Iqbal sudah memakai setelan jas berwarna hitam. Meski wajah penuh lebamnya masih terlihat, tapi itu tidak melunturkan sosoknya yang tampan namun tertutup raut wajahnya yang datar dan dingin.
Siap tidak siap, Iqbal harus menikahi anak dari majikan Papanya sekaligus adik dari atasannya. Tidak ada pesta pernikahan mewah dan tidak ada acara kumpul keluarga besar meski pernikahan itu sederhana. Karena pernikahannya hanya dihadiri oleh pihak keluarganya dan pihak keluarga Jenny saja. Bahkan Iqbal hanya memberikan mas kawin berupa cincin saja. Setelahnya, untuk kebutuhan seserahan lainnya ia serahkan pada mamanya.
Iqbal menatap pantulan wajahnya pada cermin di kamarnya. Entah apa yang dibayangkan oleh laki-laki yang sebentar lagi melepas masa lajangnya itu. Namun yang pasti Iqbal sedang memikirkan calon istrinya.
Ketukan pintu membuatnya sadar dari lamunan. Iqbal membuka pintu ternyata Arsha, adiknya mengatakan kalau Mama dan Papanya sudah menunggu. Setelah itu Iqbal keluar.
Mereka berempat segera pergi ke rumah keluarga Vito dimana acara pernikahan itu akan dilaksanakan. Iqbal menaiki mobilnya sendiri bersama Arsha, sedangkan Bram bersama istrinya. Harusnya mereka berempat cukup menggunakan satu mobil saja, namun sesuai dengan permintaan Bram tadi pagi kalau setelah akad nikah, Jenny akan langsung diajak tinggal di rumahnya. Dan Iqbal pun tidak bisa menolaknya.
Perjalanan dari rumahnya ke rumah keluarga Jenny, Iqbal hanya membutuhkan waktu kurang lebih selama 25 menit. Sejak tadi dia hanya diam saja tanpa mempedulikan adiknya yang terus saja nyerocos tanpa henti.
“Kak, setahuku Kak Jenny itu orangnya sangat cantik ya?” tanya Arsha.
Iqbal hanya diam bahkan melirik Arsha saja tidak. Meskipun demikian, dalam hati Iqbal membenarkan kalau Jenny adalah perempuan yang cantik. Hanya saja Iqbal terlalu gengsi buat mengakui kecantikan calon istrinya.
“Ih, kakak sejak tadi diem terus nggak capek apa?” gerutu Arsha saat melihat Iqbal masih diam.
Iqbal masih juga malas menanggapai adiknya. Justru yang harusnya bertanya itu dirinya. Nggak capek apa sejak tadi bicara tapi tidak ada yang menjawabnya. Dan itu semakin membuat Arsha kesal.
Tak lama kemudian, mobil Iqbal sudah sampai di depan rumah Jenny. Lalu disusul dengan mobil Papanya yang juga baru saja sampai. Kemudian Iqbal keluar dari mobil itu bersama adiknya.
Pandangan mata Iqbal menerawang pada bangunan megah di hadapannya. Meski rumah itu sering ia datangi tapi kali ini tujuannya berbeda. Jika biasanya berurusan dengan pekerjaan, namun kali ini tujuannya adalah pernikahan.
Bram dan Desy masuk terlebih dulu mengetuk pintu rumah itu. Iqbal dan Arsha berada di belakang orang tuanya.
Setelah pintu terbuka, keluarga Bram dipersilakan masuk. Dan tak lama kemudian datanglah pemuka agama yang akan menikahkan Iqbal dan Jenny.
Vito dan Barra keluar menemui sekaligus menyambut kedatangan calon menantu dan calon besannya. Bram menjabat tangan atasannya dan bergantian dengan Barra.
“Silakan duduk kembali. Mohon tunggu sebentar calon pengantin perempuannya masih belum selesai dimake up.” Ucap Vito.
Tak lama kemudian Jenny turun dan berjalan dengan diapit oleh Mama dan kakak iparnya. Desy melihat sendu pada wajah calon menantunya. Mata Jenny terlihat masih bengkak. Desy yakin kalau Jenny terus menangis dan sangat bersedih dengan pernikahannya.
“Baiklah, calon pengantin perempuannya sudah datang. Lebih baik acaranya segera dimulai.” Ucap Vito dan disetujui oleh semua orang.
Kini Iqbal dan Jenny sudah duduk bersanding untuk segera melakukan prosesi pernikahan itu. Iqbal mengucapkan janji pernikahannnya di depan pemuka agama dan disaksikan kedua keluarga itu dengan suara lantang dalam satu tarikan nafas.
Semua orang yang berada dalam ruangan itu tampak lega setelah mendengar kata “Sah”. Tapi tidak bagi kedua mempelai pengantin itu. Entah apa yang ada salam pikiran mereka masing-masing, yang pasti keduanya menjalani pernikahan itu karena terpaksa terlebih lagi mendadak.
Setelah acara itu selesai, Iqbal memakaikan cincin pernikahan pada jari manis Jenny. Setelah itu Jenny mencium tangan suaminya dengan takzim. Kemudian bergantian, Jenny memakaikan cincin di jari manis Iqbal lalu Iqbal mencium kening istrinya sekilas.
Iqbal dan Jenny sama-sama menahan degupan jantungnya yang tidak normal saat bibir Iqbal mulai menyentuh kening istrinya. Begitupun Jenny. Dia merasa aneh saat baru pertama kali keningnya dikecup. Tapi entah kenapa rasa aneh itu cenderung membuatnya sedikit menghangat. Tapi setelah itu Jenny menepis segala pemikiran yang menurutnya sangat tidak masuk akal.
Setelah acara inti selesai, keluarga Vito mengajak keluarga Bram menuju ruang makan untuk ramah tamah. Kedua keluarga yang kini sudah berubah status menjadi besan itu tampak sangat akrab. Karena sebelumnya Vito sudah menganggap keluarga Bram seperti saudaranya sendiri.
Di saat keakraban kedua keluarga yang baru saja menyatu itu sedang menikmati hidangan di ruang makan, di ruang tamu itu masih ada dua insan yang sama-sama diam tanpa mengucapkan sesuatu setelah keduanya resmi menyandang status suami istri.
“Maafkan saya Nona. Saya yakin kalau anda sama sekali tidak mengharapkan pernikahan ini.” ucap Iqbal memecah keheningan.
“Aku rasa Kak Iqbal juga merasakan hal itu.” Jawab Jenny.
“Dan setelah ini, saya akan mengajak Nona untuk tinggal bersama saya.” Ucap Iqbal mengabaikan ucapan Jenny.
“Aku nggak mau. Aku tetap tinggal di rumah ini.” tolak Jenny.
“Baiklah jika anda menolak, silakan protes ke Tuan Vito atau Nyonya Kay saja.” Jawab Iqbal lalu pergi meninggalkan Jenny yang masih diam mematung.
Jenny benar-benar kesal. Niatnya setelah akad nikah akan menemui Xavier untuk menjelaskan semuanya tapi sepertinya gagal. Jenny sangat yakin kalau Papanya akan menyetujui Iqbal untuk mengajaknya tinggal di rumahnya.
Akhirnya Jenny memutuskan masuk ke dalam kamar untuk istirahat sejenak. Dan dia sangat terkejut saat masuk kamar ternyata Mama dan kakak iparnya sedang mengemasi baju-bajunya dan memasukkannya ke dalam koper.
“Eh, Sayang kamu ganti baju dulu sebentar lagi kamu akan tinggal bersama suami kamu.” Ucap Kay tanpa melihat raut wajah anaknya.
Sebenarnya Kay sangat berat ditinggal anak perempuannya. Tapi mau bagaimana lagi karena sudah menjadi kewajiban seorang istri untuk mengikuti kemana suaminya akan memnbawanya tinggal.
Jenny hanya diam saja dan berlalu menuju walk in closet untuk berganti pakaiannya. Perempuan 23 tahun yang baru saja menyandang status istri itu tampak mengusap sudut matanya yang berair. Dia sungguh sangat tidak percaya bisa menjalani pernikahannya ini dengan baik. Karena memang tidak ada rasa cinta diantara dirinya dan juga Iqbal.
Selesai berganti baju, Jenny segera turun. Mama dan kakak iparnya sudah turun lebih dulu dengan membawakan kopernya. Saat Jenny baru saja menuruni tangga, ternyata keluarga Iqbal sudah menunggunya. Batin Jenny terasa sakit. Dia merasa diusir dari rumahnya sendiri.
Vito dan Kay berjalan mendekati Jenny. Kemudian bergantian memeluk Jenny.
“Sering-seringlah ke rumah. Mama pasti akan sangat merindukan kamu Sayang.” Ucap Kay sambil menangis.
“Jadilah istri yang baik dan patuh terhadap suami kamu.” Ucap Vito sambil mencium pucuk kepala Jenny.
.
.
.
*TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Vickyyulventus
assalamualaikum Thor salam kenal dari Pekanbaru
2022-08-14
0
ppadang1
nikah sungguhan atau nikah nikahan 😎😎🌹🌹
2022-07-29
1
Edi Budiyani
lanjut thor, salam kenal.🙏🙏🙏🙏
2022-07-14
1