Pagi pagi buta Amiraa terbangun lantaran mendengar suara Aska yang tengah merengek minta susu.
Dengan segera ia berjalan dan menyiapkan susu pada botol dot namun ia melihat stok air panas sudah habis.
"Aska tunggu disini sebentar ya sayang mbak ambil air panas dulu,cupp gak boleh nangis" Ucap Amiraa dengan lembut kepada balita yang saat ini langsung terdiam seketika.
Buru buru Amiraa berjalan menuruni anak tangga dan menuju ke dapur untuk mengambil air panas.
"Lah kenapa mas Rizal tidur disini" Batin Amiraa yang seketika memelankan langkah kakinya ketika melihat Rizal yang tengah tidur pada sofa depan televisi.
Sekembalinya Amiraa dari dapur ia menatap sekilas Rizal yang tengah tertidur dengan pulas nampak juga tangannya yang berwarna hijau kebiruan seolah habis meninju sesuatu.
Dengan sangat hati hati Amiraa mematikan televisi menggunakan remote yang ada disamping Rizal.
"Bangs*ttt!!kau wanita biada*p!!!" Ucap Rizal yang rupanya mengigau namun hal itu cukup mengagetkan Amiraa.
"Astaga untuk air panas ini tidak tumpah" Ucap Amiraa dalam batin sembari memegang i cangkir besar berisi air panas.
"Siapa yang dimaksud mas Rizal tadi ya?ahh sudahlah toh lagian mengigau"Ucap Amiraa lirih sambil terus berjalan menuju kamarnya.
Setelah memberikan susu ia menimang sebentar balita tampan itu hingga kembali tertidur pulas,dan kini sudah saatnya Amiraa mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya.
Hingga jam menunjukkan pukul 08.00 pagi Rizal yang baru saja selesai mandi segera duduk dimeja makan.
"Apa kau yang memasaknya?" Tanya Amiraa yang kini tengah membereskan sampah dapur.
"Iya mas" Jawab Amiraa singkat.
"Siapa yang menyuruhmu belanja apakah Laras?apakah dia yang memberimu uang?" Tanya Rizal yang kini terlihat sangat dingin.
"Enggg ti..tidak mas aku berbelanja sendiri tadi pagi" Jawab Amiraa sedikit gugup setelah melihat tatapan Rizal yang tidak seperti biasanya.
"Dapat uang dari mana kau?" Tanya Rizal kembali.
"Emm aku habis gajian mas" Jawab Amiraa sejujurnya.
"Kenapa aura mas Rizal menyeramkan sih" Batin Amiraa.
Pandangan Amiraa tak pernah lepas pada telapak tangan Rizal yang terlihat memar dan lebam yang saat itu terlihat sedikit sulit untuk mengambil nasi dan sayur yang sudah disediakan oleh Amiraa dimeja.
"Mau ku bantu mas?" Tawar Amiraa dengan sedikit ragu namun Rizal tak menjawab sepatah katapun hanya menjawab dengan tindakan yang mana ia segera menaruh centong nasi.
Amiraapun lantas mencuci tangan terlebih dahulu lalu mengambilkan nasi dan juga lauk untuk Rizal.
Tak beberapa lama kemudian Laras turun sambil menggendong Aska ia yang sejak tadi diam diam memperhatikan kini sudah tidak dapat menahannya lagi.
"Apa apaan ini,heh!!Amiraa seharusnya kau sadar diri dia itu kakak ipar mu!!" Sarkas Laras dengan wajah yang berapi api.
"A..aku tidak ada maksud apa apa mbak" Jawab Amiraa sambil sedikit memperhatikan Rizal yang tampak tak menggubris Laras sama sekali dan memilih untuk melanjutkan makannya.
"Apanya yang tidak bermaksud bukankah kau berusaha menggoda suamiku?ternyata benar ya apa yang dikatakan oleh rekan kerjamu padaku bahwa kau memang suka menggoda suami orang termasuk seniormu itu!!" Ucap Laras sambil berteriak hingga membuat Aska yang berada didalam pelukannya pun turut menangis.
"Ma..mahhh" Panggil Aska diiringi tangisannya namun tampaknya Laras sama sekali tidak menggubris.
"Mbak aku tidak seperti itu,itu fitnah mbak aku sama sekali tidak menggoda siapapun" Ucap Amiraa membela diri.
Ia bahkan masih bingung dengan siapa orang yang telah begitu tega mengatakan itu semua apakah itu Dody sepertinya pria itu juga tidak mungkin melakukan hal sekotor itu lantas siapa?.
Hal hal yang memenuhi pikiran Amiraa saat ini adalah tuduhan mengenai dirinya yang diucapkan Laras adalah sama sekali bukan perbuatannya.
"Diam kau Amiraa!sekarang juga kau pergilah untuk resign ke atasanmu pulalah kembali ke kampung halamanmu aku tidak mau lagi memberimu tumpangan pada wanita menjijikan sepertimu!" Cerca Laras tanpa jeda pada Amiraa yang kini tengah menangis berusaha menjelaskan apa adanya.
"Buang air mata palsu mu itu wanita murahan!!" Ucap Laras yang seketika mendapatkan jawaban dari Rizal yang sejak tadi memilih diam.
"Cukup sandiwara pagi hari ini!" Jawab Rizal dengan nada penuh penegasan.
"Drama apalagi mas sudah kukatakan dia itu berusaha menggoda mu dan benar saja dia itu wanita mura-"
"Kau diam sendiri atau aku yang akan membuat mulutmu itu diam Laras!!" Ucap Rizal dengan rahang yang mengeras kali ini benar benar terlihat aura yang begitu menyeramkan di wajah Rizal.
"Tap..tapi mas kau membelanya begitu?aku istrimu mas" Ucap Laras yang merasa tidak terima dengan Rizal yang biasanya hanya diam dan bahkan semua ucapan Laras pun ia turuti.
"Siapa disini yang lebih murahan kau atau dia!!" Tunjuk Rizal tepat dihadapan Amiraa yang masih menangis tak mampu berkata kata lagi.
"Mas aku-" Ucap Laras berusaha berkata.
"Diam!!!aku bilang diam!!disini biarkan aku yang berbicara!!" Ucap Rizal seraya menurunkan Aska yang masih menangis.
"Maafkan papa nak,masuklah kedalam kamar itu ya" Ucap Rizal yang seketika berubah lembut ketika berbicara dengan Aska dan hebatnya lagi Aska seketika ikut terdiam dan berjalan memasuki kamar tamu yang ada dilantai bawah tak lupa pula menutup pintu itu meski tak dapat menggapai gagang pintu agar pintu tertutup dengan rapat.
Tatapan Rizal kini kembali mengarah kepada Laras yang tengah berdiri terdiam sambil terus memperhatikan Amiraa yang masih sama berdiri mematung ditempatnya.
"Aku kurang apa selama ini padamu Laras?semua yang kau inginkan aku berusaha mati Matian agar bisa menuruti kemauan mu itu dan aku sudah cukup bersabar dengan kelakuanmu padaku" Ucap Rizal dengan lirih dihadapan Laras.
"Aku sangat sangat mencintaimu aku melakukan segala cara demi mebahagiakan mu lalu kau" Ucap Rizal sambil mengangkat jari telunjuknya tepat dihadapan wajah Laras.
"Kau dengan mudahnya mengkhianati kepercayaan ku?kurang apa aku padamu?" Tanya Rizal pada Laras yang kini terlihat sedikit gemetar namun juga tidak dapat membuat pandangan Laras tertunduk sedikitpun.
"Apa maksudmu mas apa kau memiliki bukti,jangan membuai mas aku tidak akan mengkhianati cintamu" Ucap Laras yang juga masih disaksikan oleh Amiraa.
Wrekkk...suara piyama Laras yang dibuka paksa oleh Rizal hingga membuat kancing kancing itu bertaburan dilantai marmer.
Suasana seketika hening begitupula Amiraa yang hanya membulatkan matanya melihat kejadian dihadapannya bukan prihal Rizal yang dengan kasar membuka piyama Laras melainkan begitu banyak tanda kiss mark yang ada pada dada ranum Laras.
Amiraa menutup mulutnya sendiri masih ada kebingungan yang terpancar diwajahnya dan begitu banyak pertanyaan yang ada didalam kepalanya.
BERSAMBUNG..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments