Seminggu telah berlalu Amiraa menjalani kehidupannya seperti biasa hanya saja yang membedakannya adalah tidak ada Laras lagi dirumah itu.
Hanya ada dia Rizal dan juga Aska yang setiap malam tidur dengannya terkadang juga dengan Rizal apabila Amiraa pulang malam.
Kejadian itu juga tidak terlepas dari Ibu Rani selaku mama Rizal yang kerap kali harus pulang pergi untuk menjaga Aska kebetulan rumah Rizal tidka begitu jauh dari rumah mama Rani.
Hari ini seusai sarapan pagi bersama Rizal dan mama Rani Amiraa harus segera bergegas untuk berangkat kerja.
"Tunggu dulu Amiraa" Ucap mama Rani seraya menahan lengan Amiraa.
"Iya tante?" Ucap Amiraa.
"Tante mau bicara sama kamu" Ucap mama Rani dengan lembut sehingga membuat Amiraa kembali duduk dikursinya.
"Kau boleh memanggilku mama nak anggap saja tante ini ibumu sendiri lupakan bahwa saat ini kita memang tidak memiliki hubungan darah sama sekali mulai sekarang kita semua satu keluarga" Ucap mama Rani terlihat senyum tulus itu terpancar disudut bibirnya.
"Mama tau kau memiliki orang tua dikampung dan statusmu yang sesungguhnya,mama tidak akan memisahkan kalian jika Amiraa ingin pulang silahkan nak biar Aska sama mama" Imbuh mama Rani kembali membuat Amiraa merasa sungkan diperlakukan baik oleh keluarga Rizal yang mana Amiraa sendiri masih keponakan Laras dan atas perlakuan Laras yang seperti itu Amiraa malah dianggap sebagai keluarga.
"I...iya ma terimakasih maaf ya ma soal mbak Laras" Ucap Amiraa sambil menunduk.
"Itu bukan salahmu nak biarlah itu menjadi urusan pribadi diantara mereka karena memang itu masalah rumah tangga mereka" Jawab mama Rani.
"Iya ma emm Amiraa nyuci piring dulu ma" Ucap Amiraa.
"Sudah biarkan saja nak nanti mama yang bersih bersih sekalian mama akan membawa Aska pulang kerumah mama mungkin satu minggu sekali pas Rizal libur mama akan antarkan Aska kemari,mama gak kuat jika harus pulang pergi" Ucap mama Rani sambil memegang lututnya yang terkadang asam uratnya memang kambuh.
"Oh begitu ya ma yasudah kalau itu keputusan mama" Ucap Amiraa dengan sopan.
"Maaf ya ma Amiraa pamit kerja dulu maaf sudah merepotkan" Ucap Amiraa kembali dengan malu malu sambil berpamitan mencium telapak tangan mama Rani.
Ditengah perjalan menuju tempat kerja Amiraa sesekali Amiraa mengalihkan pandangannya menatap sang mentari yang mulai menampakkan cahayanya dengan terang.
"Amiraa kayaknya nanti mas lembur deh kamu gakpapa kan kalau pesen ojek online" Ucap Rizal.
"Gak apa apa kok mas nanti biar bareng aja sama temen Amiraa" Jawab Amiraa.
"Siapa Mir laki laki yang waktu itu?" Tanya Rizal yang masih fokus menyetir.
"Iya mas Renno nanti pulang sore jamnya juga sama dengan jam Amiraa kok gak papa kan mas?" Ucap Amiraa yang sedikit ragu.
"Yasudah gak papa Mir tapi jangan bawa mampir dulu ya kan dirumah tidak ada orang nanti takut terjadi hal yang tidak tidak" Ucap Rizal dengan penegasan.
Amiraa mengerti dengan maksud yang Rizal katakan lantas Amiraapun mengiyakan saja Amiraa karena kerap kali orang tuanya dikampung juga mengingatkan hal yang sama.
"Hati hati dijalan mas" Ucap Amiraa sambil menatap motor Rizal yang kini kian menjauh.
"Diantar kakak ipar ya Mir?" Tanya Anang yang juga baru saja sampai.
"Ehh iya mas" Jawab Amiraa sedikit tersipu malu pasalnya hanya wajah tampan Ananglah yang selama ini menjadi penyemangat Amiraa disaat kerjaanya sedang bermasalah.
"Dengar dengan kakak sepupumu pergi meninggalkan pria barusan jadi dia duda dong Mir?" Ucap Anang secara gamblang yang membuat Amiraa sedikit tercengang dan berfikir sangat keras bagaimana Anang bisa tau.
"Ehh iya" Jawab Amiraa seraya buru buru pergi menuju meja kasirnya.
"Enak dong Mir berduaan dengan duda masih muda lagi" Ucap Anang kembali yang kali ini membuat Amiraa tidak habis fikir dengan ucapan Anang yang kian dirasa semakin kurang ajar.
"Maksudmu apa sih mas gak jelas deh" Ucap Amiraa mengalihkan topik pembicaraan.
"Gak usah munafik deh Mir usiamu yang baru 19 tahun ini kurasa kau juga sudah tidak polos polos banget,sekarang bayangkan dirumah berduaan bersama dengan seorang lelaki dewasa statusnya duda yang baru saja ditinggal pergi istrinya tidak mungkin kan kalian tidak melakukan apapun" Ucap Anang sambil menarik ujung bibirnya keatas seolah olah kali ini ia menebak dengan benar.
"Jaga ucapanmu Nang!" Ucap Dody yang saat itu juga mendengar ucapan Anang.
"Apa sih mas gausa ikut campur deh mentang mentang senior" Ucap Anang dengan nada yang membuat siapapun yang mendengarnya pasti tersulut emosi.
"Senior adalah saat kita sudah kerja Nang kalau belum ya bukan!" Ucap Dody seraya memajukan dada bidangnya.
"Sudah sudah kalian apa apaan sih mau ribut?kalian sudah dewasa" Ucap Amiraa seraya melerai dua orang lelaki yang tengah mulai mencoba adu kekuatan.
"Aku membelamu Amiraa" Ucap Dody seraya menggenggam tangan Amiraa dengan kuat.
"Akhh...sakit mas" Ucap Amiraa sambil meringis pasalnya kali ini Dody benar benar mencengkramnya dengan kuat hingga menimbulkan bekas yang memerah dilengan Amiraa.
"Cihh..kau benar benar penggoda yang sudah handal" Celetuk Anang sambil berdecih kearah Amiraa.
plakkk...sebuah tamparan dengan keras mendarat dipipi sebelah kiri Anang.
Rasa panas yang kian menjalar hingga sebuah tanda jari jari lentik Amiraa mengecap dengan sempurna diwajah pria tampan yang kerap Amiraa kagumi.
"Sudah cukup mas!!aku sejak tadi diam bukan berarti aku takut padamu dan lagi kau merendahkanku lagi tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi!" Ucap Amiraa yang kini mulai terbakar oleh api emosi.
Dody yang melihat kemarahan Amiraapun memundurkan kakinya masih teringat dengan jelas dikepalanya kala pagi itu Amiraa yang memberontak dan menyerangnya secara membabi buta seolah itu bukanlah sikap Amiraa yang terkenal dengan kesabaran dan kelembutannya.
"Kau menamparku?kau akan menyesal!dan kau akan tau akibatnya!!" Ucap Anang seraya pergi keruangan istirahat sambil memegangi pipinya yang terasa panas.
Kini Amiraa menatap tajam kearah Dody yang juga masih berdiri ditempat yang sama.
"Urusan kita soal kemarin juga belum selesai mas!" Ucap Amiraa yang terdengar dingin seraya pergi menuju meja kasirnya.
Kejadian tersebut tak terlepas melalui sorot kamera CCTV yang mana pemiliki usaha yaitu pak Sam juga melihatnya melalui tab belogo apel itu diruangan pribadinya.
"Menarik" Ucap pak Sam dengan senyumannya yang terlihat begitu mengerikan.
Tak lama setelag itu ia menggeser sebuah video yang terekam melalui kamera CCTV hanya saja letak kamera itu ada pada toilet wanita didalam Caffe.
Senyum puas terbit pada wajah pak Sam ketika melihat adegan seorang wanita tanpa sehelai benangpun berlenggak lenggok dan menatap kearah CCTV.
"Kau wanita yang bisa diandalkan" Lirih pak Sam sambil matanya selalu awas dan menikmati gerakan yang ada pada layar tabnya tersebut.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments