“Loe sama aja sama Mama gue, dikira Nikah gampang,” gerutu Ezra.
“Ya gampang lah, tinggal ijab kabul, udah selesai.” ucap Adnan dengan santai.
“Gampang gampang, loe urusin aja tuh diri loe sendiri. Sok sok an nasehatin orang, kayak diri sendiri udah punya pendamping aja,” sindir Ezra.
“Kalau gue mah gampang, secara gue kan ganteng jadi pasti banyak yang ngantri.” ucap Adnan percaya diri.
Ezra pun hanya menggelengkan kepala nya mendengar jawaban dari sahabatnya, lain hal nya dengan Adnan dan Ezra yang sibuk berdebat dengan pernikahan.
Andhara hanya diam saja, ia sibuk dengan pemikirannya sendiri. Entah apa yang ia pikirkan, tapi ia terlihat sedih saat mendengar perhatian yang diberikan oleh Mama dari bosnya itu. Ia menjadi teringat dengan Ibu, Ayah dan saudaranya yang telah lama meninggal.
Ezra yang menyadari bahwa Andhara melamun, berinisiatif untuk menyadarkan nya dari lamunan. Ezra beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Andhara yang tengah melamun.
Dilihatnya raut wajah Andhara yang berubah sendu dan sepertinya akan menangis.
“Andhara apakah kau baik baik saja?” tanya Ezra sambil menyentuh pundak Andhara.
Sentuhan Ezra di pundaknya membuatnya segara sadar dan menetralkan kembali perasaannya.
“Saya tidak apa apa pak,” jawab Andhara.
“Kalau kau baik baik saja, kenapa kau dari tadi hanya melamun dan kenapa kau menangis?" tanya Ezra lagi.
Andhara yang menyadari bahwa air matanya telah keluar segera menghapusnya dengan tangan, ia tidak mungkin memperlihatkan kelemahannya pada orang lain. Sekali pun itu kepada orang yang sedang mengejarnya, itu pun kalau Ezra bersungguh sungguh.
“Kalau begitu saya akan kembali ke tempat saya pak, permisi,”
Tanpa menunggu jawaban dari Ezra, Andhara pun segera keluar dari ruangan Ezra kemudian masuk ke ruangannya dengan terburu buru.
Adnan dan Ezra merasa heran dengan perubahan sikap dari Andhara, Ezra sangat melihat dengan jelas bahwa di dalam mata Andhara tersirat kesedihan yang mendalam.
Baik Ezra maupun Adnan memutuskan untuk tidak menyakan hal tersebut kepada Andhara, mereka berpikir akan ada saatnya Andhara bersedia untuk menceritakan semua masalahnya kepada mereka berdua.
Adnan dan Ezra memutuskan untuk kembali fokus pada pekerjaan mereka dan mulai mengurus segala kesiapan dan kebutuhan yang akan mereka perlukan dalam proyek baru mereka.
Ezra berencana untuk menyerahkan proyek ini kepada Andhara, sekaligus ini sebagai ucapan terima kasihnya karena telah membantunya mendapatkan proyek yang memiliki keuntungan yang sangat besar tersebut.
Jika dicermati dengan baik, proyek yang memiliki keuntungan yang sangat besar bagi suatu perusahaan, bagaimana bisa diserahkan kepada karyawan yang baru bekerja.
Mungkin bagi sebagian besar Bos perusahaan tidak akan menyerahkan nya dengan mudah, walaupun dengan alasan yang kuat sekalipun.
Tapi entah mengapa Ezra mempunyai firasat jika kemampuan Andhara bukan hanya sekedar ini saja, tapi dugaan Ezra mengatakan bahwa kemampuan Andhara bisa setara dengannya.
Hari berikutnya Ezra memanggil Andhara ke ruangannya.
Tok tok tok
“Masuk!” kata Ezra.
“Bapak memanggil saya?” tanya Andhara.
“Ya, ada hal penting yang ingin saya bicarakan sama kamu,” jawab Ezra.
“Hal penting apa pak?”
“Begini, tentang proyek yang baru kita dapatkan kemarin, saya berencana menyerahkan proyek tersebut untuk kamu tangani, tentu saja masih dengan pantauan kami berdua,” jelas Ezra.
“Tapi pak saya belum pernah menangani proyek sebesar itu, saya takut membuat kesalahan yang akan merugikan perusahaan,” kata Andhara.
“Kami masih akan mengawasimu dan kami juga masih ikut dalam proyek ini, tapi tidak sepenuhnya” jawab Ezra.
Sejenak Andhara terdiam, ia sangat bingung dengan tawaran dari bosnya tersebut. Di satu sisi ia sangat senang bisa menangani proyek sebesar ini, di sisi lain ia juga ragu dengan kemampuannya sendiri.
“Baik aku memberimu waktu sampai besok untuk mempertimbangkan tawaran saya,” kata Ezra.
“Baik pak, kalau begitu saya permisi.” pamit Andhara.
Andhara akhirnya pamit keruangan nya, ia masih bingung dengan keputusan yang akan ia ambil. Andhara memutuskan untuk bertanya pada kakeknya tentang apa yang terbaik akan ia ambil.
Sementara itu di ruangan Ezra, Adnan dan Ezra sedang berdiskusi dengan tentang perkembangan proyek mereka nanti.
Karena proyek ini adalah proyek besar, maka mereka berdua harus sangat berhati-hati dan teliti dalam memilih semuanya.
Tak terasa waktu sudah sore, waktunya pulang kerja, Andhara segera pulang ke rumahnya. Ia ingin segera menanyakan tentang tawaran bosnya itu kepada kakeknya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, Andhara pun tiba di kediaman Auriga.
“Assalamualaikum,” ucap Andhara.
“Waalaikumsalam,” jawab Kakek Yuda.
“Andhara kamu sudah pulang nak” kata Kakey Yuda.
“Kakek sini deh, ada yang mau Andhara tanya in ke kakek,” ucap Andhara lalu menarik tangan Yuda ke ruang tamu.
“Ada apa cucunya kakek, tumben! Mau nanya apa memang?” tanya Kakek Yuda.
“Jadi gini kek, tadi itu di kantor bosnya Ara nawarin proyek yang baru mereka dapat untuk Andhara tangani,”
“Terus kamu jawab apa?”
“Ara belum jawab kek, soalnya Ara bingung banget. Baru kali ini Ara nanganin proyek sebesar ini, Ara takut kalau sampai Proyek ini gagal gara gara Ara,” ucap Andhara.
“Sayang bos kamu pasti sudah mempertimbangkan ini dengan sangat matang, ia tidak akan sembarang dalam memilih orang. Mungkin ia melihat potensi yang ada dalam dirimu, sehingga ia menyerahkan proyek sebesar itu padamu,” kata Kakek Yuda.
“Tapi kek, kalau proyeknya gagal atau mengalami kendala gimana?” khawatir Andhara.
“Bos mu pasti tidak akan membiarkan itu terjadi, ia juga akan turun tangan untuk proyek sebesar ini dan membantumu.”
“Bos Ara memang bilang sih, kalau dia dan tangan kanan nya tetap ikut dalam bagian proyek ini. Tapi keputusan sepenuhnya tetap pada Ara,”
“Saran kakek kamu terima saja nak, itung itung supaya kamu belajar. Supaya kelak kamu bisa meneruskan perusahaan keluarga,”
“Baiklah kek, aku akan membicarakan ini pada bosku besok,”
Setelah berbincang dengan Kakek Yuda, Andhara memutuskan untuk naik ke kamarnya dan membersihkan diri. Hari ini ia sangat lelah, proyek yang baru di dapatkan oleh perusahaannya memerlukan persiapan yang sangat banyak.
Selesai mandi Andhara memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak, hanya untuk sekedar melepas lelah.
Jam sudah menunjukkan pukul 17.30, Andhara bangun dan keluar dari kamar. Andhara turun ke lantai satu dan melihat kakeknya yang tengah menonton TV, karena tidak ingin menganggu kakeknya, andhara memutuskan untuk langsung ke dapur.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Jumilah
berarti perusahaan terkaya kedua adalah perusahaan kakek Andara
2022-03-23
0