Andhara sangat menyukai anak kecil dan sisi keibuannya akan muncul jika sedang bersama anak kecil.
Sikap tenang dan lembut Andhara dalam menghadapi anak kecil membuat Ezra bertambah kagum padanya.
‘sepertinya ia akan menjadi calon ibu yang baik terhadap anak-anaknya.’ Pikir Ezra.
“Kalau begitu saya ke kamar Anaya dulu, Bu, Pak.” pamit Andhara pada Ibu Panti dan Ezra, yang hanya di jawab oleh Ibu Panti dengan anggukan.
“Nak Ezra!” panggil Ibu Panti.
Ezra yang sedari tadi melamun pun kaget dengan panggilan Ibu Panti, dan menyadari bahwa Andhara dan Anak kecil tadi sudah tidak ada.
“Eh—ya bu,” ucap Ezra.
“Nak Ezra nggak papa kan?” tanya Ibu Panti.
“Saya nggak papa bu,”
Ezra pun segera menetralkan pikirannya, ia takut akan ketahuan dengan Ibu Panti jika tadi ia sedang melamun tentang Andhara.
setelah kepergian Andhara, tak lama datang seorang pelayan yang membawa minuman untuk mereka. Setelah beberapa lama terdiam dan Andhara tak kunjung muncul, Ezra akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
“Emm ... Ibu apakah saya boleh bertanya sesuatu?” kata Ezra.
“Ya silahkan!”
“Ini tentang anak yang bersama dengan Andhara tadi, apakah anak itu adalah anak kandung Andhara?” tanya Ezra.
“Loh nak Ezra kenal sama Andhara?” tanya balik Ibu Panti.
“Iya bu, kebetulan mulai hari ini dia bekerja sebagai sekretaris saya di kantor,” jawab Ezra.
“Oalah bosnya toh, gini loh nak. Andhara dan Anaya itu memang dekat dari 2 tahun yang lalu” kata ibu panti.
“dua tahun lalu?”
“Apa nak Ezra ingat kecelakaan beruntun yang terjadi 2 tahun lalu?” tanya ibu panti.
“Iya bu, ada apa dengan kecelakaan tersebut?” tanya Ezra, karena ia bingung apa sangkut pautnya kecelakaan beruntun itu dengan Anaya.
“Anaya adalah salah satu korban dari kecelakaan beruntun 2 tahun lalu, yang menewaskan kedua orang tuanya dan beberapa orang. Hanya anaya yang selamat dari kecelakaan maut tersebut, mungkin mukjizat dari yang di atas. Kabar yang saya dengar, sesaat sebelum kecelakaan terjadi mobil yang ditumpangi oleh Anaya dan kedua orang tuanya mengalami rem blong. Karena kecepatan mobil mereka yang tidak bisa melambat, juga dari arah berlawanan muncul truk yang melaju kencang, akhirnya ibu Anaya pun mengorbankan dirinya dengan memeluk Anaya dan menaruh tubuhnya di depan Anaya supaya tidak terjadi apa-apa pada anaknya. Setelah kejadian tersebut kedua orang tua Anaya mati di lokasi dan Anaya mengalami luka yang cukup serius namun berhasil di selamatkan, sejak saat itu pihak kepolisian mengirim Anaya kemari. Setelah Anaya di bawa ke sini, ia tidak banyak bicara pada temannya dan juga lebih sering menyindiri. Awalnya kami pikir ia mengalami gangguan psikis yang parah akibat trauma kecelakaan yang menimpanya,”
“Sempat kami berpikir untuk membawanya ke rumah sakit, tetapi sehari sebelum Anaya di bawa ke rumah sakit Andhara datang berkunjung. Andhara yang sangat suka dengan anak kecil mencoba untuk mengajak Anaya berbicara, mungkin dengan sikap lembut Andhara, Anaya merasakan kenyamanan.”
“Anaya pun kembali ceria dan mau bergabung lagi dengan teman temannya, kehadiran Andhara dalam hidup Anaya membuat Anaya kembali bersemangat. Pertemuan pertama mereka Anaya memanggil Andhara dengan sebutan "Mama", sempat kami menasehati Anaya untuk memanggil Andhara dengan sebutan kakak. Tetapi hasilnya Anaya semakin menangis histeris dan tidak mau berjauhan dengan Andhara, sejak saat itu saya berpikir bahwa takdir memang merencanakan pertemuan mereka.”
“Anaya yang baru saja kehilangan orang tuanya saat umurnya masih terlalu kecil, dipertemukan dengan sosok penyanyang seperti Andhara” jelas ibu panti sambil menatap Andhara yang dari kejauhan sedang menuju ke arah mereka.
Ezra mengikuti pandangan ibu panti, ia melihat Andhara berjalan menuju ke arah mereka dengan senyum yang tak pernah luput dari bibir manisnya itu, sesaat Ezra terpesona dengan Andhara tetapi ia segera menetralkan perasaannya.
“Anaya udah tidur Ra?” tanya Ibu Panti saat Andhara sudah duduk di tempatnya lagi.
“Udah tadi bu, abis aku bacain dongeng dia langsung tidur. Sepertinya dia memang sangat mengantuk di tambah lagi tadi ia menangis dengan kencang” jelas Andhara.
“Ya sudah, Ibu tinggal dulu masih ada pekerjaan yang belum selesai, kalian mengobrol lah dulu,” pamit Ibu Panti.
Sepeninggal Ibu Panti, Ezra dan Andhara hanya terdiam dan suasan menjadi canggung di antara keduanya. Sampai akhirnya Ezra memulai percakapan.
“Apa luka kamu sudah di obati?” tanya Ezra memecah keheningan.
“Ha—b-belum pak,” gugup Andhara.
“Kok belum diobatin nanti kalau infeksi bagaimana?” kata Ezra.
“I-itu pak tadi pas sampai sini langsung main sama anak-anak jadi lupa kalau ada yang sakit” jelas Andhara.
“Ck- dasar pelupa, dimana kotak P3k nya?” tanya Ezra.
“Ha? Untuk apa pak?” bingung Andhara.
“Saya mau makan! Ya untuk ngobatin luka kamu lah, itu lukanya udah kotor begitu” tunjuk Ezra pada lutut Andhara.
“Cepetan Andhara tunjukin di mana kotak obatnya,” kesal Ezra.
“Itu Pak ada di laci lemari dekat kursi ibu duduk tadi,” jawab Andhara.
Setelah mendapat jawaban dimana letaknya, Ezra segera berdiri dan mengambil kotak obat di tempat yang diberitahukan oleh Andhara.
Ezra kembali ke tempat semula, bedanya Ezra saat ini sedang berjongkok di depan Andhara.
“Eh- pak ngapain jongkok di situ?” kaget Andhara.
“Udah diem saya mau ngobatin lukanya dulu,” kata Ezra.
“Tapi saya bisa sendiri pak, nggak enak kalau diliatin orang,” tolak Andhara.
“Diamlah Andhara agar saya bisa mnegobati lukamu, lagian hanya ada kita berdua di sini. Kalau pun ada orang yang melihat, tidak masalah buat saya. Sekarang diamlah!”
Andhara pun akhirnya hanya diam menuruti perintah dari Ezra, setelah beberapa saat luka di lutut Andhara berhasil di balut dengan sempurna oleh Ezra.
“Udah selesai.”
“Wah, balutannya rapi juga, bapak hebat.” ucap Andhara sambil mengacungkan 2 jempolnya.
“Ini bukan apa apa saya sudah biasa melakukannya”
Setelah mengemasi kotak obat, Andhara mengajak Ezra pergi ke taman untuk melihat anak – anak yang sedang bermain disana.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments