?' rutuk Anna dalam hati.
"Anna.. Anna. Kamu pikir kamu selalu bisa menang ya dariku. Jangan mimpi deh, An. Kamu itu milikku," Seloroh Frans pelan.
"Kenapa sih harus aku. Aku tuh gak suka sama kamu, Frans. Kenapa kamu masih juga ngejar-ngejar aku, sih?"
"Hmm.. kenapa ya? Mungkin karena kamu cantik? Atau karena... Cinta?" Jawab Frans sambil tersenyum sinis.
"Aku gak percaya kalo yang kamu rasain buatku tuh cinta. Itu tuh cuma obsesif. Cuma keinginan untuk menang karena aku sering nolak kamu. Jadi please, tolong stop kegilaan ini!" Rayu Anna.
"Obsesif? Hmm.. may be. Tapi gak ada salahnya juga kan kalo kamu jadi milikku. Kita sama-sama win. Kamu dan keluargamu dapat jaminan kesejahteraan dari keluargaku yang kaya. Dan aku juga menang." Sejenak Frans tersenyum.
Senyuman yang membuat Anna bergidik dan ingin segera hengkang dari tempat ini. Terlebih ketika Anna mendengar kalimat lanjutan Frans. "Menang dapetin kamu selamanya."
'Ya Allah. Aku harus menjauh dari orang gila ini.' pikir Anna dalam hati.
Spontan saja Anna berbalik dan berlari sekencang-kencangnya menuju pintu. Ia berharap ia masih sempat untuk keluar sebelum Frans menahannya lagi.
"Cantik, tunggu!" Seru Frans.
Mendengar seruan Frans, Anna menoleh ke belakang. Dan mendapati jaraknya masih cukup dekat dengan lelaki itu. Dada Anna berdegup kencang. Ia benar-benar merasa takut saat ini.
'Allah tolong beri aku penyelamat!' jerit hati Anna.
Tak lama...
Gabruk.
Anna menabrak seseorang saat ia sudah hampir mencapai pintu. Untungnya dua buah tangan sigap menahan lengannya sehingga Anna tak jatuh karena tabrakan itu.
Anna hanya merasakan sedikit sakit di bagian kepala. Rasa sakit yang tak berarti jika dibandingkan dengan rasa takutnya jika Frans berhasil menangkapnya.
Anna lalu mengangkat pandangannya untuk melihat orang yang ditabraknya. Pertama-tama retinanya menangkap sosok tegap berjas biru dongker dengan dasi bermotif garis miring.
Lalu Anna menaikkan pandangannya hingga akhirnya ia bisa menatap ke dalam mata jernih dari sosok yang ditabraknya.
"Kamu?!"
Anna terkejut. Lelaki itu adalah lelaki tampan yang kemarin sempat membuat jantungnya berdegup saat ia membeli mie laksa untuk Zizi.
Selama beberapa saat keduanya bertatapan. Dan jantung Anna kembali berdegup. Kali ini ia yakin degupan ini bukan oleh sebab rasa takut yang dirasakannya seperti beberapa saat yang lalu. Tapi oleh perasaan asing yang.. entahlah.
"Anna!"
Panggilan dari Frans membuyarkan kontak mata kedua mudi itu. Dan Anna kembali merasa takut kalau-kalau pria asing di hadapannya itu akan pergi meninggalkannya sendiri dengan Frans.
"Aku.. maaf. Aku.."
Anna terbata-bata bicara. Tanpa disadarinya ia malah memegang jas depan pria asing itu. Isyarat meminta pertolongan.
Pria di hadapannya itu sejenak menatap Anna lekat-lekat. Wajah cantik, kulit putih, tapi ada rasa takut yang terlihat pada bola mata yang jernih miliknya.
Pria itu pun melihat bulir-bulir keringat di dahi wanita itu. Dan tangan wanita itu yang begitu erat memegang jas depannya. Nampaknya ia bisa menebak apa yang sedang terjadi pada wanita itu.
'Ia ketakutan,' batin Daffa, nama pria asing itu.
Daffa lalu melihat ke arah lelaki tinggi berwajah oriental tak jauh di depannya. Lalu melihat lagi ke arah baju dan penampilan Anna.
'Sepertinya belum terjadi sesuatu. Syukurlah.'
"Sudah selesai? Kalau sudah, ayo pulang!" Ucap Daffa tiba-tiba.
Anna mengerjap kebingungan. Rasa-rasanya ia tak mengenal lelaki di hadapannya ini. Tapi kenapa lelaki ini barusan seperti mengajaknya pulang. Anna masih diam tak menjawab. Ia takut salah bicara.
"Sudah belum, An? Ayo pulang."
Tanpa menunggu jawaban Anna, Daffa lalu meraih bahu Anna dan menuntunnya ke arah pintu. Anna yang tergugu hanya mengikuti langkah Daffa dengan patuh.
"Tunggu! Anna, kamu kenal dia?"
Panggilan Frans di belakangnya membuat Anna dan Daffa menghentikan langkah.
Anna memandang bingung pada Daffa. Tak tahu harus menjawab apa. Tapi ia ingin berlari pergi dari Frans sejauh mungkin.
"Aku.."
"Saya kekasihnya. Anda siapa ya?" Ucap Daffa tiba-tiba.
Anna dan Frans terkejut dengan ucapan yang baru saja mereka dengar. Dan keduanya langsung melihat lekat pada sosok Daffa. Frans lalu melihat wajah Anna. Dan ia mendapati hal yang mengganjal di wajahnya.
"Anna, siapa dia? Benarkah dia itu...?" Tanya Frans kembali.
"Dia.."
Anna masih ragu untuk menjawab. Tapi kemudian ia merasakan bahunya di remas lebih erat oleh lelaki asing di sampingnya. Ia tahu maksud lelaki itu. Lelaki itu ingin menolongnya.
"Ya. Dia pacarku. Jadi, jangan ganggu aku lagi, Frans!" Ucap Anna lugas.
"Tapi kata Mama Ira kamu gak punya pacar.."
"Sayangnya Mama Ira gak pernah jadi tempat curhatku jadi dia gak tahu kalo aku udah punya pacar. Jadi, berhenti gangguin aku lagi, Frans. Mending kita jalanin hidup kita masing-masing. Bye."
Dan Anna pun berlalu pergi. Dengan Daffa yang masih menuntunnya pergi dari butik Sphera.
Setelah di luar butik, Anna baru hendak berterima kasih pada lelaki yang telah menolongnya itu tapi kemudian Daffa menghentikannya.
"Syuut.. jangan di sini. Dia masih melihat kita. Biar kuantar kamu pulang. Ayo!"
Daffa lalu membuka pintu sebuah mobil yang tampak mahal menurut Anna. Awalnya Anna ragu untuk ikut masuk ke dalam mobil seorang pria asing. Tapi lalu ia menangkap bayangan Frans di kaca mobil di hadapannya.
'Ia benar. Frans masih melihat kami. Aku harus meyakinkan Frans untuk berhenti mengejarku.' Anna membatin.
Akhirnya dengan berani Anna masuk ke dalam mobil mahal itu bersama lelaki asing yang tak pernah dikenal olehnya sebelumnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Endang Winarsih
lanjut
2022-07-11
3
Ryoka2
Semangat Anna
2022-05-16
3
Hazhilka279
ku balik. baca dari awal. kebanyakan baca dan singgah novel. jadi aku error. kebanyakan nama mc nya sama. jadi bercampur cerita.
2022-05-14
4