Sementara itu pagi ini seorang perempuan berusia 23 tahun tampak sedang menangis dalam kamarnya. Bahkan sejak semalam, perempuan itu terus saja mengeluarkan air matanya hingga tidur pun masih terisak.
Jenny tidak menyangka dengan takdir yang menimpanya. Impian semua perempuan pasti ingin menikah dengan laki-laki yang sangat dicintainya. Namun dengan adanya kejadian semalam, membuatnya harus rela menikah dengan seorang laki-laki dingin dan kaku yang berstatus sebagai asisten kakaknya.
Meski kedua orang tuanya belum memutuskan menyetujui pernikahan itu atau tidak, Jenny sudah cukup yakin kalau pernikahan itu pasti terjadi. Selain dari ucapan kakaknya sendiri, ucapan Bram yang tak lain asisten Papanya sekaligus Papa dari Iqbal sudah cukup membuktikan kalau kedua orang tuanya pasti menyetujui pernikahan itu.
Bayangan Jenny teringat pada sosok laki-laki yang selama ini sangat dia cintai yaitu Xavier. Meski Jenny belum tahu pasti bagaimana perasaan Xavier padanya, Jenny sangat yakin kalau laki-laki itu juga memiliki perasaan yang sama.
Hati Jenny terasa nyeri saat melihat raut wajah pias Xavier yang juga menyaksikan dirinya digrebek dalam kamar hotel bersama Iqbal tadi malam. Bahkan Xavier langsung keluar begitu saja saat mendengar ucapan Bram yang meminta Iqbal menikahi dirinya.
“Maafkan aku, Kak. Andai saja tidak ada kejadian malam itu, pasti kita akan dengan mudah menjalani hubungan kita ini. aku sangat mencintai Kak Xavier.” Gumam Jenny sambil melihat foto Xavier dalam ponselnya.
Jenny meremat kuat ponselnya. Dia kembali mengingat kejadian semalam. Seingatnya semalam ada seseorang yang mengajaknya bertemu di sebuah restaurant yang berada satu lokasi dengan hotel milik Papanya. Orang itu mengatakan kalau ingin memesan baju pengantin dan ingin bertemu langsung dengannya. Tanpa menaruh curiga, Jenny mengiyakan ajakan wanita itu.
Saat Jenny sudah tiba di restaurant, dia menghubungi wanita itu yang katanya masih dalam perjalanan. Jadi Jenny memilih memesan minuman terlebih dulu. Setelah minuman yang dia pesan datang, Jenny langsung meminumnya. Setelah itu dia sudah tidak ingat apa-apa lagi.
“Arghhh!! Kenapa jadi seperti ini?” Jenny berteriak frustasi.
***
Sementara itu di luar kamar Jenny. Tampak kedua orang tuanya sedang duduk di sofa ruang tamu bersama dengan Bram. Vito dan Kay baru saja pulang dari kota B setelah mendapatkan kabar buruk dari anak sulungnya. Malam itu sebenarnya Kay ingin segera pulang, namun akhirnya Vito berhasil membujuknya dan pulang pagi ini.
“Tuan, Nyonya maafkan kesalahan yang sudah Iqbal lakukan pada Nona Jenny.” Ucap Bram dengan sungguh-sungguh.
Vito masih terdiam. Sedangkan Kay sejak tadi sudah menangis sesenggukan karena sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Jenny.
“Saya berjanji kalau Iqbal akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Iqbal akan segera menikahi Nona Jenny. Saya juga tidak mau nama baik keluarga anda tercoreng gara-gara ulah anak saya.” Ucap Bram lagi.
“Baiklah. Aku menyetujuinya.” Jawab Vito mantap.
Bukan tanpa alasan Vito menyetujui Iqbal menikahi Jenny. Vito sangat yakin kalau Iqbal adalah laki-laki yang bertanggung jawab meski tanpa disuruh oleh Papanya.
“Terima kasih Tuan. Tuan dan Nyonya jangan khawatir. Kami akan memperlakukan Nona Jenny sama halnya seperti saya memperlakukan Tuan dan Nyonya.” Ucap Bram.
Seketika air mata Kay tumpah saat mendengar ucapan Bram. Dia juga menyetujui kalau Iqbal akan menikahi anaknya. namun Kay tidak terima jika keluarga Bram memperlakukan Jenny seperti majikannya.
“Bram, aku menyetujui Iqbal menikahi Jenny. Tapi tolong jangan perlakukan Jenny seperti majikan kamu. Setelah mereka berdua nanti menikah, anggaplah dia seperti anak kamu sendiri dan aku harap Iqbal juga bisa membimbing Jenny dengan baik.” Ucap Kay.
“Maafkan saya Nyonya. Baiklah saya akan melakukan itu semua. Sekali lagi saya minta maaf atas perbuatan Iqbal. Dan saran saya pernikahan mereka lebih baik segera dilaksanakan. Mengingat sudah banyak orang yang mengetahui itu semua.” Ucap Bram.
“Benar apa yang kamu katakan. Besok juga pernikahan mereka kita laksanakan.” Ucap Vito mantap.
Setelah itu Bram berpamitan pulang. Hatinya terasa lega saat mendengar persetujuan dari Vito tentang pernikahan anaknya.
Sementara itu hari ini Iqbal memutuskan untuk tidak bekerja. Lebam di wajahnya masih terlihat meski rasa nyerinya sudah menghilang. Setelah sarapan, dia kembali masuk ke dalam kamarnya. Bahkan ocehan dari adik perempuannya dia abaikan begitu saja. Sedangkan Desy hanya bisa menggelangkan kepala melihat sikap dingin Iqbal yang sama persis seperti Papanya.
Waktu sudah siang. Bram memutuskan makan siang di rumahnya sekalian ingin menyampaikan perihal perniakahan anaknya.
“Tumben Mas makan siang di rumah?” tanya Desy saat menyiapkan makanan di meja makan.
“Kenapa memangnya? Apa kamu nggak suka kalau suami kamu pulang dan makan siang di rumah?” tanya Bram balik.
Desy hanya mendengus kesal. Bukannya menjawab, suaminya justru bertanya balik dan pertanyaannya membuat siapa saja akan kesal.
“Dimana Iqbal?” tanya Bram.
“Ada di kamarnya. Apa perlu aku panggilkan jika Mas ingin bicara dengannya?” tanya Desy.
“Tidak. Nanti saja setelah makan siang. Dan tolong kamu siapkan untuk pernikahan Iqbal dan Jenny besok.” Ucap Bram dan seketika membuat Desy tidak percaya.
Akhirnya Bram dan Desy makan siang sambil menceritakan tentang rencana pernikahan Iqbal dan Jenny besok pagi. Bram juga bilang sudah meminta maaf pada kedua orang tua Jenny dan ingin mempertanggung jawabkan perbuataan Iqbal.
“Apa Tuan Vito menyetujuinya Mas?” tanya Desy dan Bram mengangguk.
Desy tersenyum lega saat mendengarnya. Namun dalam hati kecil terbesit rasa iba pada anaknya jika sudah menikah dengan anak majikannya nanti. Perbedaan status social antara keluarganya dan juga keluarga majikannya sangat jauh. Bagaimana nasib anaknya nanti.
“Kamu kenapa? Kamu jangan memikirkan yang tidak-tidak. Sebagai orang tua, lebih baik kita mendoakan saja yang terbaik buat mereka.” Ucap Bram seolah mengerti yang dipikirkan istrinya.
Selesai makan siang, Bram memanggil Iqbal dan memintanya datang ke ruang tengah. Bram meminta istrinya untuk tidak ikut campur dulu. Dia akan berbicara empat mata dengan anaknya.
“Ada apa Pa?” tanya Iqbal datar.
“Persiapkan diri kamu buat acara pernikahan kamu besok dengan Jenny.” Ucap Bram.
Iqbal tidak terkejut karena sebelumnya dia sudah menduga apa yang akan diucapkan oleh Papanya. Dia pun tidak bisa menolak lagi. Jadi mengangguk adalah jawaban atas perintah Papanya.
“Pa, bolehkah Iqbal bicara?” tanya Iqbal dan Bram mengangguk.
“Baiklah Iqbal akan menikahi Nona Jenny meski kami tidak saling mencintai. Tapi Papa tolong percaya pada Iqbal kalau Iqbal tidak pernah berbuat hina seperti itu. Iqbal hanya berusaha menyelamatkan Nona Jenny dari seseorang yang berniat akan memperkosanya. Dan maaf Pa, noda darah itu adalah darah dari bajingan yang sempat Iqbal hajar Pa. Dan setelah itu Iqbal tidak ingat apa-apa lagi.” Ucap Iqbal panjang lebar.
Bram sudah menduga kalau anaknya tidak pernah melakukan itu semua.
“Papa percaya sama kamu. Tapi demi menutup aib keluarga Tuan Vito dan untuk melindungi Nona Jenny, menurutlah sama Papa untuk menikahinya besok.” Ucap Bram.
.
.
.
*TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Suyatno Galih
kemungkinan ini perbuatan Xavier
2024-01-20
0
👻Ji®eN☣️
salut sama Iqbal, "gentle"👏👏👏
2023-12-28
0
fitriani
wah pasti ceritanya seru ni... semoga tdk mengecewakan... ini adalah novel ke 2 yg aku baca ttg suami yg tdk d anggap...
2022-08-16
1