“Sayang mau sampai kapan sih kita main kucing-kucingan seperti ini?” ucap seorang pria sambil mendekap tubuh polos wanitanya.
“Sabar, Sayang. Tunggu sampai anak ini lahir ya. Nggak sampai satu tahun juga kan? Kalau anak ini sudah mendapat jaminan sebagai pewaris tunggal Graham Imtiaz, aku akan pergi meninggalkannya.” Jawab si wanita.
“Baiklah. Tapi apakah dia tidak tahu kalau anak ini adalah anak biologisku?” tanya si pria itu lagi.
“Tenang saja. Dia nggak akan tahu, meskipun mata-matanya banyak. Karena dia sudah sangat mencintaiku, jadi dia percaya sama aku.” jawabnya.
“Ya sudah, aku juga percaya sama kamu. Tapi aku minta kita bertemunya jangan seminggu sekali dong, Sayang. Aku benar-benar nggak kuat menahan untuk tidak menyentuhmu.” Ucapnya sambil mere**s dua bongkahan padat nan kenyal itu.
Alia tidak lagi menanggapi ucapan Bryan, karena dirinya kini sudah dikuasai oleh naf** yang semakin membara. Dan akhirnya siang itu Alia dan Bryan kembali melanjutkan acara bercintanya.
***
Sementara itu Jenny kini sedang tampak mengumpulkan baju-bajunya yang kotor. Dia akan mencucinya sendiri dengan menggunakan mesin cuci. Jenny akan memulai hidupnya dengan mandiri. Karena selama ini dia hampir tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah.
Ada terbesit rasa bersalah pada diri Jenny saat tadi pagi melihat Iqbal berangkat kerja. Entah pekerjaan apa namun yang pasti Jenny merasa tidak enak sendiri jika dirinya harus duduk santai saja di rumah dan tidak melakukan sesuatu.
Selama kurang lebih dua jam mencuci bajunya, Jenny juga mengambil sapu untuk membersihkan lantai rumahnya sekaligus mengepelnya. Mungkin hasilnya tidak seperti pekerjaan pembantu di rumahnya, namun setidaknya itu lebih baik daripada membiarkan lantai rumahnya kotor.
Mencuci sudah, membersihkan rumah sudah. Tinggal satu lagi yang belum dan dia tidak bisa. Apalagi kalau bukan memasak. Saat ini dia terpaksa harus membeli makanan dulu, mungkin nanti dia juga akan belajar melaui tutorial yang ada pada browser ponsel pintarnya.
Jenny melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 siang. Perutnya juga sudah tidak nyeri lagi. Tapi sekarang yang terasa adalah rasa lapar. Setelah memesan makanan, Jenny berniat untuk mandi karena tubuhnya sangat lengket.
Drt drt drt
Ponsel Jenny bergetar saat dirinya akan masuk ke kamar mandi. lalu dia melihatnya. Ternyata Xavier lah yang sedang menghubunginya. Dengan rasa senang Jenny langsung mengangkatnya.
“Hai lagi ngapain?” sapa Xavier.
“Eh ini mau mandi Kak. Badan rasanya lengket sekali.”
“Dasar anak perawan jam segini baru mandi.”
“Eh jangan salah, aku sudah mandi tadi pagi. ini tadi aku habis nyci sama bersih-bersih, makanya jadi gerah gini.
“Apa? Kamu melakukan itu semua sendiri?”
“Iya.”
“Kamu yang sabar ya. Nanti kalau kamu sudah jadi istriku, tidak akan aku biarkan kamu hidup menderita seperti itu.”
“Nggak apa-apa lah Kak. Lagian aku juga suntuk nggak ada yang aku lakukan. Ya itung-itung belajar mandiri juga.”
Obrolan antara Jenny dan Xavier terus berlanjut hingga kurang lebih selama satu jam. Keduanya sama-sama bahagia meski belum bisa bertemu secara langsung. tapi Xavier sudah berjanji pada Jenny kalau pekerjaannya sudah tidak terlalu padat, dia akan datang menemui Jenny.
Sementara itu saat jam makan siang, Iqbal mencoba menghubungi Jenny. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Jenny setelah melihatnya sakit kemarin. Walau tadi pagi Jenny sudah terlihat sehat. Tapi Iqbal hanya ingin memastikannya saja.
Tiga kali Iqbal menghubungi Jenny dengan jarak waktu yang sedikit lama, tapi ponsel Jenny terus saja dialihkan dan sedang berada dalam panggilan lain. Akhirnya Iqbal memutuskan untuk tidak menghubunginya lagi.
Sore harinya Iqbal pulang bekerja tidak langsung menuju rumah. dia mampir dulu ke sebuah warung makan untuk membeli makanan untuk makan malamnya nanti. Iqbal membeli dua porsi sekaligus. Siapa tahu Jenny memang belum makan.
Sesampainya di rumah, Iqbal melihat pemandangan rumahnya tampak berbeda. Biasanya korden yang menggantung pada jendela rumahnya itu tertutup, kini sudah terbuka. Bahkan lantai rumahnya terlihat bersih dan harum.
Iqbal menarik sudut bibirnya ke atas saat menyadari kalau Jenny lah yang sudah melakukan itu semua. Lalu dia masuk ke dalam rumah. dia tidak melihat Jenny ada di ruang tengah. Hanya ada beberapa lembar kertas dan pensil. Lalu ponselnya juga ada disana.
“Jen!” panggil Iqbal namun tidak ada sahutan dari Jenny.
Pintu kamar Jenny sedikit terbuka dan Iqbal mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi Jenny. Iqbal menghela nafasnya lega. Kemudian dia masuk ke kamarnya.
Langkah Iqbal terhenti saat mendengar getaran ponsel Jenny yang ada di atas meja. Entah kenapa Iqbal sangat penasaran untuk melihatnya.
Ternyata disana banyak pesan masuk dari Xavier. Karena memang ponsel Jenny sedang dalam keadaan tidak terkunci. Dan tak lama kemudian ada panggilan masuk dari Xavier. Iqbal hanya melihatnya saja tanpa mau menjawab.
“Jenny!” panggil Iqbal lagi sambil memegang ponsel Jenny.
Setelah dirasa tidak ada sahutan dari Jenny, Iqbal segera meletakkan kembali ponsel Jenny di atas meja. Lalu dia masuk ke dalam kamarnya.
Sedangkan Jenny yang baru saja mengganti pembalutnya, dia keluar dari kamar untuk melanjutkan menggambar. Dia melihat motor Iqbal sudah terparkir di depan teras, itu berarti Iqbal sudah pulang.
Saat ini Iqbal dan Jenny sudah berada di meja makan untuk makan malam bersama. Jenny sudah kembali ceria seperti sebelumnya setelah permintaannya disetujui oleh Iqbal. Sedangkan Iqbal sendiri masih seperti biasanya. Karena memang sikapnya dingin dan kaku.
“Kamu membuat sketsa baju?” tanya Iqbal.
“Iya, Kak. Daripada tidak ada kegiatan.” Jawab Jenny.
“Lakukan apapun yang kamu suka. Nanti akan aku carikan pekerjaan.” Ucap Iqbal.
“Nggak usah Kak. Aku membuat design saja nanti hasilnya akan aku posting di akun media sosialku saja. Karena itu lebih baik kata Kak Xav-“ ucap Jenny tanpa sadar menyebut nama Xavier dan langsung menutup mulutnya.
Iqbal yang sudah tahu mencoba untuk tetap tenang.
“Kalau dapat dukungan dari orang terdekatmu seperti itu, aku juga nggak masalah. Itu juga ide bagus.” Jawab Iqbal dan Jenny hanya mengangguk saja.
***
Sudah seminggu ini Iqbal bekerja. Menurut kepala gudang, pekerjaan Iqbal sangat bagus. Dan sebentar lagi Jojo juga sudah mulai masuk kembali setelah cuti. Namun Pak Halim tetap meminta Iqbal bekerja disana, karena dia tidak mau kehilangan seorang karyawan seperti Iqbal.
“Terima kasih banyak, Pak. Saya sangat senang bisa diterima untuk bekerja terus di perusahaan ini.
“Sama-sama. Semoga kamu bisa mempertahankan kredibilitas kamu.” Jawab Pak Halim dan Iqbal mengangguk.
Setelah itu Iqbal bersiap untuk pulang, memang sudah waktunya jam pulang untuk para karyawan. Karena Iqbal tadi diminta menemui Pak Halim, jadi dia keluar gudang sedikit terlambat dan parkiran juga sudah sepi.
Saat Iqbal akan memakai helmnya tiba-tiba saja ada tiga orang pria menghampirinya. Satu diantaranya menepuk tangannya berulang kali.
“Oh ini yang namanya karyawan baru yang sangat rajin dan ulet. Sekaligus pandai cari muka?” ucap seorang pria yang menepuk tangannya .
Iqbal melirik sekilas dan enggan menyahutinya. Hal tersebut membuat pria itu semakin kesal. Lalu dia melirik kedua temannya sambil memberikan kode untuk segera melaksanakan perintah.
.
.
.
*TBC
Happy Reading🤗🤗😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
👻Ji®eN☣️
belum tau dia, gasken bal hajar....
salam olahraga 😎🤛
2023-12-28
0
elindha azzahra
adeeeh orang ko ya irian, makanya kerja keras dong jng iri sama orang
2022-08-04
0
ppadang1
biasanya seorang pemalas dan bodoh akan iri sama orang yg rajin dan pintar
2022-08-01
2