Andreas duduk disofa kamar sambil menatap Tomy yang masih tergeletak di atas ranjangnya. Semalaman dirinya dengan susah payah membawa sahabatnya menuju apartemen miliknya yang ada dilantai atas. Iapun enggan pulang kerumah sebagai bentuk protes pada sang Papa.
Sinar mentari yang menyusup dibalik korden menyilaukan pandangan Tomy yang baru mulai mengerjapkan matanya.
" Dimana aku? " gumamnya saat menyadari dirinya bukan berada di rumahnya. Ia terkejut melihat Andreas sedang duduk sambil menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Tomy merasa aneh ditatap oleh Andreas seperti itu. Apalagi sebagian kancing bajunya terbuka dibagian atas. Sepatu dan kaos kakinya tergeletak entah dimana. Ia menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya.
" Hei! Apa kau sudah gila? Kau pikir aku gay? Aku masih normal, bo**oh!" Andreas melempar koran yang ada dimeja kearah Tomy.
Tomy memberengkut kesal,
" Lantas kenapa kau menatapku seperti itu?! Si*l*n.. " balas Tomy tak terima.
Andreas berdiri lalu menghampiri sahabatnya, pria itu menyilangkan kedua tangan didada dengan tatapan penuh selidik.
" Kenapa kau mabuk-mabukan seperti semalam. Untung saja ada aku, kalau kau sendiri mungkin kau sudah dilempar kepinggir jalan. " protes Andreas.
Yah, semalam sahabatnya itu tak mau diajak pulang. Hingga bar hampir tutup, dengan terpaksa ia memapahnya. Sialnya, Andreas juga yang harus membayar tagihan minuman mereka, padahal Tomy lah yang mengundangnya lebih dulu. Ia membawa Tomy ke apartemennya sebab dirinya sendiri rasanya enggan pulang kerumah.
Tomy beranjak dari ranjang, ia merapikan pakaiaan lalu mengambil sebotol minuman bersoda di dalam kulkas. Mungkin dengan begitu pikirannya akan lebih dingin. Ia duduk disamping Andreas sembari meneguk minumannya.
" Stevia menolakku. Dia akan menikah dengan pria lain. " ucapnya lemah. Masih tersirat dengan jelas kekecewaan di wajah tampan pria tersebut.
Andreaspun sangat terkejut, tak dapat dipungkiri bahwa ia juga memiliki rasa pada gadis berparas cantik itu. Namun, ia berusaha bersikap biasa supaya Tomy tidak curiga padanya.
" Sudahlah, Bro. Come On. Masih banyak gadis- gadis cantik yang siap menjadi pasanganmu. Tidak usah berlarut-larut dalam kesedihan. " Andreas mencoba menyemangati.
Tomy menghela nafas panjang, ia kembali meneguk minuman ditangannya.
" Aku akan tetap mengejarnya. Dia harus jadi milikku. " tekadnya optimis.
" Baiklah, terserah kau saja. Aku juga sudah pusing dengan masalahku sendiri. " Andreas mendesah.
Ia tak ingin ikut campur terhadap urusan sahabatnya yang keras kepala itu. Iapun masih belum bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Dijodohkan dengan teman sekolahnya yang kerap ia panggil Si Culun adalah kesialan terbesar bagi dirinya.
Tomy menelisik, iapun penasaran dengan masalah apa yang sedang menimpa sahabatnya.
" Memangnya kau kenapa? Apa ini ada hubungannya dengan pria misterius tempo hari? "
Andreas kembali mendesah,
" Justru ini lebih rumit bagiku. Masa depanku pasti akan suram jika hal ini benar- benar terjadi. " ungkapnya kesal.
Andreas mulai menceritakan masalah perjodohannya dengan Si Culun yang dulu sempat ia ceritakan pada Tomy. Dirinya tak bisa membayangkan jika sampai ia menikahi gadis gendut, dekil dan kampungan itu.
Seketika Tomy dibuat tertawa terbahak- bahak karenanya. Ia tak bisa membayangkan jika sahabatnya, Andreas Dirgantara. Pria tampan dari keluarga konglomerat ternama menikah dengan gadis seperti itu.
" Apa kau sudah puas, heumm?! "
Kali ini Andreas benar- benar terbully habis-habisan oleh Tomy. Pemuda itu tertawa hingga suaranya memekakan seisi ruangan. Namun, Andreas senang setidaknya Tomy bisa sedikit melupakan masalahnya.
" Sorry,,sorry Bro. Aku tidak bermaksud. " pria itu masih saja tertawa.
" Tapi, siapa tahu saja benar apa yang dikatakan Tante Renata. Si Culunmu itu sekarang sudah berubah jadi bidadari. " lanjutnya terus menertawakan.
Andreas mendengus kesal, ia tak habis pikir. Bagaimana bisa sahabatnya tertawa diatas penderitaannya.
" Terserah kau saja, bagiku itu tidak mungkin. Meskipun dia berubah cantikpun aku sudah terlanjur benci padanya. Hanya Cecile yang bisa meluluhkan hatiku. " tegasnya pada sang sahabat.
Namun, justru kini bayangan Stevialah yang bertahta dipikirannya. Mungkin diapun juga harus berusaha melupakan cinta sesaatnya itu.
Tiba-tiba saja ponsel Andreas berdering. Tertera nama Mama Renata dilayar ponselnya. Sebenarnya ia malas mengangkat, tetapi Mamanya menelpon berulang- ulang kali.
" Ya Ma. Ada apa? " sapanya malas. Dirinya tertegun saat mendengar isak tangis dari wanita di seberang sana.
" Andreas kau dimana, Sayang? Papa Nak,, Papa tiba-tiba kena serangan jantung. Hiks..Hiks..." isak Mama Renata kembali.
Andreas gelisah, namun dirinya tak bisa percaya begitu saja.
" Ma,, Mama jangan bercanda. Pasti ini akal-akalan Mama sama Papa kan? Bukankah Papa tidak memiliki riwayat jantung?" ia berusaha menyangkal.
" Untuk apa Mama bercanda! Jika kau ingin melihat kondisi Papa, cepat datang ke Rumah Sakit Erlangga ! " Mama Renata langsung menutup teleponnya.
Andreas semakin gusar lantaran sang Mama yang langsung mematikan sambungan teleponnya. Pria itu mondar-mandir, dirinya masih ragu antara percaya dan tidak percaya. Tomy ikut penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
" Hei,, ada apa? "
" Papaku di Rumah Sakit. Beliau kena serangan jantung. "
" Kenapa kau masih bingung. Ayo, kita harus kesana secepatnya. "
Tomy menggandeng Andreas. Bagaimanapun ia cukup dekat dengan orang tua sahabatnya. Iapun penasaran dengan apa yang telah terjadi sebenarnya.
...----------...
" Bagaimana, Ma. Apa dia akan datang kesini? "
Pak Wildan bangun dari atas ranjang rumah sakit. Untuk apa dirinya capek-capek berbaring, toh putranya belum datang kesana.
Untung saja dirinya memiliki saham terbesar di rumah sakit itu, jadi bisa dengan mudah ia berkompromi dengan para dokter disana. Asalkan demi kebaikan bukan buat kejahatan ya.
" Tenang saja, Pa. Mama yakin Andreas pasti akan datang kemari. Meskipun kepala batu, anak itu sebenarnya sangat sayang dengan orang tuanya. " ungkap Bu Renata penuh percaya diri.
Yah, Andreas memang sulit untuk diatur. Akan tetapi, ia sebenarnya berhati lembut. Pemuda itu gampang tak tegaan terhadap orang lain.
" Bagus. Kita harus pintar bersandiwara. Jangan sampai rencana kita gagal."
Keduanya saling tos tanda kekompakkan. Bu Renata berdiri di dekat pintu untuk memastikan jikalau putranya sudah datang.
Beberapa lama ia berdiri, terlihat dari kejauhan Andreas berjalan menuju ruang rawat papanya. Dari raut wajahnya tergambar jelas bahwa dirinya sangat gelisah saat ini.
" Pa,, Andreas datang. Cepat berbaring. "
" Oke." pria itu mengacungkan jem
Bu Renata segera mendekat dan duduk disamping sang suami. Tak lupa ia meneteskan obat mata dan mulai berpura-pura menangis sekarang.
Ceklek...
Terdengar pintu terbuka, Andreas dan Tomy mengucap salam dan masuk kedalam ruangan tersebut.
Andreas begitu trenyuh melihat sang Papa tergolek di rumah sakit. Seumur-umur ini pertama kali pria itu terbaring disana. Setahunya, Pak Wildan adalah orang yang selalu menjaga kesehatan.
" Andreas..."
Dengan berlinang airmata Bu Renata menghampiri dan memeluk putranya. Ia menumpahkan segala kesedihannya didada bidang Andreas. Yah, anaknya bertubuh tinggi, sedangkan ibunya bertubuh mungil.
Netra Andreaspun memerah menahan airmata yang hendak meluncur. Ia harus tegar agar bisa menguatkan Mamanya. Tomy ikut berduka atas apa yang menimpa keluarga sahabatnya.
" Bagaimana kondisi Papa, Ma? Kenapa ini semua bisa terjadi? " ia ingin tahu duduk permasalahannya.
Keduanya duduk disamping Pak Wildan yang belum sadarkan diri.
" Kemarin sewaktu kamu pergi, tiba-tiba Papa mengeluhkan dadanya terasa sakit dan nyeri. Mama pikir mungkin hanya masuk angin, tapi papa malah tak sadarkan diri. " Bu Renata mulai memainkan skenarionya.
" Mama segera membawa Papa ke Rumah Sakit. Kata Dokter, Papa terkena serangan jantung. " imbuhnya kembali.
" Maafkan aku, Ma. Jika saja semalam aku pulang, mungkin Mama tidak akan menanggung beban ini sendiri. " sesal Andreas.
Tak berselang lama, Dokter datang dan memeriksa Pak Wildan.
" Kondisi Bapak sudah mulai membaik. Tolong, jangan biarkan beliau stress supaya kesehatannya cepat pulih. Mungkin sebentar lagi beliau siuman. "
Sang Dokter akhirnya keluar dari ruangan tersebut. Andreas menatap nanar kepada Papanya yang masih terbaring. Ia merasa bersalah, mungkin ini akibat penolakannya kemarin.
" Eeughhh.."
Terdengar desah nafas Pak Wildan, Andreaa begitu senang akhirnya sang Papa mulai siuman.
Pak Wildan perlahan mulai membuka matanya. Ia menatap ke langit-langit kemudian memperhatikan sekitarnya.
" Syukurlah akhirnya Papa sadar. " Andreas merasa senang dan lega.
Akan tetapi, tiba-tiba Pak Wildan memalingkan wajahnya.
" Sudahlah, pergi dari sini. Papa sangat kecewa padamu. " ucapnya lemah. Raut wajahnya menunjukkan kesedihan dan kekecewaan.
" Maafkan Andreas, Pa. " Andreas mencoba meraih tangan Pak Wildan, tapi pria itu justru menepisnya.
Andreas mematung, ia tahu apa yabg sebenarnya diinginkan oleh sang Papa.
" Pa,, Andreas bersedia menikah dengan Si Culun. "
Netra Pak Wildan membola mendengar panggilan anaknya pada calon istrinya.
" Maksudku Stevia. " ia membenahi kata-katanya barusan.
Mentari seolah bersinar di wajah Pak Wildan. Pria itu sungguh tak mampu menutupi kebahagiaannya saat ini. Ia mencoba duduk dan memeluk putranya.
" Makasih, Nak. Papa sangat senang sekali. " Pak Wildan memeluk dan menitikkan airmata kebahagiaan.
Andreas lega, meskipun dirinya juga belum tentu bersungguh-sungguh. Yang tepenting sekarang adalah kesembuhan Papanya. Masalah dengan Si Culun mungkin dirinya bisa seperti dulu, membuat gadis itu yang terlebih dahulu memutuskan perjodohan mereka.
Tomypun berpamitan setelahnya, terus terang saat ini ia tak mampu berkomentar. Meskipun ia kasihan terhadap Andreas, namun kesehatan Pak Wildan juga sangat penting saat ini. Andreas meminta izin untuk mengantar sahabatnya keluar ruangan.
Pak Wildan dan Bu Renata saling melempar senyum. Setelah Andreas benar-benar keluar barulah keduanya menampakkan topengnya.
" Papa, akhirnya kita berhasil. " ungkap Bu Renata senang.
Keduanyapun kembali beradu tos.
" Yeeessss!! " ucap mereka kompak.
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini. Kasih like koment rate lima n vote seikhlasnya buat karya ketigaku. Jangan lupa dukung karya lainnya juga ya. Dukungan kalian semangat author untuk terus berkarya. Makasih sebelumnya🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ria Onits
😂😂😂😂 aktingmu bagus
2023-01-16
0
SIFA Official
💪💪💪 Terus ya kak 😊😊💪 💪💪
2022-04-14
0
R.F
2 like hadir. like balik iya
2022-02-19
1