“Astaga! Badan kamu demam.” Ucap Iqbal terkejut.
Iqbal memberanikan diri membalik tubuh Jenny yang sedang meringkuk dengan posisi membelakanginya. Iqbal semakin terkejut saat mendapati tubuh Jenny sudah banjir keringat.
“Jen, apa kamu yang sakit? Ayo kita ke rumah sakit!” ajak Iqbal namun gadis itu matanya masih terpejam.
Iqbal keluar dari kamar mencari handuk kering untuk menyeka keringat Jenny. Lalu membawakan segelas air putih. Meskipun Iqbal belum tahu apa yang membuat Jenny sakit, setidaknya dengan memberikan segelas air putih mungkin bisa sedikit meringankan sakitnya.
“Jen, ini kamu minum dulu!” ucap Iqbal setelah berhasil membantu Jenny duduk bersandar di pada headboard ranjangnya.
“Kita ke rumah sakit ya?” tawar Iqbal setelah Jenny memberikan gelas kosongnya.
Jenny menggelengkan kepalanya lemah. Dan tangannya memegangi perutnya yang terasa sangat nyeri.
“Tapi badan kamu panas. Mau ya aku antar ke rumah sakit?” bujuk Iqbal lagi.
“Nggak Kak. Aku hanya butuh obat saja. Perutku sakit sekali.” Ucap Jenny lirih.
“Baiklah, obat apa? Biar aku belikan.” Ucap Iqbal.
Lalu Jenny memberitahukan pada Iqbal obat apa yang harus dibelinya. Iqbal pun tidak menanyakan lagi tentang obat itu. Dia langsung keluar rumah untuk membelikan obat di apotek yang tidak jauh dari rumahnya.
Beberapa saat kemudian Iqbal sudah kembali setelah membelikan obat untuk Jenny. Iqbal tadi sempat manjadi perhatian beberapa karyawan apotek yang tampak senyum-senyum memperhatikannya. Iqbal sedikit bingung akan hal itu. Tapi setelah ada seseorang yang tiba-tiba berbicara tentangnya akhirnya Iqbal pun paham.
“Sungguh suami yang sangat perhatian. Istrinya sedang PMS saja mau membelikan obat.”
Begitulah ucapan yang tak sengaja didengar Iqbal tadi. jadi Iqbal baru tahu kalau Jenny sedang datang bulan dan sangat membutuhkan obat itu. Lalu Iqbal masuk ke dalam kamar Jenny dengan membawakan box nasi yang dia beli sepulang kerja tadi. Iqbal sangat yakin kalau Jenny belum makan.
“Makanlah dulu, setelah itu minum obatnya.” Ucap Iqbal menyodorkan box nasi itu.
Jenny masih terdiam lemah namun tangannya terulur menerima pemberian Iqbal. Dengan tangan gemetar Jenny menyendokkan nasi ke dalam mulutnya. Iqbal yang tidak tega akhirnya meraih kembali box nasi itu dan menyuapi Jenny.
Satu per satu suapan yang diberikan oleh Iqbal akhirnya berhasil masuk ke mulut Jenny. Walau gadis itu sudah tidak berselera lagi, tapi Iqbal terus memaksanya.
“Ini obatnya kamu minum lalu istirahatlah.” Ucap Iqbal dan Jenny menerimanya.
Setelah itu Iqbal memutuskan keluar dari kamar Jenny untuk membersihkan dirinya yang memang sejak tadi belum sempat mandi. namun langkahnya terhenti saat mendengar suara Jenny memanggilnya.
“Kak, terima kasih. Maaf merepotkan.” Ucap Jenny.
“Hmm.” Jawab Iqbal sambil mengangguk samar.
Iqbal masuk ke dalam kamarnya dan langsung membersihkan tubuhnya. Beberapa menit kemudian dia keluar kamar dan melihat keadaan Jenny. Gadis itu sudah terlihat lebih baik daripada sebelumnya. Bahkan Jenny sedang tertidur pulas.
Dalam hati Iqbal sempat menyesal saat melihat Jenny sedang sakit seperti tadi. entah sejak kapan gadis itu merasakan sakitnya, karena sedari pagi dirinya sibuk bekerja. Bahkan sampai melupakan kalau ada seorang perempuan yang sedang tinggal bersama di rumahnya.
Iqbal masuk ke dapur untuk membuat makan malamnya karena tadi dirinya hanya membeli satu porsi makanan saja. Bukannya Iqbal tidak peduli dengan Jenny, hanya saja dia pikir Jenny sudah membeli makan sendiri seperti sebelumnya. Ternyata tidak. Karena keadaan gadis itu sedang sakit, hingga membuatnya tidak bisa membeli makan. Jadi makanan yang sudah dibeli Iqbal diberikan untuk Jenny.
Iqbal sudah duduk dan bersiap untuk menyantap makanan yang sudah dimasaknya baru saja. Perutnya benar-benar sangat lapar. Ternyata bekerja di hari pertama membuatnya bisa kelaparan seperti ini.
“Kak!” panggil Jenny tiba-tiba saat Iqbal baru saja menyuapkan satu sendok nasi ke mulutnya.
“Bagaimana keadaan kamu? Apa masih sakit? Apa perlu aku antar berobat?” tanya Iqbal.
Jenny menggelengkan kepalanya lemah. Dalam hatinya sedikit terkejut setelah mendengar banyak pertanyaan dari mulut Iqbal. Setahu dia Iqbal adalah laki-laki dingin dan sangat irit bicara. Tapi kenapa sekarang terkesan bawel. Namun entah kenapa hati Jenny menghangat saat melihat perhatian Iqbal padanya.
“Aku udah baikan.” Jawab Jenny yang kini sudah ikut duduk berhadapan dengan Iqbal.
Iqbal terpaksa menghentikan kegiatan makannya. Ia menunggu apa lagi yang ingin dibicarakan Jenny setelah ini. dan saat Iqbal melihat nasi di piringnya, sontak saja terpikir apakah Jenny mau makan lagi.
“Kamu mau makan?” tanya Iqbal dan Jenny menggeleng.
“Kak. Terima kasih sudah merawatku tadi.” ucap Jenny akhirnya.
“Hmm… bukankah tdi kamu sudah mengatakan itu. Tidak masalah.” Jawab Iqbal.
“Maafkan atas sikapku selama ini Kak.” Ucap Jenny dan membuat Iqbal mengerutkan keningnya.
“Maaf untuk semuanya. Apakah aku boleh mengajukan permintaan pada Kak Iqbal?” tanya Jenny.
“Katakan. Aku akan kabulkan jika aku mampu.” Jawab Iqbal.
“Bisakah kita menjalin hubungan ini layaknya adik kakak saja? Sama seperti dulu, aku juga menganggap Kak Iqbal sama seperti Kak Barra. Biar nanti saat status kita sudah berubah, hubungan kita tetap seperti ini tanpa ada rasa saling membenci.” Ucap Jenny.
Iqbal lagi-lagi berusaha menekan kuat dadanya yang semakin sesak. Rasanya benteng kokoh yang sudah ia bangun masih kurang kuat untuk menghadapi permintaan Jenny yang seperti ini. tapi tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Iqbal kecuali menyetujui permintaannya. Tidak mungkin juga dia menolaknya.
“Hmm.. terserah kamu saja. Kalau itu membuatmu merasa nyaman, aku tidak masalah. Aku juga berharap semoga setelah perceraian kita nanti, kamu bisa bahagia dengan seseorang yang tepat. Dan maaf telah membuatmu tersiksa dengan status kita ini.” ucap Iqbal.
Kini perasaan Jenny yang tak menentu. Saat mendengar ucapan Iqbal tentang perceraian, entah kenapa terselip rasa nyeri dalam hati Jenny. Dia juga tidak tahu kenapa bisa seperti ini.
“Aku ke kamar dulu Kak.” Ucap Jenny tanpa menanggapi perkataan Iqbal.
Iqbal kembali melanjutkan makannya yang sempat terjeda. Setelah itu dia memebereskan piring bekasnya lalu masuk ke dalam kamarnya. Mungkin dengan tidur dia bisa melupakan rasa sesak dalam dadanya.
Keesokan paginya Iqbal sudah bersiap untuk berangkat kerja. Setelah keluar kamar, dia melihat Jenny sedang sibuk di dapur. Gadis itu tampak membuat teh dan kopi. Lalu di atas meja sudah tersaji dua porsi makanan.
“Kamu sudah sehat?” tanya Iqbal.
“Sudah Kak. Oh ini Kak sudah aku siapkan sarapan untuk Kak
Iqbal.” Ucap Jenny, lalu Iqbal berjalan menghampiri Jenny.
“Kamu tidak perlu repot-repot seperti ini. sebaiknya kamu istirahat saja kalau masih sakit.” Ucap Iqbal.
“Kak Iqbal mau kemana pagi-pagi sudah rapi?” tanya Jenny tanpa mempedulikan perkataan Iqbal.
“Aku mau kerja. Kamu nggak apa-apa kan di rumah sendiri?” ucap Iqbal.
“Nggak apa-apa Kak.” Jawab Jenny.
Lalu keduanya langsung menyantap makanan yang sudah tersaji sebagai menu sarapannya pagi ini.
.
.
.
*TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Suyatno Galih
nahhhh begitu kan lebih baik, sprti adik kakak lama2 kan jadi saling bucin
2024-01-21
0
👻Ji®eN☣️
sad banget sih Iqbal 😔
2023-12-28
0
Vickyyulventus
kayanya Xavier bukan orang yg baik deh sebab kalau dia orang baik pasti orang tua nya si Jeny setuju anaknya Sama Xavier
2022-08-14
0