Malam yang begitu dingin Amiraa menarik selimutnya hingga kini kepalanyapun ikut terbenam didalam selimut tebal berwarna pink bermotif hello kittynya.
Malam yang begitu sunyi dirumah yang terbilang tidak terlalu besar itu hanya dihuni oleh dirinya dan Rizal yang sedari tadi entah sedang apa didalam kamarnya.
"Amiraa bangun" Ucap Emilia yang sudah duduk disampingnya.
"Amiraa bangunlah ck..." Ucap Emilia yang kian mulai merasa kesal.
"Amiraaaaa!!!!" Teriak Emilia ditelinga Amiraa dengan begitu kencang.
Amiraapun membuka selimutnya dengan malas sebenarnya ia juga tau bahwa Emilia berada disana namun entahlah ia merasa sangat malas hari ini untuk melayani hal hal yang tidak masuk akal lagi.
"Ada apa?" Ucap Amiraa sambil mengucek kedua kelopak matanya yang masih terpejam.
"Amiraa dia sudah menunggu dibawah" Ucap Emilia.
"Siapa?" Tanya Amiraa penasaran.
"Dia anak kecil yang sudah kau beri janji waktu itu" Jawab Emilia.
"Emilia kau tau kan ini sudah tengah malam,katakan padanya besok saja" Ucap Amiraa seraya kembali merebahkan badannya.
"Ishh Amiraa janji adalah janji kau tidak boleh meng mengingkarinya!" Ucap Emilia sambil menunjukkan ekspresi kesalnya.
"Akhhh kalian para anak kecil membuat hidupku berantakan saja" Jawab Amiraa yang juga turut kesal.
"Si..siapa yang anak kecil?usiaku sebenarnya jauh lebih tu..tua darimu Amiraa" Ucap Emilia dengan wajah lucunya.
"Oh yaa lalu mengapa dari dulu wujudmu masih sama saja bahkan dulu aku sempat memanggilmu kakak karena kau lebih besar dariku nyatanya semakin aku tumbuh kau masih sama saja seperti anak anak Emilia hahahahah" Ucap Amiraa disertai tawa renyahnya kini rasa kantuknya hilang seketika saat menjahili Emilia yang selalu bertingkah seperti orang dewasa.
"Amiraa!cepat bantu anak itu!!bagaimanapun kau sudah menjanjikan hal itu dan kau memberinya harapan!!" Ucap Emilia dengan suaranya yang masih seperti anak berusia 9tahun.
"Iya...iya katakan padanya aku akan bersiap kalian berdua jangan ada yang berisik malam ini aku akan menyelinap keluar tanpa sepengetahuan mas Rizal mengerti!" Ucap Amiraa penuh penegasan pada Emilia yang kini terlihat tersenyum bahagia.
"Apa apaan kau ini bukankah manusia selain dirimu tidak dapat mendengar kami?bahkan melihat saja tidak kan?" Ucap Emilia sambil menatap kearah Amiraa yang tengah memakai jaketnya.
"Siapa tau seperti kemarin saat Aska ada disini dan tiba tiba saja menangis itu karena ulahmu kan?sudah kukatakan berkali kali kau tidak boleh mengikutiku kerumah ini apalagi ada Aska yang matanya masih suci jadi ia bisa melihat wujudmu yang menyeramkan" Ucap Amiraa yang nampaknya membuat Emilia seketika menunduk dan merasa bersalah.
"Maafkan aku Amiraa aku hanya rindu kepada Edward entah dimana ia sekarang aku ingin sekali melihatnya lalu memberinya petunjuk dan aku akan menghilang keduniaku untuk selamanya" Jawab Emilia bahkan hantu anak anakpun juga bisa menangis dan menitikan air mata batin Amiraa yang juga seolah ikut merasakan kesedihan Emilia.
"Baiklah aku akan memaafkankanmu meski aku tidak menyalahkanmu lain kali jangan diulangi lagi" Ucap Amiraa seraya menundukkan badannya lantas memberikan pelukan hangat kepada Emilia.
Hal yang kerap Amiraa lakukan tanpa sepengetahuan orang lain selama ini,kedua makhluk yang jelas sudah berbeda alampun itu seolah saling mengerti dan untuk Amiraa tak perlu berbicara menggunakan suaranya melainkan cukup menggunakan suara batinnya saja.
Amiraa bersiap melangkahkan kakinya sepelan mungkin terlebih saat melintasi kamar Rizal.Benar benar berasa menguji adrenalin ketika kala itu ia menuruni anak tangga hingga nafas legapun terhembus dari hidung Amiraa kala mencapai pintu utama.
Tak lupa Amiraa membawa kunci cadangan saat itu,setibanya didepan rumah Amiraa buru buru sedikit berlari untuk menuju jalan raya mau bagaimana lagi jika ia memesan ojek online itu terlalu beresiko akhirnya iapun memberhentikan taxi.
Hingga taxi itupuk berhenti pada sebuah bangunan hotel tinggi yang terlihat begitu sangat mewah.Amiraa mengikuti langkah anak laki laki kecil itu melewati area basement hotel.
"Kak disini mereka menguburku" Ucap anak kecil tersebut.
Amiraa segera membulatkan mata ketika mengikuti arahan telunjuk jari kecil itu yang mengarah ketembok beton yang ada disampingnya.
"Kau yakin?" Tanya Amiraa.
"Iya kak mereka menanamku didalam tembok ini dengan keadaan berdiri setelah memukulku berkali kali" Jawabnya dengan bola mata yang kian menghitam keseluruhannya.
Amiraapun diperlihatkan pada sebuah rangkain kejadian yang entah itu ditahun keberapa.
Saat itu dua orang dewasa pria dan wanita yang terlihat mengandung tengah bertengkar hebat adu mulut secara kebetulan pula anak kecil itupun tidak sengaja mengetahui apa pembicaraan dari orang orang tersebut sehingga membuat kedua orang dewasa itupun terkejut ketika melihat anak kecil yang berkali kali Amiraa tanyai soal namanya hanya mampu menjawab tidak tau.
Tidak mau rahasia mereka terbongkar akhirnya pria tersebut memutuskan untuk mengejar anak laki laki itu hingga ia terjatuh dan tertangkap oleh sang pria.
"Kau jahat!!" Ucap anak kecil itu seraya berteriak dan menangis.
"Tutup mulutmu jika kau masih ingin hidup!" Ucap sang pria dengan nada ancaman yang serius.
"Aku tidak akan membiarkanmu menghianati dan melukai mamaku!!" Ucapnya lagi diiringi dengan tangisanya.
Namun pria itupun semakin murka dengan ucapan anak kecil tersebut lalu melepas ikat pinggang yang sedang ia kenakan dan mencambuknya berkali kali hingga darah segar mulai membasahi kaos berwarna biru muda itu.
Dihadapan wanita yang tengah hamil tersebut pria itu masih tidak puas melihat anak kecil yang sudah tidak berdaya dan hanya mampu merintih.Lantas iapun mengambil sebuah balok kayu dan memukulkannya tepat mengenai kepala belakang anak itu hingga pingsan.
"Mas cukup!!dia mati mas kau bisa menghancurkan rencana kita" Ucap seorang wanita yang tengah hamil itu dengan penuh ketakutan.
Sadar dengan apa yang telah ia perbuat dan apa konsekuensi yang akan ia dapatkan lantas sang priapun segera memasukan anak kecil itu kedalam bagasi mobil.
"Ayo cepat masuklah" Ucap sang pria seraya menarik lengan wanita itu agar sampai pada mobilnya.
Mobil itupun berhenti disebuah konstruksi bangunan yang belum rampung dengan terburu buru pria itupun kembali menggendong anak kecil yang tengah tak berdaya tersebut.
Pria itupun menyandarkan anak kecil tersebut pada sebuah dinding yang rencananya dibuat dobel untuk memperkuat struktur pondasi bangunan.
Pria itupun mengambil sisa sisa semen yang telah bercampur pasir menggunakan sekop lalu menutupkannya pada anak kecil yang posisinya terhimpit.
Sebenarnya anak kecil pada malam kejadia itu belum mati bahkan kesadarannya masih ada dan ia tau bahwa saat itu tubuh kecilnya perlahan mulai tertutupi oleh material pasir dan semen ingin ia berteriak namun bibir kecilnya terlalu kelu untuk dibuka karena luka robek disudut bibirnya yang lumayan parah.
VISUAL EMILIA
BERSAMBUNG🍇🍇🍇🍇🍇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments