Camera...Action...
Hari ini Stevia mulai menjalani syuting iklan produk kecantikan. Tomy sendiri hadir untuk menyaksikan jalannya syuting. Netra pria itu tak bisa lepas dari Stevia. Dirinya begitu mengagumi kecantikan makhluk Tuhan yang begitu mempesona menurutnya.
Dirinya masih teringat kejadian kemarin saat gadis itu berniat menjual diri padanya. Jika saja dirinya tak kuat iman mungkin wanita itu pasti akan habis dalam kungkungannya. Matanya, bibirnya, tubuhnya nyaris sempurna bagi Tomy.
Ririn menatap sang atasan dari kejauhan. Ada rasa nyeri diulu hatinya, mungkinkah ini yang dinamakan cemburu? Perasaan itu kini bercampur aduk dalam dadanya. Tapi menurutnya, siapalah dia. Masih jauh bila dibandingkan dengan seorang Stevia.
" Ririn, kuat, kuat. Yang terpenting saat ini adalah pekerjaan! " batinnya menguatkan. Dirinya memang anak orang biasa, iapun memiliki adik-adik yang masih butuh biaya bersekolah saat ini dikampungnya.
Ia menghela nafas kemudian mengeluarkan perlahan, mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Lagi pula, harusnya iapun turut bahagia jika pria tersebut mendapatkan gadis sebaik Stevia.
Ririn melangkah mendekati Tomy dengan beberapa file ditangannya. Sungguh, sang atasan sepertinya tergila-gila pada Stevia. Bahkan saat dirinya berdiri dihadapan Tomy, pria itu sama sekali tak menyadarinya. Hampir-hampir Tomy tak berkedip memandang Stevia yang sedang syuting.
" Pak...Pak.."
Panggilan tersebut tak digubris oleh Tomy. Andai saja disana ada pengeras suara pasti sudah ia dekatkan ditelinga pria itu supaya peka.
" Pak...Woooooiii...."
Tomy terperanjat dari alam bawah sadarnya. Dia memukul lengan Ririn cukup kencang hingga membuat gadis itu meringis dibuatnya.
" Apa kau tidak punya sopan santun? Beraninya berteriak didepan atasan! " Tomy berlagak memelototi gadis itu sambil bersendakap.
" Habis Bapak liurnya mau netes tuh. Zina mata Pak lihat perempuan sampai segitunya. " sindir Ririn.
Tomy geleng-geleng kepala,
" Nggak apa-apa, Rin. Itu namanya re-ze-ki. Orang terlihat kok nggak boleh dipandang. Kalau ngintip itu- baru dosa. " Tomy gantian ceramah.
" Pinter- pinternya Bapak aja cari alasan. Tetap saja itu namanya syahwat. " tegas Ririn tak mau kalah.
" Normal saja Rin, lihat gadis cantik nafsu. Yang nggak normal itu lihat sapu lidi gini ngiler. " ejek Tomy sambil menunjuk Ririn dari atas ke bawah. Pria itu tertawa hingga menunjukkan deretan giginya yang putih.
Ririn mencebikkan bibirnya, memang susah berdebat dengan bos setengah edan, tapi dia cinta. Tanpa banyak bicara, dirinya menyerahkan tumpukan file ditangannya kepada sang atasan.
" Ini Pak. Kalau masih butuh uang."
Tomy hanya melirik sekilas, didunia ini mungkin hanya dia bos yang mau diperlukan semena-mena oleh asistennya. Namun, dirinya dan Ririn memang senang bercanda, mungkin hal seperti ini sudah jadi makanan sehari-hari mereka.
Tiba-tiba sikap Tomy berubah serius, pemuda itu membenahi jas serta dasinya. Ririn heran dengan sikap atasannya. Namun, tak berselang lama Stevia ternyata menghampiri keduanya. Gadis itu baru saja menyelesaikan syutingnya.
" Kau sudah selesai? Aku sangat senang, kinerjamu bagus. Senang bekerjasama denganmu. " pria itu mulai menunjukkan kharismanya.
" Terimakasih. Akupun senang bekerja sama dengan anda. Kapanpun anda butuh, anda boleh menghubungiku kembali. "
Seulas senyum terukir di bibir Stevia. Senyum yang mampu membuat Tomy meleleh dibuatnya. Ririn serasa obat nyamuk sekarang, ia memutuskan untuk pergi meninggalkan keduanya.
" Rin, kau mau kemana? "
Stevia menyadari sahabatnya yang hendak beranjak. Ia merasa tak nyaman lantaran Tomy selalu saja memandanginya. Apalagi dirinya masih malu akibat kejadian kemarin.
" Aku masih ada pekerjaan, Vie. Kau lanjutkan saja urusanmu dengan Pak Tomy. " wanita itu mencoba tetap tersenyum meskipun dadanya terasa sesak.
Steviapun berniat untuk segera pergi. Sebelum itu dirinya mengambil tas dan ponsel yang ia matikan sesaat sebelum syuting. Alangkah terkejut wanita itu saat membaca pesan dari Loly yang hari ini ia minta untuk libur bekerja.
Gadis itu menelponnya beberapa kali.
Loly ingin mengabarkan bahwa Papa Stevia sedang dirawat di rumah sakit. Dengan segera Stevia membereskan barang-barangnya dan hendak menuju rumah sakit.
" Kau kelihatan buru-buru sekali? " Tomy heran dengan perubahan sikap dan raut wajah Stevia yang terlihat cemas.
" Maaf Pak. Saya harus buru-buru pergi. Papaku sedang dirawat, aku harus segera ke rumah sakit. " jawabnya tergesa-gesa.
Tomy menawarkan diri untuk mengantarkannya. Namun, sekali lagi Stevia menolaknya sebab dirinyapu telah membawa mobil sendiri.
...-------------...
Andreas melirik jam yang bertengger di tangannya. Sesekali pemuda tersebut berdecak kesal.
Pria itu telah bersiap untuk kembali ke rumah, tapi ini sudah hampir dua jam ia menunggu orang tuanya yang sedang menyelesaikan administrasi.
" Ckck.. Lama sekali mereka! " ungkapnya kesal. Lantaran sudah tak sabar, iapun memutuskan untuk pulang terlebih dahulu.
Ia berjalan melewati lorong yang cukup sepi dirumah sakit. Tanpa dirinya sadari, seseorang tengah mengikutinya dari belakang. Andreas sesekali menengok, entah mengapa dirinyapun merasakan sesuatu yang tidak nyaman.
" Tidak ada siapa-siapa." batinnya merasa aneh.
Saat tiba di tikungan lorong, dirinya begitu terkejut ketika menjumpai Stevia disana. Gadis itu tampak tergesa-gesa.
" Kau?"
Keduanya saling bersitatap sesaat. Netra Stevia membola begitu menyadari seseorang mengarahkan pistol ke arah Andreas.
" Awaaasss! "
Bruuukkk...
Andreas tersungkur seketika. Stevia lega, penjahat itu akhirnya langsung pergi dari sana.
Andreas mencoba berdiri, raut kekesalan kini menyelimuti wajahnya.
" Hei, apa-apaan kau! Kenapa kau mendorongku ?! "
Kini gantian dirinya yang mendorong tubuh Stevia hingga ke tepi tembok. Gadis itu terkesiap,
" Apa yang kau lakukan, hah? Kenapa kau mendorongku? Apa kau tidak sadar ada seseorang yang berniat membunuhmu! " bentaknya sambil menunjuk tempat penjahat tadi berasal.
Andreas menengok, tapi dirinya tak menemukan siapa-siapa.
Andreas berjalan semakin maju hingga membuat Stevia terpojok di tembok. Gadis itu kini berada dalam kungkungannya. Andreas semakin mendekatkan wajahnya hingga sebuah smrik muncul di wajah tampannya.
" Penjahat? Penjahat mana yang kau maksud? Disini tidak ada siapa-siapa! Atau kau sengaja ingin menarik simpatiku, hah!!" ucapan yang tadinya halus diakhiri dengan nada tinggi oleh Andreas.
Stevia mendelik kesal. Dirinya teringat semasa SMP dahulu. Pria itu selalu saja berpikiran buruk tentangnya, bahkan kebaikannya selalu disalah artikan. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya erat untuk memendam kekesalan.
" Dasar pria gila. Lain kali aku tidak sudi menolongmu lagi bahkan jika kau mati sekalipun! " bentaknya sembari mendorong tubuh Andreas menjauh darinya hingga pria tersebut hampir terjatuh kembali.
Amarah Andreas ikut tersulut, apalagi gadis itu mengenai tangannya yang masih belum sembuh benar. Ia memegangi lengannya yang terasa nyeri, dirinya kembali teringat foto yang dikirim Tomy padanya.
" Dasar gadis murahan. Jangan pura-pura sok jual mahal. Kau pikir aku tidak bisa membayarmu, hah!!
Andreas kembali menyergap Stevia, gadis itu berusaha menghindar saat Andreas berniat menciumnya kembali. Ia berusaha melepaskan diri, tapi tubuh Andreas seolah tak bergeming. Dirinya takut pria itu melecehkannya kembali.
Andreas semakin tersulut emosi saat Stevia berusaha melawan. Pria itu semakin memepeti Stevia, kini hampir tak tersisa jarak diantara keduanya.
" Hentikan! "
Suara seseorang mengalihkan perhatian keduanya.
Andreas tertegun saat menyadari siapa yang berada disana.
Wajah Tomy merah padam, ia begitu kesal melihat kelakuan Andreas barusan. Dengan menggebu-gebu pria tersebut mendekati keduanya. Dan
" Buuggghhh..."
Satu tonjokan Tomy membuat Andreas tersungkur seketika. Pria itu hendak menghujani Andreas dengan pukulan, tapi dengan segera Stevia mencegahnya.
" Hentikan, tolong hentikan. Jangan berkelahi disini. Ini semua salah paham. " Stevia menarik kemeja belakang Tomy untuk menahannya.
Andreas mencoba bangkit, nasibnya sungguh sial. Dengan kondisinya yang belum begitu stabil, dirinya kini harus merasakan sebuah bogem dari sahabatnya.
" Gadis itu yang memulai duluan. Dia berusaha menggodaku! " ujar Andreas tak terima. Stevia mendelik seketika mendengar penuturan Andreas barusan.
" Hei, pria bodoh. Sudah kubilang tadi ada orang yang ingin membunuhmu! Kalau kau tak percaya, coba kau buktikan saja lewat cctv rumah sakit. Kitavkihat, siapa yang paling bodoh diantara kita." bentaknya kesal.
Andreas mencoba untuk menyanggah, tapi dengan sigap Tomy mencegahnya.
" Sudah, jangan berdebat lagi. Kita buktikan saja kebenarannya." ia menengahi.
" Ayo kita buktikan sekarang." Keduanya berjalan menuju pos keamanan rumah sakit, tapi Stevia justru berjalan berlawanan.
" Hei, kau mau kemana! " teriak Andreas saat menyadari gadis itu justru pergi menjauh dari mereka.
" Aku masih ada urusan yang lebih penting dari pada mengurusmu yang tidak berguna. " balas Stevia sembari berlalu.
Andreas hendak mengejarnya, namun Tomy segera mencegahnya.
" Sudah. Lebih baik kita mencari petunjuk. Siapa tahu ini ada hubungannya dengan pria misterius itu. "
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini. Kasih like, koment rate n vote seikhlasnya ya. Ikuti juga karyaku yang lain :
# Jadi Bodyguard Janda Cantik
# Istriku Pengawalku
Makasih sebelumnya🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Senajudifa
lanjut thor
2022-07-10
0
Elisabeth Ratna Susanti
hadir 😍
2022-02-12
1
Ni Nyoman Rinti
andreas keras kepala , lanjut thor
2022-02-12
1