Saat ini Jenny sedang berada di dalam mobil suaminya. Arsha terpaksa ikut dengan mobil orang tuanya karena tidak ingin mengganggu kemesraan pengantin baru itu.
Jenny dan Iqbal sama-sama diam karena memang tidak ada hal penting dibicarakan. Keduanya larut dalam lamunannya masing-masing.
“Kak, apakah nanti kita selamanya tinggal disana?” tanya Jenny tiba-tiba.
“Hmm.” Jawab Iqbal singkat dan membuat Jenny mendengus kesal.
Setelah itu mereka berdua kembali terdiam. Jenny tidak tahu harus berbuat apa jika nanti akan tinggal di rumah suaminya.
Selama ini memang dirinya tidak terlalu akrab dengan keluarga Iqbal. Dia hanya tahu kalau Papa mertuanya itu dulunya adalah bodyguard dari Mamanya sedangkan Mama mertuanya adalah asisten pribadi mamanya di butik.
Hubungannya sama Jenny pun tidak terlalu dekat. Jangankan dengan orang tua atau adiknya, sama Iqbal yang sudah resmi sebagai suaminya saja Jenny jarang sekali bertegur sapa. Pernah juga sekali bertemu dulu saat makan siang bersama kakaknya yang berujung makan siang berdua dengan Iqbal.
Jenny tersadar saat mobil yang ditumpanginya kini sudah berhenti tepat di depan bangunan rumah minimalis dengan taman bunga di depan teras yang semakin membuat rumah itu tampak asri.
Jenny tahu kalau keluarga Iqbal termasuk keluarga yang berkecukupan namun gaya hidupnya sederhana. Mengingat status Papa mertuanya yang bekerja sebagai bodyguard sekaligus asisten pribadi Papanya pasti gajinya juga sangat fantastis. Begitu juga dengan Iqbal yang bekerja sebagai asisten pribadi kakaknya sekaligus orang kepercayaannya pastinya gaji yang didapat tidak cuma-cuma. Itulah yang sedikit membuat Jenny salut dengan kehidupan keluarga Iqbal yang sangat jauh dengan kemewahan.
“Ayo Nak Jenny masuk!” Ajak Desy karena sejak tadi melihat menantunya hanya diam memaku di sebelah mobil Iqbal.
“Ah iya Tante. Maaf.” Jawab Jenny.
Desy yang mendengar Jenny memanggilnya dengan sebutan tante masih berusaha tersenyum tipis. Meski dalam hati ibu dua anak itu sempat merasakan penolakan dari menantunya. Atau memang Jenny belum terbiasa saja.
Jenny masuk ke dalam terlebih dulu dengan mengikuti langkah kaki Iqbal yang sedang membawakan kopernya. Sedangkan Desy berjalan di belakang sambil melihat punggung anak dan menantunya yang sudah memasuki rumah.
“Jangan berpikir macam-macam. Jenny mungkin belum terbiasa.” Ucap Bram seolah mengerti isi hati istrinya.
“Iya, Mas.” Jawabnya singkat.
Kini Jenny sedang duduk di sofa ruang tamu. Sedangkan Iqbal sudah masuk ke kamarnya dengan membawa koper istrinya. Sementara itu Arsha sudah pamit keluar setelah berganti pakaian.
“Kenapa nggak masuk ke kamar?” tanya Desy saat melihat Jenny duduk seorang diri di ruang tamu.
“Eh, nggak tante. Nanti saja.” Jawab Jenny.
Akhirnya Desy memutuskan menemani Jenny yang sedang duduk di sofa. Tak lama kemudian Bram juga ikut bergabung.
“Nak Jenny. Bolehkah Om sekarang memanggil dengan sebutan itu?” tanya Bram dan Jenny mengangguk samar.
“Nak Jenny sekarang sudah sah menjadi istri Iqbal dan menantu kami. Jadi otomatis kami akan menganggap nak Jenny seperti anak sendiri. Om tahu dengan keadaan pernikahan kalian. Tapi Om harap Nak Jenny dan Iqbal bisa menghargai sebuah pernikahan.” Ucap Bram.
“Iya Om.” Jawab Jenny singkat.
“Mulai sekarang biasakan memanggil kami Papa dan Mama seperti Iqbal. Karena mulai sekarang juga Nak Jenny menjadi menantu di keluarga kami. Kami akan sangat menyayangi Nak Jenny seperti kedua orang tua Nak Jenny.” Tambah Bram.
“Iya Om, eh maaf Pa, Ma.” Jawab Jenny sambil menundukkan kepalanya.
Setelah itu Bram pergi meninggalkan istri dan menantunya. Dia memberikan waktu pada keduanya agar lebih dekat dan akrab.
“Nak Jenny jangan sungkan-sungkan lagi jika ingin melakukan sesuatu atau memasak sesuatu. Anggap saja rumah sendiri meski tidak sebesar rumah orang tua Nak Jenny.” Ucap Desy sambil tersenyum tipis.
“Iya Ma terima kasih. Tapi ehm, soal memasak Jenny tidak bisa.” Ucap Jenny dengan nada lirih.
“Bukan tidak bisa. Tapi belum bisa. Nanti akan Mama ajari memasak jika ada waktu.” Ucap Desy dan diangguki oleh Jenny.
Desy melihat raut wajah kelelahan Jenny akhirnya memutuskan obrolannya dan mempersilakan Jenny agar beristirahat. Jenny sangat bingung mau istirahat dimana. Apa mungkin dia akan masuk ke kamar Iqbal begitu saja.
“Nona tidurlah di kamar.” ucap Iqbal yang baru saja muncul.
“Eh. Nggak aku disini saja.” Jawab Jenny.
“Ayo saya antar ke kamar. anda jangan khawatir saya tidak akan tidur disana. Jadi anda bisa beristirahat. Mari saya antar.” Ucap Iqbal.
Akhirnya Jenny mengikuti Iqbal menuju kamarnya. Karena memang dia sangat lelah dan butuh istirahat. Lalu Iqbal membukakan pintu kamarnya dan mempersilakan Jenny masuk. Setelah itu Iqbal keluar lagi.
Jenny melihat sekeliling kamar Iqbal. Jenny tidak menyangka kalau kamar Iqbal begitu rapi. Bahkan sama sekali tidak terlihat barang yang tercecer berantakan. Begitu juga dengan tempat tidurnya yang tampak rapi dengan aroma maskulin khas pria yang memenuhi indra penciuman Jenny. Dan tanpa menunggu lama, Jenny merebahkan tubuhnya di atas ranjang suaminya.
Sementara itu Iqbal memutuskan untuk pergi. Dia akan menemui temannya yang tinggal di kota B dan saat ini sedang datang ke kota J karena ada urusan pekerjaan.
“Kenapa muka kamu Bal?” tanya Galang yang kini sedang menyesap kopi yang baru saja dia pesan.
Iqbal menghela nafasnya panjang setelah itu mencerotakan semua kejadian yang telah menimpa dirinya dua hari yang lalu. Iqbal mengatakan kalau malam setelah mengantar Galang check in, tanpa sengaja dia melihat Jenny adik atasannya sedang dalam kondisi tak sadarkan diri dalam gendongan seseorang. Kemudian dirinya berusaha menolong Jenny yang hampir saja diperkosaa oleh seseorang. Iqbal menceritakan kronologinya dengan detail. Dan akibat kejadian itulah dirinya tertangkap basah sudah tidur bersama Jenny dalam kamar hotel itu. Hingga akhirnya dirinya dipaksa bertanggung jawab menikahi Jenny tadi siang.
“What??” pekik Galang terkejut.
“Nggak usah lebay kamu. Memang keadaannya seperti itu.” Jawab Iqbal datar.
“Kalau boleh tahu, apakah Jenny perempuan yang cantik, seksii dan menggoda?” tanya Galang sambil mengerling dan seketika mendapat toyoran kepala dari Iqbal.
“Nggak ada salahnya kan pertanyaanku. Bahkan pria itu berniat memperkosaanya. Pasti Jenny adalah perempuan yang wow..” ucap Galang sambil mengerakkan tangannya membayangkan lekuk tubuh Jenny.
“Udah jangan bahas itu lagi. Aku sangat pusing.” ucap Iqbal.
“Pusing kenapa? Pengantin baru harusnya seneng dong.” Ucap Galang kembali meledek Iqbal.
“Sekarang aku minta bantuan kamu untuk mencari tahu siapa pria yang hampir saja memperkosaa Jenny. Sebelumnya aku pernah melihatnya sekali tapi tidak mengenalinya.” Ucap Iqbal.
“Baiklah. Aku mengerti yang sedang kamu pikirkan. Serahkan semuanya padaku. aku akan cari tahu melalui resepsionis hotel itu.” Ucap Galang.
“Thanks Lang. aku tunggu kabarnya nanti malam.” Ucap Iqbal dan segera pergi meninggalkan Galang.
“Woy gila kamu. Sekarang sudah pukul 5 sore dan kamu minta informasi itu nanti malam?” teriak Galang tanpa mempedulikan orang sekitarnya.
.
.
.
*TBC
Jangan lupa selalu tinggalkan like dan komentar kalian ya🤗🤗😘😘
Happy Reading!!🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
👻Ji®eN☣️
wkwkw Gilang🤧😂😂
2023-12-28
0
Vickyyulventus
ikuti aja dulu 😄😄😄
2022-08-14
0
ppadang1
mangat iqbal...
2022-07-29
3