Mereka bertiga berjalan menuju ruangan dokter Dimas. Setelah sampai Dimas langsung membersihkan luka Rania.
''Kenapa tanganmu luka seperti ini?'' tanya Dimas sama Rania.
''Tadi dijalan kami diserang orang'' jelas Radit.
''Kamu setiap ketemu saya selalu terluka'' ucap Dimas sambil geleng kepala.
''Hehehe'' Rania hanya tertawa
''Iya bahkan dia tidak menangis sedikit pun'' ucap Radit ketika Rania masih bisa tersenyum saat dokter Dimas membersihkan lukanya.
''Ini belum seberapa Dit. Dulu waktu SMA pernah perutnya robek lebih parah dari ini. Dia tidak menangis malah minta di plester saja. Katanya takut dijahit. Belum lagi bundanya mencari kalau dia tidak pulang. Jadi aku dan adikku cari alasan kebundanya supaya dia bisa dirawat'' cerita Dimas.
''Hehe. Itu kan cerita lama kak'' jawab Rania malu.
Radit hanya geleng kepala saja ketika mendengar cerita tentang Rania. Dia selama ini terlalu cuek dengan latar belakang Rania sehingga dia tidak tau sedikitpun tentang kehidupan Rania. Ternyata banyak sekali cerita dibalik semua itu.
''Kamu sudah berapa lama di Jakarta?'' tanya dokter Dimas.
'' Sudah lebih 3 minggu kak'' jawab Rania.
''Kenapa kamu tidak pernah memberitahu kalau kamu di Jakarta? Sekarang kamu tinggal dimana?'' tanya Dimas lagi.
''Di Apartemen Sisi kak'' jawab Rania.
'' Apaaaaa. Bahkan adik sendiri pun tidak pernah memberi kabar kamu disini. Padahal sudah selama itu. Kalian bahkan tidak mengunjungi aku kesini.Memang keterlaluan'' ucap dokter Dimas agak kesal.
''Hehehe. Kami cuma tidak mau menganggu kesibukan kak Dimas. apalagi Sisi juga sibuk''jelas Rania.
''Sibuk apa dia? Paling sibuk pacaran sama si Davin itu'' kata Dimas lagi tidak suka.
''Bagaimanapun Davin asisten saya loh dokter Dimas. Anda tidak boleh bicara begitu'' bela Radit.
''Tapi memang itu kenyataanya. Biar kakak telepon Sisi sekarang'' kata Dimas setelah dia selesai mengobati luka Rania.
''Eeh jangan kak. Sisi tidak tau aku terluka. Ntar dia cemas lagi. Besok kalau tidak sibuk biar aku ajak dia kesini untuk bertemu kak Dimas'' bujuk Rania.
''Sejak dia bukak klinik. Sudah jarang kami bertemu. Benaran kamu akan bawa dia kesini?'' tanya dokter Dimas.
''Iyaaa. Janji'' jawab Rania sambil tersenyum.
''Tapi tidak harus besok juga. Rania harus istirahat dulu'' protes Radit.
'' Saya sudah tidak apa pak'' kata Rania.
''Tapi benar juga kata Radit kamu harus istirahat dulu besok'' ucap dokter Dimas.
''Apa sudah selesai seperti itu aja dok? apa tidak perlu dijahit?'' tanya Radit karna dokter Dimas langsung saja memplester luka tangan Rania setelah diobati.
''Tidaak perlu dijahit pak'' ucap Rania cemas
''Hehe. Ya ngak apa-apa. Lagian Rania paling takut dijahit. Jadi karna lukanya ringan tidak perlu dijahit. Kalau masih juga terluka lagi. Buka hanya dijahit tapi nanti aku obras lukamu itu'' ancam dokter Dimas serius.
''Hehe. Janji Rania tidak luka lagi kak'' jawab Rania sambil tersenyum.
''Apa udah bisa pulang sekarang dok. Biar dia bisa istirahat dirumah'' ucap Radit.
''Tunggu bentar saya tuliskan resep. Kalian bisa mengambil di apotik. Setelah itu kalian bisa pulang'' kata Dimas sambil menulis resep obat untuk Rania.
Radit dan Rania pamit pulang kepada Dimas. Sebelum pulang mereka tidak lupa menebus obat di apotik. Setelah itu mereka langsung pulang.
''Kita langsung keapartemen kamu saja'' ucap Radit sambil menyetir mobil. Jalan sudah mulai karna jam sudah menunjukan jam setengah dua belas.
''Tapi bagaimana dengan motor saya pak?'' tanya Rania.
''Kamu ngak usah cemas. Besok motor kamu biar saya suruh orang mengatarkannya ke apartemen'' jawab Radit.
''Ya udah. Kita langsung ke apartemen saja'' kata Rania lagi.
Selang beberapa menit akhirnya mereka sampai didepan apartemen Sisi. Rania kemudian turun dari mobil diikuti Radit.
''Makasih sudah ngantar saya pak'' kata Rania.
''Sebenarnya saya yang harus minta maaf. Gara-gara nemani saya, kamu jadi terluka'' ucap Radit
''Hehe. Masak bos minta maaf sama sopirnya. Ngak lucu dong pak. Lagian saya menemani anda kan dapat bonus juga'' ucap Rania tersenyum.
'' Ya udah kamu naik sana. Biar bisa langsung istirahat '' suruh Radit.
''Ya pak, sampai jumpa'' kata Rania sambil berjalan masuk kedalam apartemen.
Radit menunggu Rania masuk kedalam dan hilang dari pandanganya. Baru dia masuk kedalam mobil dan pulang.
Sementara itu Sisi tidak bisa tidur karna Rania belum juga pulang. Rania memang memberi tahu kalau malam ini dia ada kerja ngantar bosnya. Tapi karna hari sudah tengah malam Sisi jadi cemas.
Ceklek
Terdengar pintu apartemen terbuka. Sisi yang mendengar langsung berlari kesana.
''Raniaaa kenapa kamu baru pulang'' tanya sisi seperti emak-emak yang melihat anak gadisnya terlambat pulang.
''Hehehe'' Rania cuma bisa jawab dengan tertawa. Dia binggung mau jawab apa.
''Tangan kamu kenapa diperban'' tanya Sisi cemas ketika melihat tangan Rania berperban dan bajunya juga berdarah.
''Tunggu ya, aku ganti baju dulu'' kata Rania sambil berjalan menuju kamarnya.
''Apa kak Radit tidak menjaga kamu. Sampai kamu pulang terluka seperti itu. Mmm biar aku telepon kak Davin. Supaya dia bisa mengomeli kak Radit. Bisa-bisanya dia membuat kamu terluka seperti ini'' omel Sisi yang mengikuti Rania kekamarnya.
''Ssttt... Kamu ngak boleh ngomel-ngomel. Ntar tambah banyak kerutan diwajah. Percuma pakai skincare mahal. Kalau wajah berkerut gara mengomel.Hehe'' kata Rania merasa lucu melihat sahabatnya itu.
''Aku serius Ran'' ucap Sisi lagi.
''Aku juga serius'' jawab Rania.
Rania masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai ganti baju Rania duduk diatas tempat tidur didekat Sisi.
''Cepatlah cerita kenapa kamu sampai terluka seperti ini. Aku bahkan menelpon kak Davin menanyakan dimana kamu dan kak Radit. Karna teleponku tidak kamu angkat'' ucap Sisi dengan nada cemas.
'' Iya aku minta maaf. Besok tidak akan buat kamu cemas lagi'' kata Rania memeluk sahabatnya itu.
Setelah itu Rania menceritakan kronologi kejadiannya. Mulai dari dia mengantar Radit kerumah tunangannya. Trus menemani makan malam. Sampai ban mobil kempes ketika berkeliling dan insiden penyerangan dirinya.
''Tunggu bentar aku haus ambil minum kedapur dulu'' kata Rania sambil berjalan kedapur. Setelah kembali kekamar rania. Kembali bercerita gimana Radit membawa kerumah sakit dan ketemu dengan Dimas.
''Waduh, apa kata kak Dimas marah sama kamu?'' tanya Sisi.
''Ya jelas dia marah lah. Karna setelah lama aku di Jakarta kita tidak pernah mengunjungi dia. Terutama dia marah sama kamu ketika tahu aku tinggal di apartemen kamu'' jelas Rania.
''Jadi gimana dong?''tanya Sisi cemas. Sehingga tidak ingat tujuan awalnya mendengarkan cerita Rania.
''Ntar kita kunjungi saja dia kerumah sakit'' jawab Rania.
''Ya udah kamu istirahat lagi. Udah malam'' ucap Sisi
''Iya'' jawab Rania.
''Ngomong-ngomong kak Radit perhatian juga sama kamu. Sampai rela bawa kamu kerumah sakit dan ngatar kesini'' goda Sisi.
''Biasa aja kali. Mungkin karna dia merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi'' jawab Rania santai.
Setelah Sisi pergi. Rania jadi kepikiran omongan Sisi tadi. Kenapa Radit seperti itu ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Mardi Yanty
paling yg yerang si cewek gila
2024-06-17
0
Shinta Dewiana
ayuuu...selidiki siapa yg nyerang kalian...
2024-04-29
1
Bu ning Bengkel
tambah seru mangkin assyik....
lanjut......
2024-02-24
1