Dimalam hari yang sunyi Amiraa duduk seorang diri diatas balkon rumah Laras ia masih terbayang akan sosok pria tampan yang sore itu mengantarkan makanan untuknya.
ting...Sebuah notifikasi diponselnya terdengar berbunyi namun dengan sengaja Amiraa hiraukan.
ting...ponsel miliknya kembali berbunyi hingga beberapa kali.
"ck..siapa sih ganggu saja" umpat Amiraa sedikit kesal hingga sebelum ia mengambil ponsel tersebut sudah ada panggilan masuk dari nomor yang tidak ia ketahui siapa orangnya.
"angkat tidak ya bagaimana kalau nanti ternyata david menyebalkan itu" ucap Amiraa.
"hallo..dengan siapa?" Ucap Amiraa sedikit ragu.
"hallo Amiraa,maaf mengganggumu" jawab pria tersebut.
Amiraa merasa lega bahwa itu bukanlah david akan tetapi pria asing.
"iya dengan siapa ya ini?" tanya Amiraa kembali.
"emm aku Renno yang tadi sore mengantarkan makanan dari bu Fitri" jawab Renno apa adanya.
Amiraa diam seribu bahasa ketika tau siapa yang menelfonnya malam itu ada guratan senyum dibibirnya begitu pula debaran didadanya yang ia rasakan.
"Amiraa kau masih disana kan" Ucap Renno.
"Amiraa.." Panggil Renno untuk kesekian kalinya hingga kali ini mampu mengembalikan kesadaran Amiraa kembali.
"Ahh..emm iya Renno kau bicara apa tadi?" Tanya Amiraa gelagapan dan sedikit salah tingkah.
"Tidak aku hanya memanggilmu saja tapi sepertinya kau tidak mendengarkanku Amiraa" Jawab Renno dengan nada yang seolah dibuat sedikit kecewa.
"Ahh..maafkan aku Ren bukan begitu tap..tapi-" Ucap Amiraa terputus.
"Kau dimana sekarang Amiraa ini sudah malam kenapa tidak tidur" Sahut Renno.
"Aku dirumah sepupuku dan ini mau tidur kok" Jawab Amiraa.
"Benarkah,masuklah kedalam kamarmu Amiraa atau setidaknya pakailah jaket" Ucap Renno.
"What..dia tau dari mana jika aku sedang diluar" Batin Amiraa.
"Sok tau kamu Ren ini aku sedang dikamar kok" Ucap Amiraa.
"Tidak perlu berbohong Amiraa masuklah jika tidak aku akan menghampirimu" Ucap Renno.
Amiraa sedikit menundukkan pandangannya ia tahu bahwa ia sedang sendirian jalan kecil atau jalan alternatif didepan rumah Laras juga sepi bahkan sedari tadi tidak ada kendaraan satupun yang lewat lalu bagaimana Renno bisa tau.
"Baiklah aku masuk" Ucap Amiraa beranjak dari tempat dimana ia duduk menuju kamarnya tak lupa sebelum itu ia mengunci pintu depan.
"Yasudah kalau begitu cepat tidur ya Amiraa selamat malam" Ucap Renno.
"Iya selamat malam juga" Jawab Amiraa.
"Hufttt...dia tidak mungkin kan tinggal disekitar sini lalu melihatku duduk dibalkon tadi lalu mengapa dia tau bahwa aku sedang disana?" Ucap Amiraa bermonolog.
"Ahh sudahlah barang kali si tampan itu hanya menebak saja" Ucap Amira lagi sambil menutupi tubuhnya menggunakan selimut.
Sementara dilain tempat seorang pria yang kini juga sedang merebahkan dirinya sembari menatap langit langit kamar tengah merasa kesulitan untuk memejamkan kelopak matanya.
"Mangapa yang ada disetiap tubuhmu menjadi candu Amiraa bahkan tatapan matamulah yang membuatku menyimpan perasaan sialan ini" Ucapnya dalam batin hingga sebuah suara perempuan membuyarkan lamunannya.
"Mas sudah malam kenapa tidak tidur" Ucap seorang wanita yang baru saja memasuki kamar.
"Mas belum ngantuk" Jawabnya singkat sambil memperhatikan wanita yang kini berjalan kearahnya bahkan sepersekian detik sudah berada disampingnya.
Wanita yang hanya menggunakan daster dan rambut yang dicepol sembarangan bahkan penampilannya seolah menunjukkan bahwa setatusnya merupakan ibu rumah tangga.
Dia merupakan Aldara istri dari Dody selama ini Dody memang tidak menyembunyikan statusnya bahwa ia sudah tidak lajang akan tetapi Dody jarang sekali memperkenalkan sang istri dihadapan banyak orang menurutnya pernikahannya dengan Aldara bukanlah keinginanya seorang diri melainkan sebuah jebakan dimana saat itu orang tua Aldara mendesak Dody untuk segerea menikahi putrinya karena mereka berdua kerap kali sering bersama.
"Bagaimana pekerjaanmu mas" Tanya Dara.
"Baik baik saja" Jawab Dody singkat.
Percakapan itu menjadi penutup sebelum pada akhirnya mereka terlelap dengan fikiran mereka masing masing meskipun Dody tidak sepenuhnya memejamkan mata.
Keesokan harinya pagi pagi sekali Amiraa dibangunkan oleh suara teriakan dari laras yang sedang memarahi Azka yang entah apa itu penyebabnya.
Amiraa segera turun memeriksa dan diruang tamu ia sudah menemukan Azka yang sedang menangis hebat.
"Mbak kenapa?ada apa?" Tanya Amiraa namun tak kunjung juga mendapatkan jawaban dari Laras.
Amiraapun segera menggendong Azka kepelukannya dan ia bawalah menuju kamarnya bersusah payah Amiraa menenangkan Azka hingga balita itupun tertidur dengan nyenyak dikamarnya setelah lelah menangis.
Amiraa segera kembali turun ia tau apa yang seharusnya ia kerjakan aktivitas sebelumnya membersihkan rumah sudah menjadi tugasnya bahkan kini Laraspun membuatkan sebuah jadwal yang mana harus dilakukan oleh Amiraa mulai membersihkan lantai satu hingga lantai dua.
Baru setelah selesai Amiraa makan dan melanjutkan mandi lalu bergegas menuju tempatnya bekerja.Bagi Amiraa itu tidak masalah ia sadar bahwa dirinya hanya menumpang dirumah Laras.
Setibanya di Caffe Amiraa dikejutkan dengan seorang pria yang tak lain adalah Dody yang secara langsung merangkul bahunya sambil memasuki pintu utama.
"Baru sampe kak?" Tanya Amiraa.
"Iya" Jawab Dody dingin.
"Kamu manggilnya mas gausah kakak yang mengartikan disini saya sebagai seorang senior menegrti" Ucap Dody dengan tegas.
"Iya ka- ehh mas" Jawab Amiraa hampir keceplosan.
"Mas jangan gini kah nanti diliat sama yang lain gak enak" Jawab Amiraa merasa risih takala jemari Dody sedikit meremas bahunya.
"Memangnya kenapa mereka juga tidak akan berfikir yang tidak tidak bukankah kau juniorku" Ucap Dody.
"Iy..iya mas tap-tapi.." Ucap Amiraa terhenti ketika melihat Dody melepas rangkulan itu dengan kasar lalu beranjak dengan cepat menuju ruang istirahat.
"Apa aku menyinggungnya ya tadi" Ucap Amiraa membatin.
"Ahh..sudahlah Amiraa berfokuslah untuk berkerja saja jangan fikirkan yang aneh aneh" Ucap Amiraa bermonolog.
Pandangannya sedikit terganggu saat ia mengoreksi kembali catatan keuangan caffe,bukan soal uang melainkan sebuah sosok anak kecil yang tengah duduk meringkuk dipojok meja kasirnya.
Ia tau bahwa itu bukanlah manusia terlihat dari luka sayatan yang ada dikepalanya hingga darah segar sedikit menghitam mulai mengucur dari luka tersebut.
"Astaga..aku tidak melihatnya" Batin Amiraa sembari terus berpura pura tidak melihat.
Ya begitulah Amiraa yang juga memiliki indera ke enam yang ia sadari semenjak ia berusia lima tahun dimana ia mampu melihat sesuatu yang tidak bisa orang lain lihat menggunakan mata normal.
Semenjak Amiraa kecil yang berusia lima tahun ia memiliki teman tak kasat mata yang selalu mendampinginya kemanapun dan dimanapun.
"Kakak tolong aku" Rintih bocah kecil yang tadinya duduk meringkuk tak bergerak yang kini sudah berada disamping kaki Amiraa.
"Kakak tolong aku kak..kakak kan tadi melihatku bantu aku kak.."ucapnya memelas kepada Amiraa tapi tidak dengan wajahnya yang begitu menyeramkan.
Hingga Amiraa tak kuat melihatnya setelah itu pandangannya gelap begitu juga dengan telinganya yang berdenging dengan keras.
"Emilia..Emiliaa" sebuah nama terucap dari bibir Amiraa sebelum ia benar benar pingsan.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments